11. Hari ke-4 (Perihal Bulan)

60 37 70
                                    

Hari Senin kini telah datang. Menyuguhkan rasa bosan sekaligus lelah pada sebagian orang. Seperti halnya Amora yang kini tengah mendumel di tengah lapangan upacara. Sesekali, tangan putih miliknya itu akan mengelap keringat di pelipisnya.

Amora melirik pada Kayla. Bisa-bisanya gadis itu terlihat tenang dan santai. Seolah-olah berteman baik dengan sinar matahari yang menyorot.

Netra Amora kini teralih pada pembina upacara yang sedang menyampaikan amanatnya. Lagi, Amora mendumel. Pasalnya, jika kepala sekolah sudah menjadi pembina upacara dan menyampaikan amanatnya, dijamin seluruh siswa akan di ajak ke Turki, Jepang, Abu Dhabi, lalu kembali ke Indonesia-- alias kemana-mana dulu, baru ke inti!

Petugas upacara Senin pagi ini adalah kelas 10 - A, dengan Haekal sebagai pemimpin upacara. Sementara, di belakang barisan para siswa, sudah ada Chand dengan memakai syal PMR.

Amanat pembina upacara terpaksa harus terhenti, pasalnya ada siswa yang pingsan. Mau bagaimana pun, seluruh netra kini melihat ke arah seorang gadis yang hampir tergeletak di lapangan. Chand membopongnya dengan segera.

Kayla melihat itu. Melihat bagaimana cara Chand tergopoh membawa gadis itu menuju UKS.

"Akhir-akhir ini, Ghia selalu pingsan pas upacara. Apa dia sakit? Atau cuma pura-pura?" Pikir Kayla dalam hatinya. Namun, Kayla segera menggelengkan kepalanya, menepis pemikiran itu.

Setelah keadaan mulai stabil, pembina upaca kembali melanjutkan amanatnya.

●●🌝●●

"Woy, woy, Bu Kimia datang!!" Salah seorang murid di kelas Kayla berteriak, membuat seisi kelas yang tadinya ramai mendadak hening. Yang sedang menghibah pun terpaksa harus berhenti.

Suara ketukan sepatu haihils yang beradu dengan lantai terdengar semakin mendekat. Pintu kelas yang semula tertutup, kini perlahan terbuka. Dan seorang wanita dengan paras cantik namun garang masuk ke kelas tersebut.

Eksistensinya membuat semua netra berhasil menatap padanya. Ia meletakan dua buah buku tebal pada meja guru. Sebut saja dia bu Syiffa, guru pengajar Kimia yang paling ditakuti oleh siswa seantero sekolah.

Mata elang itu menatap sekeliling, seolah sedang mencari mangsa yang siap untuk diterkam detik itu juga. Membuat semua penghuni kelas 10 - C refleks menunduk.

"Kayla," suaranya memecah keheningan.

Merasa namanya dipanggil, Kayla mendongak.

"Iya?"

"Saya kedapatan pesan, kamu dipanggil oleh guru kesiswaan,"

Mendengar itu, kedua alis Kayla bertaut. Sepertinya, sesuatu yang buruk sedang menanti.

"Sekarang, kamu ditunggu di ruangannya."

Kayla mengangguk paham, ia lantas segera berdiri. Sebelum keluar kelas, gadis itu sempat menyalami punggung tangan guru Kimianya.

Sepanjang koridor yang sepi, Kayla tenggelam dalam pikirannya. Mengingat-ingat, apakah ia melakukan kesalahan? Tapi, Kayla rasa tidak.

Membuyarkan semua pikiran buruknya, Kayla membuka pintu, lalu mengucap salam. Udara dingin yang berasal dari Air Conditioner mulai terasa di kulit. Aroma apel pengharum ruangan perlahan tercium. Sedikit menusuk di hidung.

Kayla mulai berjalan lebih dalam hingga akhirnya ia tersenyum ramah pada guru kesiswaan. Disalaminya punggung tangan guru tersebut.

Sekarang, gadis itu mulai menyadari, bukan hanya ada dirinya di ruang BK ini. Chand dan juga Alrescha, kedua laki-laki itu pun berada di sini.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang