kantor polisi

1.6K 226 24
                                    

Di sebuah kafe, terlihat seorang laki-laki tampan berambut putih dengan potongan yang aneh, tapi tidak menurunkan ketampanan diwajah tersebut. Kokonoi, nama laki-laki itu, sesekali Koko memeriksa jam ditangannya, karena dia akan bertemu Akane, kakak dari kekasihnya, sekaligus perempuan yang ia cintai. Tapi mereka tidak bersama, karena Akane hamil, Taiju adalah ayah dari anak Akanenya.

Akane menceritakan semuanya padanya, sambil menangis sesugukan dalam pelukannya, mengucap maaf berkali-kali. Akane bilang, saat itu ia dan Taiju mabuk, mereka tidak melakukannya, dalam keadaaan sadar, alias dibawah pengaruh alkohol, Taiju dan Akane berinisiatif, merahasiakan malam yang keduanya klaim, sebagai kesalahan, tapi ... Mereka tidak menyangka, satu malam itu, menciptakan satu kehidupan dalam perut Akane, sambil menangis, Akane ke rumah Koko, dia tidak mungkin merahasiakan malam yang terjadi padanya dan Taiju kala itu.

Koko tentu saja marah, dia bahkan memporak-porandakan geng dan markas Taiju, Koko juga akan membunuh Taiju saat itu, tapi dihalangi oleh Akane, yang mengatakan pada Koko, tidak mau anaknya hidup, tanpa kehadiran seorang ayah.

Hubungan mereka terpaksa kandas, karena Akane menikah dengan Taiju. Selang beberapa saat, ketika Akane melangsungkan pernikahan dengan Taiju, Seisui menyatakan perasaannya padanya, Koko terpaksa menerima, meski sudah mengatakan pada Inupi, jika hatinya hanya milik Akane. Inui sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, teman masa kecilnya itu yakin, jika suatu saat nanti, Koko pasti akan mencintainya, tapi hingga kini, belum ada rasa cinta di hati Koko, untuk Inui.

"Koko"

Koko menoleh ke asal suara, maniknya terpaku pada Akane, yang masih tetap cantik, tidak berubah dari dulu. Koko berdiri, menarik kursi yang akan Akane tempati, Koko tersenyum pada gadisnya, tapi tidak dengan Akane, biasanya Akane akan senang dan bahagia ketika bersamanya, tapi sekarang, kesedihan lah yang menghiasi wajah cantik itu.

"Akane-san, apa apa? Kenapa sedih? Apa si bodoh itu yang membuatmu sedih begini"

"Koko, Taiju tidak ada hubungannya dengan ini, aku ... Aku ingin, agar kita tidak bertemu diam-diam lagi, seperti ini, lupakan aku Koko, lupakan tentang kita"

Brak

Koko mengebrak meja, membuat Akane terperanjat, pengunjung lain juga terkejut, karena Koko yang memukul kuat meja, hingga menciptakan retakan.

"Akane-san jangan bercanda, ini tidak lucu"

Jemari Akane mengelus punggung tangan Koko, itu cara Akane, untuk menenangkan Koko ketika marah. Mendapat elusan seperti itu, Koko berangsur-angsur tenang, ia kembali duduk di kursi. Kini jari Koko ikut mengusap tangan Akane. Keduanya diam beberapa saat, sampai Akane memecahkan keheningan yang ada.

"Koko, mengerti lah, aku sudah menikah dan memiliki anak. Aku ingin belajar untuk menjadi istri dan ibu yang baik"

"Tapi Akane-san, bagaimana dengan kita?"

Lirih Koko, Akane menahan isakan ketika mendengar suara Koko yang amat lirih, begitu syarat akan kesedihan. Akane sangat mencintai Koko, tapi mereka tidak ditakdirkan untuk bersama, seandainya malam itu ia dan Taiju tidak mabuk, mungkin dia akan bahagia bersama Koko, laki-laki yang dirinya cintai.

"Hiks hiks maaf Koko, hiks kita harus berpisah, lupakan semuanya Koko hiks"

Koko berdiri dari duduknya, menarik Akane kedalam pelukannya, membiarkan perempuan yang dia cintai, menangis dipelukannya, sama sekali tidak perduli dengan  pengunjung yang melihat mereka berdua.

"Maaf Koko"

Koko mengelus punggung Akane, diciumnya kening Akane, mengatakan jika dia akan berusaha, melupakan semua tentang Akane dan dirinya, Akane sendiri tersenyum senang. Koko meletakkan uang di meja, membayar minuman sekaligus menganti kerusakan meja. Mereka menghabiskan waktu bersama seharian, untuk yang terakhir kalinya.

'Maaf Akane-san, tapi sampai matipun, aku tidak akan pernah melepaskan mu'

Chifuyu menghela napas, untuk kesekian kalinya, baca! Kesekian kalinya! Mereka harus berada di kantor polisi, karena aksi Baji yang bertema 'mari bakar mobil jika lapar' gila, Chifuyu bahkan tidak ingat, sudah berada kali mereka berurusan dengan hukum, karena ulah Baji. Chifuyu stress tau gak, mau nyemplung ke empang aja dia mah. Polisi juga sudah akrab dengan mereka berempat, setiap kali ke kantor polisi, para polisi akan memberikan permen dan makanan lain pada Chifuyu, juga menghidupkan televisi, agar Chifuyu tidak bosan kata mereka. Chifuyu mengetik pesan di ponselnya, lalu mengirim teks tersebut pada Inupi.

Seisui sudah selesai membereskan barang-barang, yang sekenanya dia perlukan, untuk acara menginap di rumah Chifuyu nanti, bersama dengan bayi-bayinya yang lain. Inui tidak membawa banyak, hanya beberapa lembar baju, celana, jaket, topi dan boxser tentunya. Tak lupa Seisui membawa black card Koko, untuk membeli barang-barang, ketika menginap di rumah nenek Takemichi esok harinya.

Ponsel Inui berdering, ada pesan masuk dari Chifuyu, bayinya dan ketiga calon semenya, ada di kantor polisi, lagi. Inui mengetik pesan balasan, mengatakan dia akan kesana dalam beberapa menit. Seperti yang dikatakan dalam bab sebelumnya, jika ada masalah, tunjukkan saja paha mulus Seisui Inui, maka semuanya akan beres.

Smiley sedang membeli bahan makanan, untuk persediaan di rumah, adiknya yang manis pergi ke rumah Hakkai, main katanya. Sampai di pasar, Nahoya membeli bahan-bahan yang dia perlukan, ketika memilih sayur, seseorang menabraknya, dia berbalik, siap memaki yang menabrak dirinya, tapi tidak jadi, karena pelakunya hanya seorang anak kecil.

"Oi, bocah, kenapa kau menabrak ku hah, siapa namamu? Mana orang tuamu?"

Tanya Smiley bertubi-tubi, anak itu mendongak, Nahoya terpaku, ketika melihat manik dan rambut biru, yang familiar baginya, tapi tidak ingat melihatnya dimana.

"Hiks hiks sakit hiks"

Smiley berdecak, bagus, anak itu menangis sekarang. Nahoya mengangkat anak yang masih menangis tersebut, mengendongnya dipinggang, ia akan membawa anak itu ke rumahnya, mengobati lutut si anak yang berdarah, lalu membuangnya, mungkin. Smiley membayar belanjaannya, membawa barang serta seorang anak bukanlah hal mudah.

'berat ni anak, banyak dosanya kali ya'

Batin Smiley, tidak melihat seseorang berambut biru berbadan tinggi, tengah memanggil nama seseorang.

Bayi ToumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang