🍁10. KEBOHONGAN YANG MENYAKITKAN 🍂

241 91 24
                                    

"Hal yang paling aku benci adalah ketika kita ingin melindungi seseorang dengan cara yang salah."

~Fajri Putra Danendra~


Malam ini Alea sedang berada di taman belakang yang ada dirumah nya, dia duduk di ayunan yang dulunya di buat sama kedua orang tua nya untuk dia bermain. 

"Mba Ani, Alea mau nanya sama Mba boleh?" tanya Alea dengan tatapan matanya yang hanya fokus menatap kearah langit dengan menikmati hembusan angin yang menerpa wajah nya.

Mba Ani yang berdiri tidak jauh dari tempat Alea duduk, dia pun menoleh kearah Alea dengan tatapan hangat. "Mau nanya apa Lea?"

"Menurut Mba, kabarnya Bang Al sama Bang Wildan gimana ya? Alea kangen sama mereka, Alea mau ketemu sama mereka."

"Mba ngga tau pasti kabar tentang mereka Lea, tapi kamu ngga usah khawatir, mereka berdua pasti bakal nemuin kamu."

"Andai Bunda sama Ayah masih ada disini, mungkin hidup Lea ngga akan sehancur seperti sekarang. Lea ngga akan kehilangan orang-orang yang Lea sayang, Lea ngga akan nangis setiap hari. Lea kangen sama mereka, Lea mau ikut mereka aja Mba. Lea ngga kuat disini sendirian." kata Lea dengan air mata yang perlahan mengalir dikedua pipinya. 

"Kenapa ngga Lea aja yang mati Mba? kenapa harus Bunda dan Ayah yang mati karna kecelakaan itu."

"Benar kata Oliv, Lea cuman anak pembawa sial dikeluarga ini. Karna Lea, Bang Fajri harus kehilangan kedua orang tua nya, karna Lea juga Bang Fajri yang harus menggantikan posisi Ayah di perusahaan."

"Lea, kamu ngga boleh bicara seperti itu. Semuanya itu adalah takdir, kita ngga tau takdir kita seperti apa. Jadi ngga sepantasnya kamu menyalahkan takdir yang udah terjadi." tegur Mba Ani dengan tenang. 

"Alea tau kalo ini semua takdir, tapi kenapa takdir Alea begitu jahat sama Lea. Kenapa Mba? apa Lea ngga diizinin untuk bahagia? apa Lea lebih baik nyusul Bunda sama Ayah aja biar Abang bahagia?"

"Lea, Mba udah bilang kan ngga boleh bicara sembarang. Kalo kamu nyusul Bunda sama Ayah, bagaimana nasib Abang kamu? kamu fikir dia akan bahagia saat kehilangan adik satu-satunya yang dia punya?"

Alea mengangguk pelan dengan air mata yang terus mengalir. "Pasti Mba, Abang pasti bahagia kalo Alea ngga ada didunia ini."

"Bagaimana kalo dia ngga bahagia dan hidupnya semakin terpuruk? siapa yang akan menyesal nanti nya?"

"Mba tau kalo sikap Fajri udah diluar batas, cuman kamu juga harus mencoba memahami apa yang sebenarnya Abang kamu inginkan dan apa yang dia lakukan selama ini sama kamu."

"Mengakhiri hidup kita sendiri, akan hanya membuat kita menyesal." tambah Mba Ani dengan mengelus kepala Alea. 

Beberapa menit kemudian, terlihat Iren yang tiba-tiba datang dengan raut wajah yang khawatir. Dia khawatir saat melihat kedua mata Alea yang memerah, air mata yang masih mengalir di wajahnya. 

"Lea, lu kenapa? siapa yang buat lu nangis?" tanya Iren dengan khawatir. 

"Mba, siapa yang buat dia nangis?" tanya Iren kearah Mba Ani yang berdiri tidak jauh darinya.  

"Dia cuman lagi kangen sama orang tua nya." balas Mba Ani dengan tersenyum tipis.

Iren mengelus kepala Alea dengan lembut. "Kalo kangen sama mereka itu, kirim doa Lea. Bukan nangis."

"Mereka ngga akan suka lihat lu nangis kayak gini, mereka cuman mau lihat lu bahagia." tambahnya. 

"Ngga ada kebahagiaan dihidup Alea." gumam Alea dengan pelan. 

AZALEA QAIREN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang