"kenapa mereka belum datang"
Keluh Akane yang duduk di meja makan, sambil menunggu kedatangan suami dan anaknya. Ia sudah memasak beberapa makanan dengan susah payah, jari-jarinya bahkan dipenuhi luka karena teriris pisau.
Akane memang jarang memasak, biasanya Taiju lah yang membuat makanan untuk mereka, atau memesan makanan cepat saji, Akane bahkan jarang berada di rumah, karena ia bekerja sebagai sekertaris, di perusahaan milik ayah dari Kokonoi, dia juga jarang menghabiskan waktu bersama putranya, ia banyak melewatkan pertumbuhan sang anak, bahkan kata pertama yang anaknya dan Taiju ucapan adalah 'papa' bukan mama' seperti anak kebanyakan.
"Kenapa belum datang juga"
Jengkel Akane yang lelah menunggu, kedatangan Taiju dan sang anak.
Koko sudah pergi dari tempat ia melihat Inupi dipeluk oleh Draken, dengan perasaan cambur aduk, Kokonoi mengeram marah di dalam mobilnya, air matanya sudah mengering dan ia telah berhenti menangis, wajah yang tadi teramat sedih, kini menampilkan kemarahan.
"Inupi milikku, tidak ada yang boleh mengambilnya"
Sosok laki-laki bertubuh besar, dengan banyak tato tengah bersandar di pohon, raut wajah dari pria tersebut tak terbaca, maniknya memperhatikan dua orang yang masih asik berpelukan.
"Ternyata kau masih mencintainya Ken"
Inupi melepas pelukannya dan Draken, ditatapnya wajah laki-laki yang dulu pernah mencintainya, ia juga cinta pertama laki-laki tersebut.
"Maafkan aku Ryu, bajumu jadi basah gara-gara aku"
Sesal Inui dengan manik meredup, Draken, yang lebih sering Inui panggil Ryu, mengacak surai Seisui sambil tersenyum.
"Tidak apa, nanti akan kering sendiri"
Seisui yang merasakan lembutnya elusan Draken di surainya, menutup mata, menikmati ketika jemari Draken masih setia mengacak rambutnya.
'Jangan terbuai Inui, ingatlah, hatimu hanya untuk Koko'
'Aku bingung dengan perasaanku, aku masih mencintai Seisui, tapi aku juga mulai memiliki rasa para orang itu'
Tuk
Nahoya menghantukan dahi ke meja, bibir mengerutu, sesekali mengumpat pelan, tidak mungkin ia mengeluarkan kata-kata kasar, di depan balita polos, yang berada di samping kursinya, sambil asik menyantap kentang goreng.
'Ni bocah cuma makan sendiri aja, aku kan juga pengen kentang goreng '
Nahoya kembali mengerutu, tidak sabar menunggu kedatangan Taiju, yang izin ke kamar mandi.
'lama amat tu bongsor ke kamar mandi, jangan -jangan lagi c**i'
Jengkelnya dengan wajah tertekuk.
Tadi saat mereka sedang mencari Takemichi, tiba-tiba anak Taiju merengek minta bubur ayam, sebagai ayah yang baik, tentu Taiju menuruti apa yang sang anak mau, ia membelikan putranya kentang goreng -_-
'dasar bapak durhaka, anak minta bubur, malah dibeliin kentang goreng, mana aku gak dibelikan lagi'
Dumelnya masih dengan kening, yang senantiasa mencium meja.
"Bubu"
"Kunti betelor! Alamak, kaget aku"
Nahoya terentak saat wajah anaknya Taiju nongol dari kolong bawah meja restoran.
"Bubu"
"Hoi, bocah, jangan seenaknya ganti nama orang, Namaku Nahoya Kawata, panggil aku Baginda raja"
"Bubu"
"CK, keras kepala, sama kayak bapak mu, sini bubu gendong"
Nahoya mengambil putra Taiju dari bawah meja dan mendudukkan tu tuyul di pahanya, menyuapi kentang goreng kedalam mulut bocah tersebut. Taiju kembali dari toilet, melihat jelas keakraban sang anak dengan sahabat adiknya.
Deg deg deg
Jantung Taiju berdebar kencang, melihat wajah Nahoya yang menurutnya manis.
'Gak mungkin aku jatuh cinta si permen kapas, kan?'

KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Touman
FantasyTokyo Manji adalah gang dengan orang bar-bar didalamnya, tapi gang itu juga memiliki bayi yang harus dijaga, bukan hanya satu atau dua, tapi empat bayi, mereka adalah Chifuyu, Takemichi, Angry dan Hakkai