4. A Stunning Discovery (Part 2)

2.8K 412 59
                                    

"Aku punya teori," Harry berujar saat mereka berjalan bersama untuk sarapan keesokan harinya.

"Yang ini teorinya masuk akal tidak?" Hermione bertanya.

"Ada hubungannya dengan Malfoy lagi, tidak?" Tambah Ron.

Iya dan tidak, pikir Harry, tapi sengaja tidak menyuarakannya dan langsung menjelaskan teorinya. "Selama tujuh tahun, kita tidur di kamar yang sama kan?" Ron dan Hermione memandangnya datar. "Maksudku tuh," Harry buru-buru menambahkan, "waktu kita pertama kali datang, kita diberikan kamar dan kita tidur di sana selama tujuh tahun—kalau kasus kita sih enam tahun—dan hanya penanda kamar kita saja yang diganti. Jadi asumsiku, di asrama lain juga pasti seperti itu.

"Er, kayaknya sih begitu..." Hermione menanggapi.

"Dan tahun ini, para peri rumah harus menambahkan Mantra Peluas pada menara Gryffindor, supaya kita semua muat. Jadi kita tidak lagi di kamar kita yang lama, karena kamar kita yang lama harusnya untuk anak baru kelas satu, soalnya kita harusnya sudah lulus."

Hermione memandangnya, lalu menggeram. "Tuh kan, ini ada hubungannya dengan Malfoy lagi."

"Kok bisa?" Tanya Ron.

"Well," Harry melanjutkan, "kalau misalnya Slytherin juga begitu, artinya kamar yang kemarin kebakaran adalah bekas kamar yang selama tujuh tahun milik Draco Malfoy."

"Jadi..." Ron menggaruk kepalanya. "Kamu pikir Malfoy terlalu sayang dengan kamarnya. Dan dia murka lalu memutuskan: kalau aku tidak bisa tidur disana, maka kalian juga tidak bisa. BAKAR! BAKAR!" Ron berteriak lalu tertawa terbahak-bahak.

Harry menatapnya sambil menahan dirinya untuk tidak tersenyum geli.

Hermione mendengus. "Bukan, Harry pikir ada seseorang yang benar-benar ingin mencelakai Malfoy. Iya kan, Harry?"

"Tapi masuk akal, kan?" Harry mencoba lagi. "Misalnya Carrow bersaudara, mereka pasti tahu dimana Draco tidur dan mereka mungkin tidak tahu soal Mantra Peluas-nya. Jadi kalau mereka mau membunuhnya, mereka pasti berpikir kalau kamarnya masih sama dengan tahun lalu."

"Tetap saja tidak masuk akal, Harry," Ron berkata. "Misalnya memang mereka berhasil menyusup ke dalam Hogwarts dan ke dalam asrama Slytherin nih, terus apa? Masa mereka tidak lihat di dalam kamar itu isinya cuma anak kelas satu? Terus mereka tetap memutuskan untuk menyihir banyak lilin di sana dan berharap kalau lilinnya menyebabkan kebakaran? Dan bukannya langsung menggunakan kutukan Fiendfyre misalnya, yang jelas-jelas lebih manjur."

"Bisa jadi mereka menggunakan kutukan Imperius ke seseorang! Ke salah satu siswa misalnya, dan bukannya melakukannya sendiri."

"Perintahnya apa? 'Bakarlah kamar ketiga di sebelah kanan,' padahal mereka bisa langsung bilang 'Bunuhlah Draco Malfoy'? Pelahap Maut memang tidak tahu dimana letak kamar Malfoy sekarang, tapi siswa-siswa Slytherin jelas tahu."

Harry berhenti berjalan. "Iya sih, masuk akal. Tapi itu artinya, siapapun yang kena kutukan Imperius, mereka pasti bukan siswa Slytherin."

"Atau malah bukan siswa, atau malah bukan orang yang ada di dalam Hogwarts, karena mereka pasti tahu bahwa Malfoy tidak akan ada di kamarnya yang lama. Lagipula kamu yang bilang sendiri, di setiap pintu kamar kan ada tandanya."

"Lalu bagaimana? Kalau Pelahap Maut mengira mereka tahu cara menemukan Malfoy, mereka pasti memberi instruksi pada orang yang mereka Imperius. Mereka pasti tidak kepikiran untuk bertanya pada orang yang tidak pernah ke Slytherin soal dimana Malfoy tidur."

Ron menggelengkan kepalanya. "Tapi kenapa repot-repot harus ke ruang bawah tanah? Dan kenapa harus lewat kebakaran? Kalau mereka melempar kutukan Imperius, lebih baik menyuruh mereka langsung membunuh dengan Avada Kedavra waktu Malfoy jalan di lorong, misalnya."

✓ At Your Service (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang