9. The Last Wish (Part 3)

3.3K 333 108
                                    

T/N: aku lupa kasih warning di chapter kemarin kalau bagian ini akan ada adegan dewasa singkat, dan Harry bottom Implied! Kalo nggak nyaman silakan skip ya

.

Saat ruangannya terasa semakin panas, Harry semakin panik. Harry harus menyadarkan Draco... tapi bagaimana? Bagaimana kamu meyakinkan seseorang bahwa dia pantas diselamatkan? Bahwa dia punya kesempatan untuk hidup? Hermione pasti akan tahu, dan Harry tidak tahu apa-apa. Tapi Harry harus melakukan sesuatu. Harry harus membuat Draco berjuang untuk hidup, berjuang untuk dirinya sendiri; Draco sudah pernah melakukannya di masa lalu, dia bisa melakukannya lagi.

Draco mencengkeram kedua pundak Harry dengan keras. "Potter," bisiknya, terlihat begitu ketakutan. "Kamu harus..."

"Aku tidak bisa melakukan apa-apa—"

"Bukan. Kamu harus pergi dari sini. Aku ingin kamu pergi dari sini."

Jantung Harry rasanya berhenti berdetak. Draco akan merelakannya pergi. Harry akan meninggalkan Draco di sini sendirian.

"TIDAK!" Harry berteriak. Tidak ada lagi yang bisa Harry lakukan. Tapi kemudian satu ide melintas di otaknya. Dia mengepalkan tangannya dan memukul rahang Draco keras. Buku-buku tangannya memutih kesakitan, bersamaan dengan Draco yang terlontar ke belakang.

Draco menatap Harry dengan mata yang melebar.

"Kamu pikir perasaanku tidak nyata?" Harry berjalan mendekat. "Kamu pikir aku berada dalam kendalimu?" Harry memukul Draco lagi di tempat yang sama, sekeras mungkin. Draco terjerembab ke belakang lagi, matanya berkilat sambil mengusap rahangnya.

"Pukulan ini nyata tidak?" tanya Harry keras. "Kamu pikir kamu tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan kita? Tentu saja tidak bisa! Lihat saja kamu! Selalu menungguku untuk menyelamatkanmu. Satu kali saja kamu diberi kesempatan untuk menyelamatkan kita berdua—kamu tidak bisa! Tahu kenapa? Karena kamu musang jelek, brengsek, dan menyedihkan, yang gampang menyerah saat situasi mulai rumit. Kamu cuma bisa diam saja, tidak melakukan apa-apa." Dada Harry begitu sakit saat mengatakannya, tapi Harry harus melakukan ini. "Itulah kenapa kamu suka sekali kalau aku yang jadi Top waktu kita ngeseks kan? Itulah alasan kenapa kamu memohon padaku kan? Kenapa? Apa karena Ayahmu yang menyuruhmu? Atau karena kamu ingin jadi sepertinya? Kamu ingin merangkak dan memohon-mohon sepertinya? apa kamu juga ingin pukulan ini?" Harry sudah melayangkan pukulannya lagi saat Draco menangkap kepalan tangannya. Wajahnya begitu marah dan murka.

"Dasar brengsek," kata Draco, nadanya begitu rendah.

Jangan ganggu Naga yang sedang tertidur, pikir Harry, mempersiapkan dirinya sendiri.

Draco melayangkan pukulannya sendiri dan mengenai pipi Harry; rasa sakitnya menjalar hingga sampai ke matanya. Harry hampir saja terhuyung jatuh, kalau saja Draco tidak mencengkeram lengannya. Pukulan berikutnya dilayangkan tepat di perut Harry, membuat napasnya terengah, dilanjutkan dengan pukulan di wajahnya lagi, tepat di atas rahangnya.

Rasa sakit yang teramat sangat membuat kepala Harry pusing. Saat Draco mendorongnya, Harry langsung terbaring jatuh. Dalam sedetik, Draco sudah berada di atasnya, berlutut di antara dua kaki Harry yang terbuka. Draco memerangkap kedua pergelangan tangan Harry dan membawanya ke atas kepala Harry untuk menguncinya di sana.

Harry menunggu pukulan berikutnya. Saat pandangannya sudah tidak kabur, dia bisa melihat wajah Draco di hadapannya. Tongkatnya terarah pada wajah Harry. Begitu marah, sampai tangannya bergetar.

"Apa kamu mau luka tambahan, Potter?" tanya Draco, hampir berbisik. "Aku tahu mantra yang tepat. Kamu yang mengajarkannya padaku, ingat?"

Beberapa detik berlalu, tapi mantranya tidak kunjung tiba. Sedangkan tangan Draco masih bergetar.

✓ At Your Service (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang