19. Sakit.

30.8K 2.4K 39
                                    

     Braza membuka matanya perlahan, wangi Kayera masih betah hinggap di hidungnya yang itu artinya perempuan itu masih di sekitarnya. Bahkan di dalam dekapannya.

Braza melepaskan lilitan tangannya dari pinggang dan perut Kayera lalu menguap seraya mendudukan tubuhnya.

Braza meregangkan lengannya yang agak kebas, leher lalu menoleh ke arah Kayera, menatapnya dalam diam sebelum memutuskan untuk turun dan menuju kamar mandi.

Braza melepas kaosnya dengan terus melangkah menuju shower yang di sekat oleh kaca setengah buram itu.

Braza asyik dengan aktivitasnya, dan di atas kasur Kayera menggeliat bagai balita. Lucu kalau saja Braza melihatnya.

Kayera meraba - raba sampingnya, matanya di paksa terbuka walau sebelah."Hm? Braza mana?" gumamnya serak lalu menguap dan kembali terlelap.

Braza yang memang tidak pernah lama di kamar mandi kini sudah selesai dengan handuk melingkar di pinggang sebatas lutut.

Braza menatap Kayera agak was - was, perempuan itu tidur dalam posisi tengkurap. Apa dia lupa sedang hamil? Kalau kenapa - kenapa bagaimana?

Braza membalik Kayera hingga terlentang dengan tanpa hati - hati, membuat Kayera membuka matanya kaget.

"Semau itu kamu bunuh calon anak aku?" Braza tanpa sadar emosi, padahal dia sangat khawatir mereka kenapa - kenapa.

Kayera yang tidak paham hanya diam dengan tampang bingung setengah mengantuk.

"A-aku ngapain? Aku udah minta maaf soal gugurin, kenapa di bahas lagi? Aku udah terima bayi ini." mata Kayera samar mulai basah.

Braza menghela nafas pendek."Lupain, bangun terus keluar." ujarnya datar.

Braza harusnya tidak usah marah karena Kayera pasti tidak sadar dengan posisinya tidur.

"Ternyata masih marah?" Kayera mendudukan tubuhnya dengan agak bingung.

Kayera membekap mulutnya saat mual tiba - tiba hadir."Mmhhh! Mwinggwir.." katanya tidak jelas seraya menggeser Braza yang hendak kembali masuk ke kamar mandi.

Braza menatap Kayera dengan wajah tenang tak terbacanya, berbeda dengan jiwanya yang ketar - ketir khawatir.

"Muntahin." Braza memijat tengkuk belakang Kayera dengan tanpa jijik sedikit pun.

"Hueewwkk!" Kayera terus saja mengeluarkan air bening saja.

Braza dengan sigap menahan tubuh Kayera yang melemas.

🦋🦋🦋

Rayel masih bungkam, hanya menatap Kayera guna memastikan kalau adiknya itu tidak apa - apa.

"Ga lucu so serius gitu." Kayera berharap abangnya itu kembali usil dan bertingkah menyebalkan.

Rayel tidak menggubris, dia hanya meletakan makanan yang di pesan Kayera lalu kembali keluar kamar tanpa melirik Braza sekilas pun.

Kayera menatap Rayel sendu, abangnya sama, masih marah. Tadi pagi Braza yang marah tidak jelas.

Kayera terisak pelan, rasanya dia terlahir kembali menjadi cengeng.

Suara deru mobil menyapa Kayera maupun Braza yang duduk di sebrangnya dengan di temani laptop.

"Papih dateng? Apa sama mimi?" tiba - tiba Kayera di serang takut, padahal keduanya belum tahu."ki-kita gimana? Apa ga akan ketahuan? Apa ga kelihatan?" cerocos Kayera agak panik.

Braza mematikan laptopnya, beranjak tanpa bersuara. Kayera hanya dia usap, dia kecup keningnya.

"Mereka, ga tahukan?" Kayera masih belum tenang.

"Hm."

Kayera menelan ludah, mencoba mengatur nafas lalu mendudukan tubuhnya.

Tak lama Ziyep dan Kanya datang dengan saling merangkul mesra.

Kayera menatap keduanya dengan pukulan penyesalan, sedih dan rasa lain yang campur aduk.

"Anak mimi yang paling cantik kenapa, hm?" Kanya membelai wajah Kayera sekilas.

"Masuk angin biasa, mimi." Kayera tersenyum tipis, mencoba untuk tidak panik.

"Abis dari mana?" Ziyep mengusap kepala Kayera sekilas setelah melirik Braza sesaat.

"Eum anu, dari luar, pih, Jajan." senyum kembali Kayera terbitkan.

Braza menyambut Kanya yang memeluknya."Anak bungsu mimi mulai sibuk ya? Kata papih kamu udah resmi di angkat dan bakat kamu di bidang bisnis bagus." pujinya hangat.

"Makasih, mimi." jawab Braza dengan tenang.

"Lain kali jagain adiknya, jangan sampe sakit." Ziyep tersenyum dengan menatap Braza lekat.

Braza mengalihkan tatapannya, tatapan papihnya itu selalu membuatnya merasa aneh.

Seolah papihnya itu tahu semuanya, tentang hidupnya sekecil apapun itu.

"Nanti malem ada pesta peluncuran produk baru, kalian ikut ya. Banyak banget yang mau liat kalian berdua." kata Kanya tanpa terlalu pusing memikirkan Kayera yang masih belum pulih sepenuhnya.

Kayera mulai paham kalau miminya itu memang baik, cari uang dengan mengorbankan waktu untuk main bersamanya. Tapi, rasanya berlebihan kalau karena uang menjadikan seseorang kurang peka sekitar apalagi anaknya.

Kayera kembali merasa kalau dia dan Braza bukan anak melainkan produk yang akan mereka jual juga.

"Jas, gaun, semua udah mimi siapin sama papih, yakan, pih?"

Ziyep mengangguk, masih menatap lekat Braza dengan senyum tipis nan misterius.

Ziyep mengangguk, masih menatap lekat Braza dengan senyum tipis nan misterius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang