8. Hari ke-1 (Selamat pagi, cantik)

77 58 55
                                    

Jam 05.30

Seorang gadis tengah menyisir rambut hitam panjang bergelombangnya. Cermin di hadapannya, memantulkan wajah cantik milik sang gadis. Kemudian, tangan gadis itu mengambil kuncir rambut. Dan, diikatnya rambut panjang itu.

Ting!

Suara notifikasi yang berasal dari benda pipihnya. Gadis itu menoleh ke arah kasur, tempat dimana benda pipihnya tergeletak. Gadis itu bangkit, dan melihat ponselnya.

Ada empat notifikasi pesan dari Chand. Gadis itu segera membuka dan membacanya.

Chand🌝❤

|Selamat pagi, cantik
|Jangan lupa sarapan. Hari ini, aku jemput kamu
|Kita berangkat sekolah bareng 😎
|Nggak ada penolakan

Gadis itu terkekeh. Lalu ia segera membalas pesan tersebut.

Siap bos😜|

Setelahnya, gadis itu langsung menuju dapur. Apalagi jika bukan sarapan! Ditambah sekarang SMA Bhakti mengadakan senam rutin setiap hari Jum'at.

Gadis itu mengambil duduk di sebelah adiknya. "Good morning, yeorobun," lalu ia mengambil dua buah roti tawar, tak lupa juga ia mengoleskan selai di atasnya. Sementara orang rumah hanya membalasnya dengan deheman.

Gadis itu memakan rotinya seraya tersenyum. Pandangannya juga kosong menatap ke depan. Membuat adiknya yang berada di samping bergidik ngeri.

"Mamah, ninggali eta si Teteh mani senyam-senyum bae," Ujar anak kecil berusia tujuh tahun. Namanya Kinara. "Teh?" Panggilnya kemudian.

"Hm?"

"Ini berapa?" Tanya Kinara. Jari-jari buntet anak itu menunjukan angka tiga.

"Lima!" Kayla mengibuli adiknya.

"Tuh, Mah, si Teteh beneran bego!"

Gadis itu menghela napas ringan, pandangannya teralihkan pada bapaknya yang tengah menyeruput segelas kopi.

"Pa, hari ini Appa nggak usah anterin Teteh ke sekolah, ya." Ucap gadis itu tiba-tiba sontak membuat Ali-- bapaknya langsung mengerutkan kening.

"Kenapa, toh? Mau nebeng sama Haekal?" Tebak Ali.

Gadis itu menggeleng. "Sama temen, tapi bukan Haekal."

"Temennya cewek atau cowok?" Tanya Nia yang entah kenapa tiba-tiba penasaran.

"Cowok, Mah." Ucap gadis itu.

Nia tersenyum penuh arti, lalu ia menyengggol lengan putrinya. "Teman apa pacar?" Goda Nia, membuat putrinya menjadi salah tingkah.

"Pacar."

Pernyataan mendadak dari sang putri itu refleks membuat Ali yang tengah menyeruput kopinya menjadi terbatuk-batuk. Dengan segera, Ali meneguk segelas air putih yang disodorkan oleh Nia.

"Pelan-pelan atuh, Pa." Ucap Nia pelan.

Ali menatap putri sulungnya. "Si Teteh kalau ngomong teh mani jujur."

"Bohong dosa, Pa."

"Pacarnya ganteng, nggak?" Itu suara Nia.

Putrinya hanya tersenyum malu. "Ganteng, Mah. Kayak oppa-oppa Korea."

"Oppa? Kakek-kakek dong berarti?" Tanya Kinara.

"Iya kakek-kakek!"

"Masa Teteh doyan sama kakek-kakek, sih? Dih, nggak level banget! Kayak Ara nih, doyan Kakak Jie."

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang