🍁14. SALAH PAHAM🍂

194 84 19
                                    

"Diam bukan berarti tidak peduli."

~Alfiansyah Rizky~


Pagi ini Alea sudah siap berangkat ke sekolah dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, hari ini dia terlihat lebih semangat karna dia akan bertemu dengan sahabat-sahabat nya.

"Lu yakin mau sekolah hari ini? kalo masih belum kuat mending gua aja yang gantiin lu kayak kemarin, nanti kalo lu udah mendingan kondisi nya baru lu bisa sekolah."  tawar Iren dengan berdiri disamping Alea yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Alea baik-baik aja Iren." jelas Alea seraya berjalan keluar dari kamarnya.

Saat alea keluar dari kamarnya, dia berpapasan dengan Fajri yang baru aja keluar dari kamarnya dengan tatapan datar.

"Pagi Abang." sapa Alea dengan senyuman hangat, sedangkan Fajri hanya diam, lalu pergi meninggalkan Alea yang masih berdiri ditempat nya. Perlahan senyuman Alea luntur melihat kepergian Fajri, Iren yang melihat itu semua hanya menggeleng dengan tatapan malas melihat kelakuan Fajri yang semakin hari semakin ingin rasanya dia bunuh.

Iren menjentikan jarinya di depan wajah Alea "Woy! ayo berangkat, ngapain bengong? ke sambat baru tau rasa lu!" 

"Iya Iren jelek!" teriak Alea dengan refleks, lalu dia dengan cepat berlari meninggalkan Iren yang terdiam mendengar teriakan nya.

"Tadi tuh anak bilang gua apa? jelek?! AZALEA QAIREN AWAS LU YA!" teriak Iren dengan kencang seraya terbang mengejar Alea.

"Pagi Alea." sapa Mba Ani yang berdiri di depan Alea. 

"Pagi juga, Mba Ani."

"Ada apa nih, kenapa kamu ketawa sendiri?"  

"Biasa Mba, tadi Alea-"

"Dia ngatain Iren jelek Mba! emang yah manusia satu ini menyebalkan, pengen banget gua jitak kepala nya." adu Iren dengan memotong ucapan Alea dengan kesal.

"Oh, jadi karna itu kalian berdua teriak-teriak dari tadi?" timpal Mba Ani dengan menahan tawa melihat raut wajah Alea dan Iren secara bergantian.

"Sekarang Alea harus minta maaf sama Iren, kalo ngga Iren ngambek sama Alea!" titah Iren dengan kedua tangan yang bersilang didepan dada.

"Ngga usah minta maaf Alea, dia kan emang jelek." sahut Mba Ani yang diangguki sama Alea.

"Jadi maksud kalian, Iren jelek gituh?!" Mba Ani dan Alea hanya mengangguk secara bersamaan, sedangkan Iren melebarkan kedua matanya dengan mulut yang sedikit terbuka."UNPREN LAH KITA!" 

"Sejak kapan saya mau berteman sama kamu?" tanya Mba Ani dengan mengejek.

"Kamu juga bukan teman nya Lea, Ren." timpal Alea dengan menahan tawa.

Iren yang semakin kesal dengan mereka berdua langsung pergi dari rumah meninggalkan Alea yang hanya mengelus dada dengan tersenyum.

"Iren beneran ngambek tuh sama kita." ujar Mba Ani. 

Alea tersenyum seraya mengambil sepotong roti yang ada diatas meja makan."Biarin aja Mba, nanti juga Iren balik lagi kayak biasanya."

"Ngga bisa di biarin Alea, kamu kan tau sendiri kalo Iren ngambek pasti dia ngga akan mau dekat sama kamu seharian. Oh iya, kamu kenapa pakai seragam? kamu mau sekolah?" 

Alea mengangguk."Iya Mba, Alea mau sekolah hari ini."

"Kondisi kamu gimana, udah lebih baik?"

AZALEA QAIREN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang