5. Draco's Plight (Part 2)

2.5K 406 70
                                    

"Memangnya dia lagi ngapain sih?" Ron mengecek jam tangannya lagi. Mereka sedang menunggu Hermione di ujung tangga menuju kamar perempuan. "Kita bisa telat sarapan nih," gerutunya, seolah telat sarapan adalah bencana yang sangat besar.

"Memastikan kalau susunan bukunya sesuai dengan huruf alfabet, mungkin?" Harry mencoba menduga. Dia sendiri juga kelaparan, tapi sekarang dia lebih khawatir kalau Ron dan Hermione ribut sepanjang perjalanan ke Aula Utama. Sekarang saja Ron sudah diambang kejengkelan.

"Bagus. Itu artinya kita bakal di sini sampai bertahun-tahun."

"Benar, kalian pasti akan bertahun-tahun menunggu," ujar Parvati muram, sambil menuruni tangga.

"Eh? Ada apa?" tanya Ron, siap-siap menerjang tangga, walaupun dia tahu tangganya akan menjadi lantai yang licin saat ada anak laki-laki yang berjalan di atasnya.

Parvati memandang mereka dengan sabar. "Dia lagi membantu Lavender soal Mantra Periasnya."

"Oh." Ron langsung mundur lagi, seolah takut kalau Parvati akan menyuruh Ron untuk membantu mereka berdua.

"Hermione membantu Lavender?" tanya Harry. "Bukannya kamu yang biasanya..." Harry berhenti berbicara, takut akan menyinggung salah satu pihak.

Tapi Parvati langsung menyetujui. "Iya kan!" katanya, seolah sudah menunggu saat-saat ini untuk mengeluh. "Tapi apa dia minta tolong padaku? Tidak! Malahan, aku disuruh pergi jauh-jauh."

"Kukira kalian berdua sudah baikan?"

Parvati menghela napas begitu mendengar pertanyaan Harry. "Aku pikir juga begitu."

"Er," Ron memotong ragu-ragu. "Tapi... apa Lavender tidak bisa menggunakan Mantra Periasnya sendiri?"

Parvati memandang Ron datar. "Kamu ini tidak peka sekali ya," ujarnya lalu pergi dari sana.

"Apa sih?" Ron memandang Harry dengan heran.

"Maksudnya mantra untuk menyamarkan luka-luka Lavender, Ron," jawab Harry.

"Oh." Ron terlihat tidak nyaman begitu menyadarinya. "Greyback sialan." umpatnya.

Namun tiba-tiba suara tinggi Parvati terdengar.

"Ginny! Kamu tidak apa-apa?" pekikan Parvati membuat Harry dan Ron melihat ke arah pandang Parvati, yaitu pintu masuk asrama dimana Ginny baru saja masuk. Dia terlihat kacau. Sapu terbang berada di tangannya, namun dia gunakan sebagai tongkat untuk berjalan, dengan rambut yang basah dan acak-acakan. Pipinya merah membara, dengan mata yang juga merah.

Ron langsung melompat di sisinya, dengan Harry yang berderap menuju ke arahnya.

"Kok bisa begini?" tanya Ron, khawatir.

"Aku tidak apa-apa kok," kata Ginny dengan suara pelan. "Cuma..." tambahnya sambil menatap ke arah mereka berdua. "Sepagian ini benar-benar ada kejadian yang bikin capek."

Untuk sedetik, Harry menyangka bahwa Ginny akan menangis; tapi alih-alih menangis, dia berkata dengan suara bergetar, "Aku butuh duduk," dia lalu berjalan tertatih ke arah sebuah kursi paling dekat dengan perapian dan melemparkan dirinya di atasnya.

Ron dan Harry berpandangan sebelum mengikutinya. Parvati juga ada di sana, dengan sigap menyodorkan segelas air putih untuk Ginny. Tapi Ginny hanya memandangi gelasnya, seolah tidak tahu harus berbuat apa.

"Ginny, jangan bikin takut gini." Ron berlutut di depannya. "Beritahu kami ada apa."

Mendengarnya Ginny langsung menggenggam gelasnya erat-erat sambil menggelengkan kepalanya. "Malfoy,"

✓ At Your Service (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang