7. Pernyataan Cinta

88 63 61
                                    

Keesokan harinya.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun sepertinya, guru Bahasa Inggris di kelas Kayla enggan mengakhiri materi pelajarannya. Entah terlalu nyaman atau bagaimana.

"Baik anak-anak, silahkan kalian kerjakan dulu soal di halaman 21. Bagi yang sudah selesai boleh istirahat." Ucap guru Bahasa Inggris itu, kemudian duduk di bangkunya.

Menurut, semua murid kelas 10 - C itu membuka lembaran tiap lembaran. Dan suara helaan napas tampak terdengar akhirnya.

"20 soal, Bu?" Tanya salah satu murid yang langsung diangguki oleh guru itu.

"Nggak salah, Bu?" Timpal yang lainnya.

Guru itu tersenyum licik. "Mau saya tambahkan lagi soalnya?"

Mendengar itu, semuanya menggeleng kompak.

"Ng-nggak, Bu, makasih."

Lalu ruangan kelas itu pun mulai hening. Masing-masing insan tampak fokus pada kumpulan kalimat yang ditulis dalam bahasa Inggris itu.

Sepuluh menit kemudian, Kayla bangkit dari kursinya. Membuatnya menjadi pusat perhatian satu kelas termasuk guru Inggis itu.

"Udah lo, Kay?" Tanya Amora.

Kayla hanya mengangguk, lalu berjalan menuju meja guru untuk mengumpulkan hasil tugasnya.

Gadis cantik itu kini dipersilahkan keluar kelas untuk istirahat, membuat yang belum selesai menjadi kepanasan!

"Kay, jawaban nomor 12 apa?"

Refleks, Kayla yang sudah berada di ambang pintu menoleh, mencari orang dengan pemilik suara tersebut. Kayla tersenyum penuh arti.

"Kalau nggak A, B. Kalau nggak B, ya C. Kalau nggak C, D. Kalau nggak D, A." Selepas itu Kayla langsung keluar kelas.

"Anjirr," orang itu berdecak sebal. "Hitung kancing aja, deh!"

●●🌝●●

Kayla berjalan di sepanjang koridor yang ramai. Niatnya kali ini adalah ke ruang kesenian, bukan ke kantin ataupun perpustakaan.

Seperti biasa, Kayla harus melewati lapangan upacara, gazebo, kolam renang, serta lapangan olahraga.

Sepanjang koridor juga banyak yang menyapa Kayla, dan gadis itu hanya membalasnya dengan senyum manis. Sampai akhirnya ia sampai di depan pintu kayu yang berwarna cream. Pintu itu sedikit terbuka. Kayla yakini ada orang di dalamnya.

Kayla membuka pintu itu. Kornea matanya langsung tertuju pada seorang anak lelaki yang tengah menggambar di pinggir jendela. Siapa lagi jika bukan Rigel.

Dengan senyum yang merekah, Kayla berjalan menghampiri Rigel.

"Hai," sapa Kayla.

Lelaki itu menoleh dan tersenyum. "Hai." Balasnya.

Setelah itu hanya keheningan yang menyapa mereka. Tapi di sini, netra Kayla tak hentinya memandangi wajah Rigel. Hidungnya sangat mancung, tatapan matanya yang menyorot, serta bibirnya yang mungil.

Sedangkan Rigel yang mengetahui itu hanya bisa diam. Namun perlahan, sudut-sudut bibir mungilnya terangkat. Membentuk sebuah senyuman tipis. Bahkan saking tipisnya, Kayla tidak mengetahui jika Rigel tengah tersenyum.

Rigel menoleh, "Lo, mau cobain ngegambar, nggak?" Tawar Rigel tiba-tiba.

"Gue nggak bisa gambar," ungkap Kayla.

"Gue ajarin."

Tentu saja Kayla tidak akan menolak tawaran ini. Tanpa menunggu waktu lama, Kayla segera mengambil bangku, lalu mengambil duduk di samping Rigel.

Chand | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang