15. Diamnya Braza

36.7K 2.7K 70
                                    

       Braza menenangkan Kayera yang menangis kencang di kamar tamu Magenta. Tantenya itu sudah keluar dan memberi mereka privasi.

Kayera menangis dengan begitu pilu, kencang dan menyesakan dada. Braza sampai kewalahan menenangkannya.

"Gimana keluarga kita?" Kayera semakin meraung - raung penuh beban.

Braza mengeratkan pelukannya di leher Kayera."Suutt.." tangannya menepuk punggung Kayera lembut, mengusapnya sesekali.

"Mimiiiii.." Kayera semakin deras menangis saat mengingat kalau miminya itu pasti kecewa.

Sekarang masih bisa di sembunyikan agar semua tidak kecewa tapi nanti bagaimana? Perutnya akan terus membesar.

"Bang Rayellll.." rengeknya dengan semakin tersedu - sedu."gimana ini? Aku ga mau." rengeknya semakin histeris.

Braza mengusap belakang kepala Kayera, masih memeluknya dengan sabar.

🦋🦋🦋

"Gimana keadaan Kayera? Malam ini nginep aja di sini." Magenta melirik Braza yang baru menutup pintu kamar tamu.

"Kita pulang, tan." balas Braza singkat.

"Yaudah, tapi jangan sampe terlalu kepikiran. Bahaya buat janin sama ibunya."

Braza hanya diam dengan memutuskan duduk di samping Magenta.

"kalian kenapa bisa sampai kebablasan kayak gini? Ga pake pengaman? Kalian adik kakak kan walau tiri?"

Braza menatap lurus pintu kamar ruang tamu itu."Kita kecelakaan, tolong rahasiain ini, tan." jawabnya dengan tenang.

Magenta mengangguk."Itu masalah gampang, toh semua akan ketahuan karena hamil itu ga bisa selamanya di tutup - tutupi." balasnya enteng.

Braza setuju, dia pun tidak menjamin tidak ketahuan.

🦋🦋🦋

Braza mengecup pipi Kayera, pelipisnya lalu mengusap rambutnya dengan lembut.

Kayera masih diam, tatapannya lurus dengan banyak pemikiran yang mulai menghantui.

Siska akan semakin puas mengejeknya, semua keluarga miminya akan kecewa dan menganggap miminya itu gagal mendidik anak.

Semua tentang kemungkinan di masa depan membuat kepala Kayera rasanya akan meledak.

Kayera tersentak saat wajahnya di tarik ke arah Braza lalu Braza mengusap pipinya.

"Kita hadepin bareng - bareng."

Kayera menahan tangisnya, Braza jelas tidak salah karena dalam ingatannya itu Kayeralah yang lebih agresif malam itu.

"Kita berdua yang salah di sini, bukan kamu, bukan aku." lanjut Braza panjang lebar.

Kayera mengulurkan tangannya agar bisa meraih Braza, dia memeluk Braza sambil kembali terisak.

"Kita pindah, jangan sampe papih ngendus kita di rumah tante Magenta."

Kayera pasrah saja saat Braza membantunya bangun, merapihkan wajah, rambut dan dressnya.

Braza mengecup kening Kayera lalu menuntunnya keluar kamar.

Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang