5. Bulan yang Malang

118 115 97
                                    

Acara pelantikan calon peserta didik baru kini dinyatakan selesai. Akhirnya, mereka semua resmi menjadi siswa kelas 10 SMA Bhakti.

Apel pagi yang dilakukan sejak dua puluh lima menit yang lalu kini dibubarkan. Semua siswa kelas 10 dan panitia mulai membereskan barang masing-masing.

Chand dan anggota regunya sudah menyelesaikan tugas. Tenda sudah dikembalikan dan semua perlengkapan sudah dimasukan ke dalam bus.

Chand masuk ke bus 2, ia segera menuju ke kursinya. Seperti dugaannya, semua siswa yang berada di dalam bus terlihat tidur karena kelelahan. Chand menyandarkan tubuhnya, memejamkan mata seraya menghela napas. Chad menoleh, dilihatnya Dipta yang sudah tertidur pulas.

"Chand ...," panggil seseorang, suaranya berbisik, tapi masih bisa terdengar oleh Chand.

Dilihatnya seorang gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang yang terurai. Gadis itu tersenyum manis padanya. Dan refleks, Chand juga ikut membalas senyuman itu. Kayla.

"Apa?" Tanya Chand.

"Nanti sore gue mau ke rumah lo, ya,"

Chand mengerutkan kedua alisnya. "Mau ngapain?"

"Ngembaliin jaket."

Ah, Chand terlupa!

Chand mengangguk-angguk. "Boleh." Finalnya.

Percakapan singkat itu berakhir, Kayla kembali menatap ke depan. Sementara di sini, Chand memilih untuk memejamkan matanya. Dan akhirnya lelaki itu tertidur.

Kayla menoleh ke belakang kembali. Melihat Chand yang sedang tertidur. Lalu, ia kembali menatap ke depan dan tersenyum.

Detik berikutnya, Kayla mulai mengeluarkan alat tulisnya yang berada di tas. Lalu, tangannya mulai mencorat-coret sebuah buku. Menulis sesuatu di dalamnya.

Dan selama perjalan pulang ke Bandung, Kayla sibuk menyusun aksara demi aksara.

●●🌝●●

Bus akhirnya sampai di depan SMA Bhakti. Semua orang yang berada di dalamnya perlahan turun dan mulai mengambil barang masing-masing.

Awalnya, Chand berniat pulang dengan menggunakan bus kota. Tapi setelahnya, lelaki itu mengurungkan niatnya. Pasalnya, Chand melihat papahnya yang tengah berteduh dari teriknya matahari di bawah pohon flamboyan. Chand menghampiri papahnya.

Seperti biasa, Chand akan menyalami punggung tangan lelaki itu.

"Papah mau jemput kamu, Chand." Ungkapnya.

Senang? Tentu saja.

"Kak Chand?"

Chand segera menoleh pada sumber suara. Seorang gadis kecil dengan rambut ikal, tangan gadis itu tengah memegang ice cream. Detik berikutnya, gadis itu segera menyalami punggung tangan Chand.

Chand mensejajarkan tingginya. Chand tersenyum menatap gadis kecil itu.

"Hai, kabar Alsa baik, kan?" Tanya Chand lembut.

Gadis kecil itu mengangguk. "Baik." Jawabnya. Lalu, Chand segera memeluk Alsa.

Mata papahnya seketika berkaca-kaca ketika melihat interaksi dari kedua anaknya itu. Meskipun Alsa bukan adik kandung Chand, tapi Chand selalu bersikap layaknya seorang kakak.

"Chand!!" Teriak seseorang. Mengenali suara itu, Chand segera melepaskan pelukannya dan kembali berdiri.

Seorang wanita berekspresikan marah itu tanpa aba-aba langsung menarik lengan Chand.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang