MCB-13

15.2K 1.4K 78
                                    

Happy Reading💛


Nafas dasha memburu, melihat arka masih sempat nya tertawa setelah menang dari balapan, dengan dirinya yang menjadi bahan taruhan.

Entah apa yang dipikiran arka saat ini, sudah meninggalkan nya begitu saja diarena balapan, menjadikan nya bahan taruhan, tertawa diatas sakit hati dasha saat ini dan bahkan melirik nya saja tidak.

Hati dasha semakin sakit, saat perempuan itu menghampiri arka dan tanpa tau malu mengecup pipi kanan arka. Dan menatap dasha dengan senyum kemenangan.

Dengan tangan yang mengepal dan mata yang berkilat emosi. Dasha berjalan menghampiri arka dan langsung menarik tangan arka dengan kasar menuju parkiran yang terlihat sepi.

Dasha menatap arka dengan mata yang sudah berkaca-kaca, "Kenapa lo tega ka? Lo pacarin gue hanya untuk dijadiin bahan taruhan. Dimana hati lo?"

Hati arka seperti tertusuk ribuan jarum, arka menggeleng pelan. Berusaha menggapai tangan dasha tetapi berhasil ditepis nya.

"Dasha, aku gak jadiin kamu bahan taruhan! Dari awal aku gak ada niat sedikit pun buat mainin hati kamu, aku sayang sama kamu sha."

Dasha tertawa hambar dengan kepala yang digelengkan walaupun air mata sudah mengalir dari pipi nya.

"Bohong, kalo emang lo sayang sama gue kenapa lo balapan dan jadiin gue bahan taruhan! Masih ada barang lain kan yang bisa dijadikan bahan taruhan, kenapa harus gue?"

"Gak gitu sha, ak--

"STOP! GUE GAK MAU DENGERIN OMONG KOSONG LO ITU, DAN ASAL LO TAU! LO CINTA PERTAMA YANG BERHASIL BIKIN GUE HANCUR! SELAMAT ARKA. JIKA EMANG LO JADIIN GUE MAINAN, SEKARANG GUE MUTUSIN BUAT PERGI DARI HIDUP LO."

Deg

Jantung arga berdegup lebih kencang, bahkan dirinya pun sudah tidak dapat menahan tubuh nya yang sudah terduduk lemas ditanah.

Arka memukul kepala nya berulang kali, mehilangkan rasa sakit yang muncul dikepala nya secara tiba-tiba. Mata nya terasa sakit bahkan ada sesuatu yang memberontak didalam tubuh nya seperti ada yang ingin keluar.

Sedangkan dasha sudah meninggalkan tempat tersebut, berjalan dengan langkah pelan dan air mata yang tidak bisa berhenti.

"AAARRGGHH..." Teriak arka, kepala nya semakin sakit.

Mata yang awal nya hitam kecoklatan, seketika berubah menjadi biru terang.

Arka bangkit dari duduk nya dan mengejar dasha yang belum hilang dari penglihatan nya.

Grep

Arka menerjang dasha dari belakang dengan pelukan yang sangat erat bahkan dasha hampir tersungkur ditanah jika dirinya tidak menahan nya.

"Hiks... jangan pelgi dali hidup alka! Hiks alka sayang sama dasha, hiks... bukan alka yang nakal dasha hiks... tapi si bodoh itu yang balapan! Hiks... Alka anak pintal, alka gak belani buat balapan kalena pasti dasha bakal hiks... malah! Jangan malah sama alka, kan alka enggak salah. Yang salah itu si bodoh hiks..." Ucap arka, sambil menangis dibahu dasha.

Dasha mengerutkan dahi bingung, kenapa sekarang arka kembali cadel. Bukan nya itu hanya pura-pura untuk menarik perhatian nya dan arka berbicara seperti itu seolah-olah mereka berbeda.

Dasha memutar badan nya menghadap arka, terlihat jelas pipi yang banjir oleh air mata dan hidung yang memerah dengan kepala yang menunduk sambil meremat ujung kaos hitam nya. Seperti anak kecil yang tengah dimarahi mama nya, sangat lah menggemaskan ditambah lagi dengan warna mata dari arka cadel.

"Coba jelasin sama aku, maksud nya gimana?" Tanya dasha, sembari menghapus air mata arka dan menangkup wajah nya sehingga dirinya tidak lagi menunduk.

Arka menunjuk dirinya sendiri, sambil berujar. "In-ini alka, ini alka nya dasha! Alka yang dasha tolong digang kecil telus gelap, dan ajak dasha pacalan! Telus yang balapan itu bukan alka tapi si bodoh." Ujar arka, berusaha menahan isak-kan nya. Dirinya kembali sedih dasha tidak mengingat nya.

Dasha mengangguk paham, dirinya baru menyadari sekarang bahwa arka memiliki alter ego. Jadi akhir-akhir ini dirinya bersama si bodoh itu atau sebutan arka cadel untuk arka yang sebenar nya.

Dasha mengingat kejadian saat arka melempar kotak bekal pemberian dari adit, saat itu dasha kaget karena arka berbicara sangat jelas dan tidak cadel sedikit pun. Dan dasha menduga kalau arka pura-pura tapi ternyata dirinya salah, dalam tubuh arka terdapat karakter lain.

"Selama ini kamu kemana?" Tanya dasha dengan air mata yang mengenang dipelupuk nya. 

Arka mengarahkan tangan nya untuk menangkup pipi dasha dan mencium lembut kening gadis nya itu. 
 
"Alka gak pelnah kemana-mana, alka ingin sekali beltemu dasha tapi alka gak bisa kelual nanti sekalang balu bisa! Dasha jangan malahin alka yah? Malahin aja si bodoh itu yang udah nakal."

Dasha terkekeh pelan sambil  mengangguk, "Iya sayang." Ucap dasha, sembari mencium pipi kanan arka. 

Seketika wajah nya memanas dan menatap dasha tanpa berkedip, "Alka jadi malu." Arka menyembunyikan rona merah diwajah nya dengan memeluk tubuh dasha.

👉👈

Arka dan dasha baru saja turun dari atas motor, saat ini mereka tengah berada dirumah milik arka.

Setelah melepaskan helm, arka menggenggam tangan dasha dan berjalan memasuki rumah nya. Tanpa penolakan sedikit pun dengan senang hati dasha membiarkan tangan nya digenggam arka sangat posesif.

Hati nya menjadi berbunga-bunga arka yang kekanak-kanak kan sekaligus cadel, memperlakukan nya layak nya seorang ratu. Jika dibandingkan dengan arka asli, sifat mereka berdua sangat lah jauh.

"BUNDA!" Teriak arka, saat sudah berada didalam rumah dengan tangan yang masih setia menggandeng tangan dasha.

Teriakan arka yang melengking membuat dasha memukul bahu nya pelan, "Arka jangan teriak-teriak! bunda mungkin udah tidur!" Dasha memperingati arka, sedangkan arka hanya menampilkan deretan gigi putih dan rapi nya.  

"BUNDA DIDAPUR, GAK USAH TERIAK-TERIAK ARKA!" Teriak elina, dan melanjutkan mencuci piring.

"Padahal bunda juga teriak-teriak." Gumam arka.

Dasha terkekeh kecil, kemudian arka menarik pelan tangan dasha menuju dapur menghampiri bunda elina.

Mendengar suara langkah kaki, elina memutar tubuh nya dan bibir nya melengkung ke atas.

"Dasha udah jarang main kesini, bunda kangen tau." Ujar elina, sambil memeluk dasha.

"Maaf bunda, dasha banyak tugas sekolah! Makanya udah jarang kesini."

"Iya gak papa, sini duduk pasti kalian belum makan!" Elina menuntun arka dan dasha untuk duduk dimeja makan.

"Bunda, alka kangen!" Cicit nya sambil menunduk-kan kepala.

Dasha dan elina mengalihkan pandangan, menatap dasha yang tengah menunduk dan memilin ujung kaos nya.

Elina bangkit dari duduk nya dan langsung memeluk tubuh  arka dengan erat.

"Bunda juga kangen sama arka yang cadel!" Ujar elina, mengecup kening putra semata wayang nya.

"Sayang bunda!" Ucap arka, membuat dasha dan elina terkekeh pelan.

Setelah itu mereka pun melanjutkan makan malam yang sempat tertunda.

...

Mana nih yang kangen sama arka cadel?

Spam next yah -->

Jangan lupa vote dan komen nya💛

My Childish BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang