9. Hari ke-2 (Ranca Upas)

62 49 56
                                    

Di pagi yang cerah ini, Chand akan mengajak gadis pujaannya ke salah satu objek wisata yang terkenal dengan penangkaran rusanya-- Ranca Upas.

Pantulan wajah Chand terlihat sangat sempurna. Dengan kemeja flanel uniqlo yang berwarna orange, poni yang ditata ke atas sehingga menampilkan jidatnya. Perfect!

Chand mengambil kunci motornya, lantas segera menuju pintu utama. Lelaki itu sempat berpapasan dengan mamahnya yang sedang sibuk bertelfon. Chand menghentikan langkahnya, ia berbalik badan.

"Mah?" Panggil Chand.

Mendengar itu, Irena juga ikut berbalik. Ia menatap heran pada putranya. Sedikit, ia menurunkan benda pipih itu dari telingganya.

"Chand izin main keluar."

Irena mengangguk. "Jangan lama-lama," awalnya Irena ingin melarangnya. Tapi ... tidak apa-apa. "Hati-hati." Lanjutnya.

Mengangguk seraya tersenyum, Chand segera menghampiri Irena. Lelaki itu meyalami punggung tangan mamahnya. Lalu, ia segera keluar rumah. Menaiki motor kesayangannya. Dan berlibur bersama sang pujaan hati.

Tunggu. Pujaan hati? Pantaskah?

Sedangkan dari dalam rumah, Irena menatap kepergian putranya. Wanita itu menghela napas ringan. Beberapa detik, ia lupa dengan suara seseorang di balik benda pipihnya.

"Chand, apakah Mamah sudah berhasil menjadi Ibu yang baik untuk mu?" Batinnya.

●●🌝●●

Kayla membenahkan tali sepatu ketsnya di ruang tamu, lalu menyisir kembali rambut panjang bergelombangnya. Membenarkannya hingga rapi kembali.

Sepuluh menit yang lalu, Chand mengirim pesan padanya bahwa lelaki itu sedang on the way menjemputnya.

"Cie yang mau jalan-jalan sama pacar," goda Nia yang sedari tadi diam-diam menonton anaknya yang senyam-senyum terus.

Kayla tentu saja terkejut melihat kedatangan mamahnya yang tiba-tiba. Ya, semalam Kayla menceritakan semuanya pada mamahnya.

Malam itu, Nia hanya tersenyum mendengarkan penuturan Kayla. Tangannya membelai rambut panjang putrinya dengan penuh kelembutan.

"Kayla, kamu jangan senang dulu dengan ini, ya?"

Kayla mengerutkan kedua alisnya, ia merasa bingung dengan perkataan Nia. "Maksud, Mamah?"

"Sayang ... dunia percintaan itu berat,"

"Bukannya kamu menyukai Rigel? Lalu, hati kamu bagaimana?"

Kayla tersenyum tipis. "Masalah itu, Kayla janji, perlahan-lahan akan membuka hati untuk menerima Chand. Dengan begitu, rasa cinta Kayla ke Rigel perlahan mulai hilang."

"Walaupun berat, tapi Kayla akan lakukan." Batinnya.

Malam itu juga, entah kenapa Nia senang tidak senang mendengar kabar ini. Ada sesuatu yang menjanggal di hatinya. Ia masih meragukan Chand.

Mengingat itu, Kayla jadi malu sendiri. Nia berjalan menghampirinya dan mengambil duduk di sebelah Kayla.

Kedua tangan Nia terangkat, sedikit membenarkan tataan rambut putrinya. "Dijemput, Chand?" Tanya Nia basa-basi.

Kayla mengangguk dengan semangat.

"Pulangnya jangan malam-malam, ya."

"Siap, Mah!" Seru Kayla seraya memberi hormat.

Sedangkan, Nia hanya mengangguk, ia kembali berdiri.

"Mamah mandi dulu, nanti kamu langsung berangkat aja sama Chand," ujar Nia. "Oh iya, bilangin juga ke Chand, ada salam dari Mamah mertua!" Lanjut Nia seraya mengedipkan sebelah matanya.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang