1. MOS

164 128 205
                                    

01 Juli

Cuaca pagi ini terbilang sangat dingin, pasalnya semalam hujan turun dengan lebat. Aspal jalanan pun tampak masih basah. Padahal sekarang masih awal bulan Juli, tetapi hujan sudah turun menguyur ibu kota Jawa Barat ini.

Di bulan ini juga, awal semester ganjil akan dimulai. Begitu pula dengan seorang anak lelaki tampan yang saat ini tengah menghabiskan sepiring nasi gorengnya dengan tak semangat. Padahal hari ini adalah MOS hari pertamanya di SMA Bhakti-- SMA favorite di kota Bandung.

Perlahan, netra lelaki tampan itu melirik pada jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul enam. Dengan segera lelaki itu memakan suapan nasi gorengnya yang terakhir dan langsung menghabiskan segelas air putih, lantas bergegas menuju kamarnya untuk mengambil tas.

Sebelum lelaki itu benar-benar keluar rumah dan mengunci pintu, ia malah terdiam membeku seraya menatap pada sebuah figura lama yang terletak di atas nakas. Figura itu terlihat sangat berdebu.

Perlahan, ia berjalan mendekati figura itu. Membersihkannya dengan telapak tangan, seolah tak peduli jika tangannya akan kotor. Lalu, lelaki itu mengembangkan senyumnya. Senyum yang tak pernah berubah sedari kecil. Senyuman tulus yang sangat manis. Saking manisnya, kamu akan langsung jatuh cinta padanya.

Lelaki itu mengusap-usap kaca figura. Matanya terlihat berkaca-kaca. Namun, dengan sekuat tenaga ia menahan agar cairan bening itu tak turun dan membasahi wajahnya.

"Mah, Pah, Chand kesepian di sini."

●●●🌝🌝●●●

Chand memarkirkan motor beatnya di parkiran sekolah dengan rapih. Lalu melepas helmnya dan sedikit melirik pada kaca spion untuk memastikan keadaan rambutnya. Tidak berantakan alias masih rapih.

Chand menoleh ke kanan, dimana dia mendapati seorang anak lelaki yang sepertinya seusia dengannya tengah mengaca seraya membetulkan tataan rambutnya. Chand bergidik ngeri. Sumpah demi spongebob yang bisa menghidupkan api di air, lelaki itu terlihat sangat lebay di mata Chand. Dari name tage yang dipakai, anak lelaki itu bernama Haekal.

"Lo ngeliatin gue, bro? Oh ... gue tau nih, pasti lo terpana 'kan dengan kegantengan gue," ucap anak lelaki tadi-- Haekal.

Haekal turun dari motornya, lantas menghampiri Chand dan langsung menjabat tangannya.

"Kenalin, gue Haekal Chandra. Nama keren gue Haechan. Kata Emak sama Bapak, gue itu mirip Mingyu Seventeen. Ya, kalau menurut gue sih masih gantengan gue."

Chand mengerjapkan matanya beberapa kali. Bingung, pasalnya tidak ada hujan dan tidak ada angin, tiba-tiba ia harus bertemu dengan makhluk seperti ini? Mingyu? Siapa coba? Chand tidak kenal. Tolong kepada siapapun, berikan Chand jurus menghilang sekarang juga!

"Gue, Chand."

"Chand, apa?" Tanya Haekal seraya melepaskan jabatan tangannya. "Udahan dulu ya jabatan tangannya, nanti kita disangka mau nyebrang lagi."

Chand terkekeh. "Chand, aja."

"Chand, aja?" Ulang Haekal membuat Chand mengangguk. "Enggak asik lo, masa namanya Chand aja, kayak gue nih Haekal Chandra."

"Tap-"

"Chand!!" Teriak seseorang menghentikan ucapan Chand. Dan dengan refleks, baik Chand maupun Haekal menoleh pada sumber suara tersebut.

Dilihatnya seorang lelaki tengah berlari ke arah mereka. Lalu tanpa berdosanya, lelaki itu malah mengambil botol tupperware yang ada di saku tas Chand. Lalu meneguk airnya hingga tersisa setengah.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang