27. TLA || Karma?

8 5 0
                                    

Kini Mark telah memarkirkan mobilnya di parkiran lalu mematikan mesin mobilnya.

"Lo ngak mau turun?" tanya Mark sambil menggendong tasnya di bahu kirinya sambil menyisir rambutnya yang sedikit panjang ke belakang menggunakan jari-jari tangannya di hadapan spion. Alex yang melihat itu meneguk salivanya susah payah. Mark begitu terlihat cool saat ini. Ingin rasanya Alex berteriak.

Hanya menyisir rambut kebelakang? Iya, menyisir rambut. Tapi bisa memporakporandakan degup jantungnya.

"Hey, turun ngak? Mau gue kunciin disini?" tanya Mark sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Alex dan Alex pun tersadar dari lamunanya.

Setelah 2 hari bisa dikatakan dekat, kini dia tau sikap Mark. Salah satunya orang yang tidak ingin menunggu lama dan juga kejam.

"Kejam banget lo ngunciin gue disini. Lo yang ngajak lo juga yang ninggalin. Gue terpaksa ya ikut lo gara-gara kunci mobil gue ada di lo. Balikin sini kuncinya," pinta Alex sambil mengadahkan tangannya di hadapan Mark.

Sekarang Mark merubah pemikirannya tentang Alex jika Alex adalah gadis polos, sabar, dan tidak bar-bar. Nyatanya, Alex jauh dari kata yang disebut tadi. Pertama bertemu dan dekat dengan Alex beberapa minggu lalu, Alex terlihat seperti gadis baik. Selama 2 tahun mencintai Alex dalam diam, baru kali ini Mark mengetahui sikap Alex yang sebenarnya.

Walaupun Mark tau Alex adalah wanita yang salah dia cintai selama ini karena ada kaitan dengan masa lalu ibunya dan bisa berbuat apapun demi membalaskan dendam masa lalu, Mark memiliki harapan kecil. Harapan untuk merubah pikiran Alex agar tidak melakukan hal yang tidak-tidak.

"Nih, ngak guna juga ngasih ke lo. Orang mobil lo di apartemen dan sekarang lo udah ada di sini sama gue. Ayo turun, lo mau keabisan napas gue kunci disini?" tanya Mark dongkol karena Alex tak mau turun.

"Gue terakhir aja. Siniin kunci mobil lo. Biar gue yang kunci. Gue keluar nanti aja kalau udah sepi," ucap Alex sambil melihat sekeliling area parkir yang masih banyak orang.

"Sayang, ayo turun. Mau gue gendong hah biar mau turun?" bujuk Mark pada Alex.

"Ngak ish. Lo pergi sana duluan," dengus Alex.

Mark kesal. Dia menutup pintunya dan memutari mobilnya lalu membuka pintu Alex.

"Ngapain disini?" tanya Alex heran.

"Geret lo keluar. Ya ngajak lo keluar lah," ucap Mark gemas lalu menggenggam tangan Alex.

"Tapi kan—" ucapan Alex terpotong karena Mark yang mengeratkan genggamannya. Mark meyakinkan Alex agar tidak takut untuk keluar bersamanya. Itu tidak akan membuat dunia hancur kan.

"Mereka sama kayak kita. Sama-sama makan nasi. Ngapain takut. Mereka ngak akan hadang lo. Mereka tau batas wajar dalam menganggumi. Bully disini udah ngak ada sejak 17 tahun lalu. Lo ngak perlu takut keluar dan jalan sama gue. Mereka tau status lo sebagai pacar gue. Gue bakal ada di samping lo," ucap Mark panjang lebar untuk meyakinkan Alex.

Alex sempat tertegun mendengar penuturan Mark. Benar apa yang di katakan oleh Mark. Dia tidak perlu takut dengan orang-orang itu. Perlahan mereka akan sadar sendiri.

"Iya, gue turun," ucap Alex lalu turun dari mobil Mark dan menutup pintu mobil.

Alex dapat merasakan jika ratusan pasang mata kini menatapnya. Alex dapat melihat tatapan-tatapan itu adalah tatapan bertanya  dan memastikan. Memastikan akan gosip yang kemarin tersebar luas.

"Kalau ngerasa ngak nyaman bilang. Gue bakal bawa jaket lain kali buat nutupin lo. Biar lo kehindar dari tatapan-tatapan itu sama orang yang paparaziin lo. Kayak Gigi Hadid yang lindungin anaknya," ucap Mark sambil mengusap puncak kepala Alex halus lalu merangkulnya dan menutupi Alex menggunakan badannya.

Seperti ada sengatan listrik kecil saat tangan Mark sampai di puncak kepala Alex. Sengatan listrik yang nejalar ke seluruh tubuhnya dan membuatnya geli. Perhatian kecil dari Mark saja sudah membuat dirinya ingin terbang sekarang juga. Ini baru satu hari, belum hari-hari berikutnya.

"Kalau dengan cara lo perlakuin gue gini, gue bakal cepet jatuh ke pelukan lo," cicit Alex dalam hatinya.

***
"ITU MUKA BERSERI-SERI AMAT BRO. SEKARANG BERANGKAT JOK BELAKANG UDAH KAGAK KOSONG LAGI NIEH CERITANYA," goda Brian kepada Mark saat melihat sahabatnya itu memasuki kelas dengan wajah yang terlihat gembira.

"Awas kerasukan setan lo," sambar Rei begitu saja.

Mark tidak menggubris ucapan kedua sahabatnya. Dia memilih langsung duduk di tempat duduknya.

"Lo mikir ngak sih Bri. Alex baru deket sama si Markonah baru beberapa minggu lalu dan dia langsung nerima si Markonah. Gue mencium aroma cinta sepihak," ujar Rei menyampaikan pendapatnya.

Ya sejujurnya mungkin saja Alex langsung menerima Mark karena tampangnya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga Alex menerima Mark karena kasihan.

"Gue udah bilang kemarin. Meskipun cinta sepihak, gue yakin banget! Lambat laun dia bisa buka hati buat gue," jelas Mark yakin.

"Mending si Mark. Lah dari pada lo. Makan ati mulu sama mbak crush. Mbak crush udah punya pacar lah. Kabarnya si pacarnya itu bakal di jodohin sama si mbak crush lah. Katanya —" belum saja menyelesaikan perkataannya. Mulut Brian sudah di bekap oleh Rei.

"Ngak usah di ungkit bodoh. Gue udah lupain itu," sungut Rei tak terima.

"Terserah lo. Nanti balik ke beskem?" tanya Brian mengalihkan pembicaraan.

"Gue ngak bisa. Ada urusan," jawab Mark menolak penawaran Brian.

"Yang udah punya pacar mah beda," dengus Brian kesal.

***
Meta mengalihkan fokus ke ponselnya saat merasakan ada orang yang duduk di sebelahnya. Dia dapat melihat wajah cantik itu bersemu merah. Dia bisa menebak apa yang membuat wajah Alex memerah.

"Gue tau nih kenapa muka lo kek pake blush. Lo bareng Mark kan?" goda Meta sambil menoel pipi Alex yang memerah.

"Apa sih Met," kesal Alex. Pasti Alex akan terus menggodanya. Selain harus menghadapi kejengkelan dari Meta, Alex pun harus menghadapi tatapan-tatapan aneh yang menyorotnya.

"Sumpah gue ngak nyangka. Ternyata lo ngak masuk kemarin cuman buat ketemuan doang sama si Mark? Ngabisin waktu berduaan di taman? Gila lo," heboh Meta begitu saja.

"Dulu kepo doang sama si Mark. Eh, sekarang malah kecantol tuh hatinya," ucap Meta lagi mengingat ketika Alex yang bertanya terus menerus tentang Mark.

Alex menengelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Sial, seharusnya dia dahulu tidak bertanya-tanya pada Meta tentang Mark.

"Gue kena karma kali ya Met," cicit Alex pelan.

"Bisa jadi. Lo bilang waktu itu kagak akan suka sama Mark. Eh, nyatanya sekarang nyantol. Tapi sumpah, lo beruntung dapet cowok kayak dia," jelas Meta.

"Apa untungnya?" tanya Alex sambil memutar kepalanya melihat ke arah Meta.

"Lumayan kalau lo sampai nikah sama dia. Bisa memperbaiki keturunan. Wahahaha," ucapnya lalu tertawa keras.

"Bangsat lo Met. Pengen gue cekek," ucap Alex kesal. Dia sudah kesal dengan admin instagram gosip AHS yang menyebarkan berita antara Mark dan dirinya. Ditambah Meta yang terus menggodanya.

***
Tbc!
Gimana pren part ini? Yok ramaikan dengan komen, vote, dan jangan lupa di share.

See you next part.

To Láthos Átomo [Spin-off QOTD](END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang