~♤Chapter 11♤~

143 19 16
                                    

 "Hoaaaamm..."

Athanasia menguap malas. Ia tidak bisa tidur dengan begitu nyenyak semalam karena mimpi aneh.

"Hei."

"AH! Dingin!"

Tiba-tiba saja Lucas menempelkan minuman dingin pada wajah gadis itu. Ahasil, Athanasia pun terkejut.

"Pagi-pagi udah ngantuk begini. Bangun!" Ujar Lucas sambil menyodorkan minuman.

"Hiiissh, bikin kaget aja." Ujar Athansia sambil menerima minuman yang diberikan.

"Wajahmu jelek sekali, apa semalam kau begadang lagi mengurusi kasus?"

"Hoaamm, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam gara-gara mimpi aneh."

Gerakan tangan Lucas terhenti. Ia menatap wajah Athanasia.

"Aku bermimpi bertemu dengan seorang anak laki-laki di sebuah taman. Tapi aku tidak ingat siapa dan seperti apa wajahnya." Athanasia memijat pelipisnya.

Mata Lucas membulat. Mimpi itu adalah salah satu ingatan Athanasia bersama dengannya saat masih kecil.

"Rasanya aku seperti mengenal siapa anak itu, aku bahkan memanggil namanya dalam mimpi."

"Siapa namanya?" Tanya Lucas sedikit antusias.

Athanasia terdiam. Ia tidak ingat.

"Aku....tidak bisa mengingatnya."

Mendengarnya, raut wajah Lucas berubah menjadi kecewa.

"Aku lihat anak itu meninggalkan aku sendiri di taman, dan aku hanya bisa menangis." Suara Athanasia berubah menjadi sedih.

Lucas hanya bisa diam mendengarkan cerita gadis bersurai pirang itu.

Meninggalkannya?

Bodoh.

'Kaulah yang meninggalkanku sendiri Athanasia.'

"Ibuku pernah bilang, bahwa aku telah kehilangan sebagian ingatanku karena kecelakaan. Dia bilang, kalau aku memiliki seorang sahabat. Tapi aku tidak mengingatnya."

Hentikan.

Jangan ceritakan itu lagi.

Pemuda itu tidak mau mendengarnya.

"Pada waktu malam aku ikut serta dalam penangkapan para pencuri, salah seorang diantara mereka berkata padaku."

Tolong hentikan.

Itu terlalu menyakitkan.

"Aku dahulu pernah bermain bersamanya, berteman dengannya. Dan...ia berharap, aku bisa mengingatnya kembali."

Kubilang hentikan.

"Tapi kupikir itu mustahil. Mana mungkin aku bisa berteman dengan pencuri rendahan seperti dirinya?"

BRAK!

Athanasia tersentak kaget. Pemuda bernetra merah itu tiba-tiba saja memukul meja kantin.

"Cukup Athanasia." Lucas berkata dingin.

"Eh? Apa?"

"Kubilang hentikan Athanasia. Aku tidak ingin mendengarnya lagi." Ujar pemuda bersurai hitam itu ketus.

Ia sudah menderita selama ini.
Semuanya sudah terasa sangat menyakitkan baginya.

Jadi tolong, jangan membuatku semakin menderita lagi.

Under the Moonlight (Suddenly, I Became a Princess) -DISCONTINUED-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang