25. Melepas dendam.

27.2K 2.2K 48
                                    

     Ziyep menampar Braza tepat di pipi kirinya dengan keras, bahkan ujung bibir Braza kini berdarah. Braza tetap datar dan menatap Ziyep lurus setelahnya.

"Bukan ini rencana kita selama 6 tahun lebih kita rancang!" amuk Ziyep dengan nafas memburu.

Braza masih membisu, menatap lurus Ziyep dengan dingin.

"kamu lupa tentang Veratia? Adik kamu di tabrak Boni! Ayah dari Rayel!" teriaknya semakin marah.

"Papih udah hukum dia, menyiksanya di pulau itu." Braza berujar tenang tidak terpengaruh.

Ziyep menatap Braza semakin tajam.

"jadi, jangan bawa Kayera di antara dendam papih dan dendam aku soal Veratia. Kita udah tahu kalau Kayera bukan anggota keluarga mereka."

"Kamu tidak seperti ini sebelumnya, Braza! Kamu selalu nurut sama papih tapi kenapa saat kita sebentar lagi berhasil kamu malah bertingkah! Bukannya papih suruh buat kamu untuk tidak bertingkah?!" geramnya tertahan.

"Dendam cuma antar kita ke penyesalan, aku ingin bahagia dengan Kayera dan anakku, pih." Braza semakin tenang.

"Dan papih sengsara begitu?"

Braza terdiam sejenak."Tolong, pentingin cucu papih di bandingkan dendam kita. Kayera engga salah, Veratia udah tenang di alam sana, papih." di tatapnya Ziyep dengan tulus.

Braza memang benar - benar ingin melupakan semua tindakan tidak terpuji Kanya.

Kalian tahu? Braza kenapa bisa sesayang itu pada Kayera sedari dulu? Ya karena dia merasa kehilangan adik lalu datang Kayera sebagai pengganti.

Awalnya kakak adik tapi cinta mulai menyapa jiwa mudanya. Braza memendam semua itu hingga takdir membawanya ke arah Kayera.

Braza tidak ingin menghancurkan semuanya. Dia akan melupakan dendam sebelum penyesalan datang.

"Ga bisa! Dia udah hilangin anak gadis papih, dia udah rebut Kanya dari papih, papi—"

"Ga ada yang rebut aku dari kamu, Yep!" Kanya berteriak emosi dengan bibir bergetar.

Braza menoleh begitu pun Ziyep yang memalingkan wajahnya ke arah lain dengan emosi.

Braza kembali menatap papihnya."Beresin semuanya, pih. Walau penyesalan udah di konsep datangnya belakangan, papih jangan terbawa konsep itu. Papih jujur soal semuanya. Aku ingin papih, aku, bahagia biar Veratia dan mamih bahagia di sana." setelah itu Braza meninggalkan keduanya.

🦋🦋🦋

Kayera mendesah pelan, jalan dari kamar, dapur terus ke halaman depan saja sudah lelah.

Braza mengusap kepala Kayera yang merunduk dan kini mendongkak itu.

"Udah pulang?" Kayera tersenyum walau masih terlihat lelah.

Braza tidak menjawab selain mengecup pelipis dan bibirnya."Kenapa di luar?" tanyanya.

Kayera mengusap pipi Braza sekilas, wajah ayah dari calon anaknya itu kenapa selalu datar? Kayera jadi sulit membaca perasaannya.

"Denger suara mobil kamu."

Braza merangkul Kayera, membawanya untuk kembali masuk ke rumah.

"Tunggu!" Kayera menghentikan langkahnya lalu menatap panik bibir Braza."berantem? Berantem sama siapa?" cemasnya.

Braza meraih jemari yang mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan sudah mengering itu.

"Udah makan?" diusap perut Kayera yang membuncit menggemaskan itu.

Kayera mendelik kesal."Aku tanya ini kenapa? Kok ngalihin pembicaraan sih?" sebalnya.

"Jatuh." bohongnya singkat.

"Ga mungkin." Kayera menatap Braza menuntut.

Braza malah mencium bibir Kayera gemas."Temenin aku makan." di tuntun Kayera yang semakin bete di selipi cemas itu.

"Kamu ga jujur." suara Kayera melirih, kedua matanya mulai basah dengan mudahnya.

Braza menghela nafas."Di tampar papih." terangnya jujur di sertai usapan di wajah Kayera.

"Kok di tampar?" Kayera menatap sendu luka di sudut bibir Braza dengan air mata jatuh.

Braza sigap mengusapnya penuh perhatian."Bikin salah." jelasnya singkat dan itu berhasil membuat Kayera darah tinggi.

🦋🦋🦋

Braza menyambut Kayera yang baru keluar dari kamar, di rapihkannya jaket Kayera.

"Mau makan apa?" Braza masih asyik mengamati penampilan Kayera agar terjamin kalau ibu dari anaknya itu tidak kedinginan.

"Apa aja. Bibirnya masih sakit?" Kayera mengusapnya sekilas.

Braza malah mendekatkan wajahnya, meraih tengkuk Kayera agar bisa meraih bibir manis yang semakin bawel itu.

Braza mengulumnya penuh perasaan, menghisapnya lalu mengajak lidah Kayera yang lembut untuk saling membelit.

Kayera mendesah lirih walau pelan, saraf yang ada di bibirnya menghantarkan kenikmatan hingga ke ubun - ubun.

"Emh.." Kayera meremas rambut belakang Braza dengan mulai menikmati permainan Braza walau tidak terlalu ahli.

Braza melepaskan pagutannya dengan nafas sama terengah, keningnya masih bersentuhan dengan kening Kayera.

Braza beralih mengecup kening dan perut Kayera, kalau di lanjut dia akan membuat Kayera lelah dalam kubangan dosa.

Braza akan mencoba sabar, dia dan Kayera akan menikah tidak lama lagi.

"Ayo." kata Kayera seraya melepaskan diri.

Braza meraih jemari Kayera dan menuntunnya.

"Mau kemana?" Rayel berpapasan dengan Braza dan Kayera di dekat garasi.

"Makan di luar, bosen, bang." kata Kayera seraya memeluk Rayel sekilas.

Braza kembali meraih jemari Kayera dengan agak bete walau tidak terlalu tampak di wajah datarnya.

Braza tipe orang cemburuan yang tidak pandang bulu, ingat itu.

"Titip ya."

Braza membuka pintu mobil untuk Kayera.

"Beli apa?" Kayera bertanya dengan bergerak masuk ke mobil.

"Beli sendiri." kata Braza seraya menutup pintu mobil lalu beralih ke pintu sebalah dengan acuhnya, mengabaikan amukan Rayel dan segala celotehannya.

" kata Braza seraya menutup pintu mobil lalu beralih ke pintu sebalah dengan acuhnya, mengabaikan amukan Rayel dan segala celotehannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang