"Cuma abang yang aku punya sekarang."
_Azalea Qairen_
Beberapa tahun kemudian.Pagi ini hujan turun membasahi ibukota Jakarta, membuat hawa dingin menyeruak ke seluruh tubuh. Di sebuah kamar minimalis terdapat seorang gadis cantik yang masih tertidur pulas diatas kasur empuknya tanpa memperdulikan alarm yang sudah berbunyi dengan keras. Dia merasa tubuhnya sangat sulit untuk di gerakkan, tubuhnya juga terasa panas, kepala nya yang pusing dan belum lagi kedua matanya yang terasa berat untuk dia buka.
Brakk!
Tiba-tiba pintu kamar Alea di buka secara paksa oleh seseorang dari luar, kemudian dia menarik kasar selimut yang digunakan sama Alea. "Bangus banget lu jam segini masih tidur, mau bolos sekolah?!"
"Lea izin ngga masuk sekolah dulu Bang, Lea lagi ngga enak badan." kata Alea dengan suara pelan.
"Ngga usah banyak alasan, sekarang lu harus sekolah hari ini."
"Tapi Bang."
"Lu mau gua tambah marah sama lu, iya?" Alea menggeleng kepalanya dengan air mata yang sudah mengalir di kedua pipinya.
Fajri menarik tangan Alea dengan kasar yang membuat tubuhnya terjatuh di pinggir kasur, sedangkan Fajri menghela nafas kasar melihat tubuh Alea yang tidak berdaya dibawah nya.
"Dasar lemah!" sarkas Fajri seraya menatap Alea dengan tatapan sulit diartikan.
"Gua ngga mau tau, hari ini lu harus masuk sekolah. Kalo sampai lu melanggar, lebih baik lu angkat kaki dari rumah ini sekarang. Paham?!" ancam Fajri yang kemudian berjalan keluar dari kamar Alea.
Alea menutup wajahnya dengan kedua tangan nya, dia menangis dengan menahan sakit pada seluruh tubuhnya. Fisiknya yang semakin menurun membuat tubuhnya semakin kurus, dan mentalnya yang semakin rusak karna orang-orang yang berada disekitarnya.
Alea memukul dadanya yang terasa begitu sesak. "Yatuhan, kembalikan Bang Fajri seperti dulu lagi. Lea rindu sosoknya, Lea ngga kuat hidup sendirian seperti ini."
"Lea kangen Bang Al, kenapa kalian semua ninggalin Lea sendirian disini? kenapa?" lirih Alea dengan tangisan nya.
Saat dia sendirian, dia selalu menangis dengan memeluk tubuhnya. Dia terlalu lemah untuk menjalani hidupnya tanpa adanya seseorang di sampingnya. Mereka semua begitu jahat menjauhinya karna rumor yang mengatakan kalo dia adalah anak pembawa sial di keluarganya. Dia benci dengan kelebihan yang tuhan kasih padanya, dia tidak ingin menjadi anak indigo yang hanya membawa bencana ke orang-orang disekitarnya. Dan sampai sekarang, dia tidak tau alasan kenapa Fajri sangat membencinya setelah kedua orang tua mereka pergi.
"Yaampun Lea, lu kenapa? siapa yang buat lu nangis? Fajri yang buat lu kayak gini, iya? jawab Lea, jangan diam aja!" tanya Iren dengan beruntun.
Dia Iren, teman satu-satunya yang Alea punya sekarang. Alea mengenal Iren dari dia masih kecil, Iren yang selalu ada disamping Alea, menemani Alea, dan bahkan Iren menyayangi Alea seperti saudarinya sendiri. Iren adalah sosok makhluk halus yang seharusnya tidak menjadi seorang teman untuk Alea, tapi karna Iren mengenal baik dengan Bundanya, dia pun akhirnya mau berteman dengan Iren. Dengan perjanjian kalo Iren tidak akan melakukan hal negative disekitar Alea, terutama pada orang-orang terdekatnya. Kelebihan yang Alea punya adalah keturunan dari keluarga Bunda, dan Alea terpaksa harus menerima kelebihan yang bahkan dia sangat membencinya. Iren memiliki sifat yang kasar, jahil dan kadang pendiam. Terkadang Iren juga membantu Alea dengan masuk kedalam tubuhnya saat kondisi Alea melemah, dia yang akan menggantikan posisi sebagai Alea disekolah maupun dirumah. Itu juga harus seizin dari Alea, karna kalo Alea menolak, maka Iren tidak akan bisa masuk kedalam tubuh Alea.
"Lea ngga apa-apa, Lea cuman lemas aja. Oh iya, Lea mau siap-siap dulu ya." jelas Alea seraya berdiri dengan menahan sakit pada punggungnya yang terkena pinggiran tempat tidur.
"Apa perlu gua gantiin lu hari ini?" tanya Iren dengan tatapan khawatir melihat kondisi Alea yang sekarang.
"Ngga perlu Ren, Lea masih kuat."
"Kalo butuh bantuan gua, teriak aja. Tapi teriaknya dalam hati ya." goda Iren yang membuat Alea tertawa kecil, kemudian Alea kembali melangkah kearah kamar mandi dan melakukan ritual paginya.
✧*。٩(๑˙╰╯˙๑)و✧*。
Selesai membereskan semua keperluannya untuk berangkat ke sekolah, Alea pun melangkah keluar dari kamarnya dan berjalan kearah ruang makan. Alea duduk dikursi yang ada di depan Abangnya dan juga menaruh tas miliknya dikursi yang ada disampingnya. Perlahan dia mengambil roti yang ada diatas meja, kemudian mengoleskan selai cokelat kesukaan nya. Saat Alea ingin mengambil gelas susu miliknya, Fajri beranjak dari kursi dengan membawa tas miliknya yang dia taruh di salah satu pundaknya.
Alea mencekal pergelangan tangan Fajri saat Fajri berjalan melewatinya. "Bang, hari ini Lea boleh numpang di mobil Abang dulu ngga? untuk hari ini aja."
"Fajri menghentakkan tangan nya dengan kasar yang membuat cekalan Alea terlepas. "Lu udah gila? lu mau semua orang tau kalo lu adalah adek gua, iya?!"
"Bukan begitu maksud Lea, Bang..."
"Jangan cari masalah sama gua, Lea." kata Fajri dengan tatapan datar.
"Bang, Lea mohon. Diluar lagi hujan, Lea ngga mungkin berangkat naik sepeda ke sekolah." mohon Alea dengan menyatukan kedua tangan nya di depan wajahnya, bahkan dia juga menangis seraya menundukkan kepalanya.
"Gua ngga perduli."
Setelah mengatakan itu, Fajri kembali berjalan meninggalkan Alea di ruang makan sendirian. Pertahanan Alea kembali runtuh saat melihat kepergian Abangnya yang pergi begitu saja tanpa memperdulikan keadaan nya. Dadanya kembali sesak, tubuhnya bergetar dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? kenapa dia tidak bisa merasakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri?
Saat dia menundukkan kepalanya, dia dikejutkan dengan kehadiran Iren yang berdiri disampingnya. Iren menatap kearahnya dengan tatapan datar yang membuat dia dengan cepat menghapus kasar air mata yang ada di pipinya, kemudian dia menatap Iren dengan senyuman paksa.
"Mata lu kenapa bengkak?" tanya Iren yang membuat Alea mengalihkan pandangan nya dari Iren.
"Mungkin bekas nangis tadi dikamar." balas Alea yang masih ditatap Iren dengan tatapan intimidasi.
"Kamu kebiasaan banget sih Ren, suka ngagetin Lea. Kalo aku nanti jantungan gimana? terus aku mati gara-gara kamu." tanya Alea dengan mengalihkan pembicaraan agar Iren tidak melakukan pembalasan pada Abangnya karna membuat dia menangis.
"Walaupun lu nanti mati, kan lu masih bisa sama gua selamanya. Gua juga ngga perlu khawatir lagi sama kondisi lu disini."
"Kamu kira mati itu enak? Lea ngga mau mati dulu, sebelum impian Lea tercapai." Iren tertawa melihat Alea yang mengerucutkan bibirnya, sedangkan Alea perlahan ikut tertawa dan melupakan sedikit kesedihan nya. Dia merasa beruntung karna bisa bertemu dengan Iren saat dirinya tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini.
Alea perlahan berjalan keluar dari rumah, kemudian dia memakai jas ujan ke tubuhnya. Setelah itu, dia menaiki sepedanya untuk pergi kesekolah. Sedangkan Iren masih berdiri di tempatnya dengan menatap kearah Alea yang sedang melambaikan tangan kearahnya, setelah itu Alea menghilang dari pandangan Iren.
"Setelah Bunda, lu orang buat gua nyaman disini Lea. Gua ngga tau kenapa cobaan hidup lu begitu berat buat orang yang baik seperti lu didunia ini. Gua udah janji sama Bunda untuk selalu ada disamping lu, melindungi lu dari orang-orang yang berniat jahat ke lu. Gua mau lu bahagia, sebelum gua pergi ninggalin lu selama-lamanya."
Berbeda dengan seseorang yang menatap kepergian Alea dengan tatapan sulit diartikan, dia mengepalkan kedua tangan nya dengan rahang yang mengeras dan membuat beberapa urat lehernya menonjol. "Maaf princess... abang mohon, bertahanlah."
🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA QAIREN (REVISI)
Teen FictionAzalea Qairen seorang gadis yang memiliki kemampuan bisa berkomunikasi dengan makhluk dunia lain, sayangnya karna kemampuan yang dia miliki dia dijauhi sama semua orang disekitarnya. "Empezar ahora eres mi mujer." "Hah? Kamu ngomong apa Rizky?" "Ale...