10. Hari ke-3 (Mimpi dan Cita-cita)

62 47 65
                                    

Pagi hari, jam masih menunjukan pukul 05:00. Salah satu kebiasaan Kayla di hari Minggu adalah lari pagi.

Saat ini, gadis cantik itu sudah siap dengan kaos merah lengan pendek dan juga celana training sekolahnya. Rambut panjangnya, sudah ia ikat cepol ala wanita Korea.

Kaki lenjang gadis itu beranjak ke taman depan. Sengaja, ia akan melakukan pemanasan terlebih dahulu seraya menunggu mamahnya yang sedang bersiap-siap untuk belanja sayuran di pasar minggu.

"Neneng Kayla, kade atuh disuruduk banteng! Mani beureum kitu kaos na!"

Kayla menghela napasnya. Suara Haekal rupanya sudah berkicau pagi-pagi begini. Ia pikir, lelaki itu masih bergulung dengan selimut kesayangannya yang bergambar Kim Mingyu. Tapi pikirannya segera Kayla tepis, mengingat bahwa ayahnya Haekal adalah seorang mantan komandan TNI.

Yaps! Haekal adalah anak dari seorang abdi negara, ya ... walaupun akhlaknya tidak menunjukan bahwa ia terlahir dari keluarga berpangkat.

Kayla membalikkan tubuhnya, melihat keluarga Chandra yang tengah berlari. Di depan sana, sudah ada pak Chandra yang memimpin. Disusul dengan bang Mahen dan juga Ajie. Sementara, Haekal tertinggal jauh di belakang.

Satu bulan yang lalu, Haekal pernah bercerita padanya. Dulu, sewaktu mereka masih kecil, pak Chandra selalu berharap salah satu dari ketiga anaknya kan meneruskan jejaknya.

Seperti bang Mahen, anak sulung di keluarga Chandra yang hampir tiap hari berlatih fisik dengan ayahnya. Dari mulai pagi hingga sore hari tak pernah terlewatkan. Tapi, saat hendak mendaftar jadi TNI, bang Mahen membelokan niatnya. Ia malah mendaftar ke akademi pilot. Pak Chandra tentu saja ngambek. Biaya di akademi pilot sangat tidak main-main. Tapi akhirnya, pak Chandra meng-kesampingkan egonya. Sekarang, bang Mahen sudah lulus hampir dua tahun dari akademi pilot. Dan kini, kakaknya Haekal itu sudah bekerja di maskapai Garuda Indonesia selama kurang lebih satu tahun.

Setelah bang Mahen berhasil meluluhkan hati pak Chandra dengan menjadi pilot, kini harapan pak Chandra selanjutnya bertumpu pada Haekal. Meskipun dari tinggi badan dan berat badan sudah memenuhi kriteria calon TNI, tapi Haekal memiliki kelemahan di pertahanan fisik. Masa baru lari 150 M saja Haekal sudah merengek minta istirahat dan jajan cilok! Meski begitu, Haekal tak pernah pupus harapan, dan berjanji akan mewujudkan mimpi ayahnya.

Ajie? Hm ... sepertinya, bocah yang masih duduk dibangku kelas dua SMP itu ingin menjadi dinosaurus. Biar keren katanya. Tapi satu jam kemudian, mimpinya berubah. Katanya, ia ingin jadi astronot saja. Ia ingin bertemu dan berkenalan dengan para alien. Biar akrab!

Eksistensi keluarga Chandra menghilang ditelan kabut pagi. Kayla kini teralih pada Nia yang sudah siap menenteng tas anyaman plastik.

"Loh, katanya mau lari pagi? Jadi nggak?" Tanya Nia.

"Jadi, ini Teteh lagi nungguin, Mamah."

"Tapi, Mamah ke pasarnya mau naik sepeda, loh,"

"Yah ... kirain Mamah mau jalan ke pasarnya," Terdengar suara helaan napas. "Ya udah atuh, Teteh lari pagi dulu, ya." Pamitnya.

Meski begitu, Nia tetap tak akan membiarkan putri sulungnya berlari sendirian. Nia segera mengambil sepeda milik Kayla lalu mengayuhnya pelan-pelan. Ia mengawal Kayla dari belakang.

●●🌝●●

"Mau belanja apa lagi, Mah?" Tanya Kayla di tengah-tengah kerumunan pasar. Tangan kanannya sudah menjinjing satu kantong berisi sayuran.

Biasanya, jika lari pagi, appanya selalu ikut. Tapi, sewaktu malam appanya lembur. Alhasil, Kayla harus lari pagi sendiri dan tidak memiliki tujuan. Daripada seperti orang linglung, lebih baik Kayla menemani mamahnya berbelanja di pasar.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang