MCB-6

25.2K 2.2K 113
                                    

Happy Reading💛

Sampailah mereka disebuah rumah mewah, yang bercat putih dipadukan abu-abu dan bunga mawar yang berjejer rapi dihalaman.

Body guard membuka kan pintu untuk mereka, dan menunduk sopan.

Dasha semakin dibuat takjub, rumah sebesar ini dan beberapa barang mewah hanya ditinggali oleh bunda elina dan arka. Seketika jiwa misqueen nya meronta-ronta.

"Bunda alka mau ajak dasha ke kamal yah." Ucap arka polos.

Elina melototkan mata nya dan menggeplak kepala arka dengan handphone mahal nya.

"Anak gadis orang ka... kok dibawah ke kamar." Ucap elina, membuat dasha terkekeh melihat ekspresi dari bunda arka.

Arka cemberut sambil mengusap kepala nya, "Ck... bunda nyebelin! Alka cuma mau nen sama dasha."

"Terserah kamu aja bunda pusing." Ucap elina, berjalan ke arah sofa.

Dengan antusias arka menarik pelan tangan dasha menuju kamar nya.

"JANGAN KEBLABLASAN ARKA... ANAK ORANG!" Pekik elina.

"INSYA ALLAH BUNDA KALO ALKA GAK HILAF." Balas arka, membuat elina melototkan mata nya kepada arka yang menaiki tangga.

👉👈

"Ayo dasha alka mau nen." Ujar arka, duduk disamping kasur milik nya.

Sudah menjadi kebiasaan nya, menyusui bayi besar nya. Dasha sudah pernah berusaha agar arka tidak terus-terus'san menyusu pada nya dengan membelikan botol susu tetapi arka dengan cepat membuang nya ke dalam selokan. Katanya sih'Susu dasha lebih enak dali pada susu folmula'. Alhasil dirinya hanya pasrah, dengan ketentuan arka tidak berbuat macam-macam selain nenen.

Dasha membaringkan tubuh nya, sambil membuka baju dan bra yang melekat ditubuh nya.

Arka bertepuk tangan riang dengan mata berbinar, tanpa berlama-lama dirinya langsung menghisap nipel dasha dengan bibir mungil nya, sedangkan tangan yang satu nya meremas payudara dasha.

Dasha mengigit bibir nya agar desahan nya tidak lolos, yang akan menganggu arka yang sudah tertidur.

Dirinya memperbaiki sedikit posisi arka agar lebih nyaman, tangan kanan nya menjadi bantalan kepala arka.

Menatap lama wajah arka yang sangat menggemaskan, mulut yang bergerak-gerak seperti bayi, bulu mata yang lentik, bibir mungil berwarna pink dan jangan lupakan pipi gembul nya.

Semakin lama mata nya ikut memberat, dan terpejam menyusul arka kedalam mimpi.

Sedangkan ditempat lain disebuah markas geng motor, mereka saat ini tengah duduk santai tanpa kegiatan. Seperti inilah mereka jika tidak mendapat perintah dari sang ketua.

"Bosan banget anjir, biasanya kalo ada si bos pasti kita udah main pisau sama senjata." Ujar opie, menghela nafas pelan.

"Emang nya bos kemana sih?" Tanya iyan.

"Lah mana gue tau, emang gue emak nya?" Sahut jiko, yang sedang memainkan game dihandphone nya.

"Apaan sih, bukan lo yang gue tanya kribo." Ejek iyan.

"Gak usah diperjelas, iya emang gue kribo! Mau apa lo?"

"Kribo aja bangga." Sahut haikal, yang baru datang dengan membawa martabak manis.

"Lah biarin dari pada lo! Tukang mainin perempuan." Jiko hendak mengambil martabak manis, tetapi tangan nya langsung dipukul haikal.

"Giliran makanan gercep!"

"Pelit banget lo jadi orang, lagian bukan duit lo pasti duit si bos lah! Lo mana mau ngeluarin uang sepersen pun." Cibir jiko yang diangguki lain nya.

"Ck... yaudah cepat makan, habis itu beresin nih markas! Besok bos bakal kesini." Ujar haikal, membuat mereka mengangguk sambil tersenyum sumringah.

👉👈

Setelah mandi dasha turun kebawah untuk menyiapkan makan malam, dirinya tidak membangunkan arka yang masih tidur nyenyak.

Mengedarkan pandangan menata sekeliling tetapi dirinya tidak melihat bunda elina, mungkin bunda elina lagi keluar pikir nya.

Membuka kulkas yang tersedia begitu banyak bahan makanan, dasha langsung mengeluarkan beberapa bahan makanan yang akan dimasak nya malam ini. Dirinya berniat untuk memasak capcay dan ayam krispi, semoga saja bunda elina dan arka suka.

Dengan telaten dasha mulai memotong beberapa sayuran untuk capcay dan mencuci ayam sebelum dimasak.

Setelah beberapa menit berkutat didapur, akhirnya masakan nya selesai dibuat dan menata dengan rapi dimeja makan. Bertepatan dengan itu bunda elina datang menghampiri nya.

"Dari bau-bau nya aja udah enak nih!" Ucap elina, membuat dasha tersenyum.

"Arka mana?"

"Masih tidur bunda!"

Elina terkekeh pelan, "Kebiasaan anak itu! Yasudah, dasha bangunin arka nya dulu yah! Bunda mau mandi dulu bentar."

"Iya bunda, dasha naik ke atas dulu." Kata dasha, yang diangguki elina.

Sesampai nya dikamar, dasha melihat arka yang tertidur nyenyak bak seorang bayi, dengan jempol yang dihisap nya.

"Arka bangun yuk, kamu harus makan!" Dasha menepuk pelan pipi arka, membuat nya mengerjapkan mata.

"Isssh... alka gak lapal dasha, alka ngantuk mau bobo lagi." Arka menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh nya.

Dasha menghembuskan nafas nya dan menarik selimut yang menutupi arka.

"Bangun dulu arka, nanti kamu bisa sakit kalo gak makan."

Kini mata nya sudah berkaca-kaca, sudah siap untuk menumpahkan tamgis nya. Dirinya kesal saat masih mengantuk, harus dipaksa buat bangun. Akhir nya melampiaskan dengan menangis.

"Hiks... kenapa dasha gak ngelti dengan alka hiks, alka itu masih ngantuk! Alka kesel sama dasha hiks... yang maksa buat alka hiks... bangun, kalo mau makan, makan aja sana hiks..."

Mata yang lembut berubah menjadi tajam, kenapa arka menjadi seperti ini. Padahal niat nya baik untuk mengajak arka makan, biar nanti tidak sakit.

Dengan emosi dasha beridiri dari duduk nya, "Terserah kamu arka, padahal niat aku baik... bangunin kamu makan! Biar gak lapar tengah malam, tapi kamu kayak gini."

Brak

Dasha membanting pintu kamar dengan keras, membuat arka semakin menumpahkan tangis nya.

"Bu-bukan hiks... maksud alka, ma-malahin dasha, HUUUAAAA MAAFIN ALKA DASHA!" Arka menendang-nendang selimut yang ada dikakinya, mengamuk seperti anak kecil.


















Vote dan komen

My Childish BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang