6. TLA || Kecurigaan

10 5 0
                                    

"Abang. Ayo pulang ih. Emak mu yang seksi, bohay, bahenol udah nelpon dari tadi," ajak Ethan pada Mark sambil menarik-narik lengan kakaknya seperti anak kecil yang memaksa kakaknya agar ikut bersamanya.

Setelah pulang dari sekolah, Ethan melajukan motornya ke beskem kakaknya karena ingin menghabiskan waktu sendiri. Saat sampai di beskem, Ethan sudah melihat motor Mark terpakir sendiri di sana.

Mark tidak peduli dengan ocehan adiknya yang sejak tadi mengajak pulang. Dia masih asyik mengscrol instagramnya sambil menghisap sepuntung rokok di tangannya.

"ABANG... AYO PULANG," teriak Ethan kesal karena kakaknya tidak bergerak seinchi pun dari tempat duduknya.

"Pulang duluan sana. Bilang ke bunda, gue ada di beskem dulu. Nanti jam 7 pulang," ucap Mark kesal karena Ethan yang sejak tadi mengajaknya pulang.

"Ih abang. Kalau bunda nelpon adek terus-terusan gini berarti ada yang mau di omongin abang. Ayo pulang ih," kesal Ethan pada kakaknya.

Mark sengaja memblokir kontak ibu dan ayahnya tadi karena malas untuk pulang. Dia membiarkan adiknya tersiksa menerima telponan dari ayah dan ibunya.

"Lo tau mager? Nah gue mager banget. Udah nyaman gue di sini. Nanti kalau lo dapet informasi penting dari mereka kasih tau. Punya adik itu manfaatkan dengan benar," ucap Mark mengulangi ucapan Ethan semalam.

Ethan menghembuskan napasnya kesal. Dia menghempaskan lengan Mark dengan kasar lalu segera mengambil tasnya dan menggendongnya di bahu sebelah kirinya.

"Males ngomong sama lo. Gue cabut duluan. Ngak akan gue kasih tau informasi nya," ucap Ethan kesal lalu keluar dari beskem dan membanting pintu beskem sehingga terdengar dentuman yang keras.

"WOY SETHAN. BISA RUSAK ANJIR," kesal Mark sambil menekan rokoknya di asbak agar mati.

Mark memilih untuk membuka kaleng soda yang ada di hadapannya lalu meneguknya hingga habis tiada sisa. Setelah selesai, di melemparkan kaleng tersebut ke tong sampah lalu bangkit dari duduknya untuk meninggalkan beskem.

Mark memakai helmetnya lalu menaiki motornya dan segera melajukan motornya untuk kembali ke mansion. Dia sengaja memilih jalan yang lebih jauh agar memperlambat waktu. Mark bersenandung kecil sambil melihat area jalanan yang lumayan sepi.

Mark menyipitkan matanya saat dari kejauhan dia melihat gadis yang dia kenal sedang berjongkok sambil memegang sebotol makanan kucing di tangannya dan mengusap bulu halus kucing jalanan tersebut.

Mark beinisiatif menghampiri gadis itu. Saat sudah dekat, Mark memarkirkan motornya di pinggir jalan lalu turun dari motornya sambil melepas helmetnya.

Gadis yang sedang berjongkok sambil memberi makan kucing jalanan pun mengalihkan pandangannya ke arah suara motor yang berhenti di sebelahnya. Gadis itu pun bangkit dari posisi duduknya.

"Lo Mark?" tanya gadis itu memastikkan. Takut-takut dia salah orang.

Mark menyisir rambutnya kebelakang untuk membenarkan rambutnya itu setelah menggunakan helmetnya.

"Iya gue Mark. Gue minta maaf sama kejadian beberapa hari lalu. Maaf gue ngak bantu lo dan malah lari," ucap Mark lirih sambil menjulurkan telapak tangannya sebagai permintaan maaf.

Gadis itu menerima uluran tangan Mark. "Itu ngak masalah kok. Meta kan bantuin gue," ucapnya pelan lalu melepaskan jabatan tangan Mark.

Jantung Mark berdebar begitu cepat. Hari ini, akhirnya dia bisa dekat dengan Alex tanpa ada gangguan dari siapapun.

"Lo ngasih makan kucing jalanan?" tanya Mark mencari topik agar dia bisa berlama-lama dengan Alex.

Alex mengangguk kepalanya kecil lalu kembali berjongkok sambil menuangkan kembali makanan kucing yang ada di tangan kanannya.

"Setiap hari gue ngasih makan kucing yang ada di sini. Kadang suka nambah penghuni baru di sini. Gue paling suka sama si oren putih itu. Dia sabar banget nunggu di pinggir jalan sambil nunggu gue," ucap Alex sambil menunjuk kucing gembul bewarna putih oren yang anteng memakan makanannya di sebelah Mark.

Mark membalikkan tubuhnya dan melihat seekor kucing oren belang putih sedang anteng di sebelahnya. Mark pun berjongkok sama seperti Alex dan tangannya terulur mengusap bulu halus itu. Namun, sebelum menyentuh bulu halus kucing itu, Mark malah terkena cakaran di tangannya.

"Eh, jangan di ganggu kalau dia makan," ucap Alex panik sendiri saat melihat tangan Mark yang terkena cakaran.

Mark menatap kesal kucing oren yang ada di sebelahnya. Dia mendumel kesal pada kucing tersebut.

"Gue lelepin ke kali baru tau rasa lo," dengus Mark kesal dan tidak mempedulikan cakaran kucing yang ada di tangannya.

Mark merasakan tangan mungil memegang tangannya. Terasa air mengalir di tangannya. Dia mengalihkan pandangannya dari kucing yang telah menyakar tangannya. Dia menatap wajah cantik yang sedang membasuk tangannya dengan telaten. Tak terasa, senyum kecil merekah di bibir Mark. Jantungnya begitu berdebar. Sebelumnya, dia tidak pernah sedekat ini dengan gadis yang memiliki temlat tersendiri di hidupnya.

"Eh... lo ngapain?" tanya Mark gugup sambil menarik telapak tangannya.

"Bersihin tangan lo biar ngak infeksi," ucap Alex sambil menarik telapak tangan Mark lalu mengelapnya menggunakan tisue yang dia ambil dari dalam tasnya.

"Ngak usah di plester. Ngak papa kok," ucap Mark pada Alex saat melihat gadis itu mengeluarkan plester dari saku roknya.

"Nanti perih kalau kena air. Di plester aja ya," ucapnya sambil memasangkan 2 plester di telapak tangan Mark yang terkena cakaran tadi.

"Thanks mov triantáfyllo," ucap Mark sambil tersenyum simpul.

Alex mengerutkan keningnya. Dia mengenal bahasa itu. Itu adalah bahasa yunani yang artinya mawar ungu.

***
"Masa sih dia yang selalu ngirim bunga mawar ungu selama 2 tahun ini?" tanya Alex pada dirinya sendiri sambil merebahkan dirinya di kasur.

Setelah pulang melakukan kebiasaan memberi makan kucing jalanan, Alex memastikan ucapan Mark tadi. Benar dugaannya. Ucapan 2 kalimat akhir tadi berarti bunga mawar ungu. Alex memang mempelajari beberapa bahasa luar. Jadi, dia tau arti dari ucapan Mark tadi.

"Apa bener ya si Mark yang ngirim bunga mawar ungu setiap minggu? Gue cari alamatnya coba. Siapa tau gue bisa bututi dia nanti minggu," ucap Alex pada dirinya sendiri lalu bangkit dari posisi rebahannya dan melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya.

Alex berkutat dengan laptopnya selama 20 menit untuk mencari alamat keluarga Mark. Namun, sama sekali tidak ada penjelasan dari akses keluarga Mark. Alex memutuskan menutup layar laptopnya dengan kesal.

"Ngak ada akses yang bisa di buka dari Mark maupun Ethan. Kalau emang bener itu Mark, jadi selama ini dia suka sama gue gitu?" tanya Alex sambil menunjuk dirinya sendiri dengan mimik wajah yang keheranan.

"Ngak-ngak. Itu ngak mungkin. Cowok kayak Mark kalau suka sama cewek tinggal bilang aja. Ini ngapain pake acara ngirim bunga mawar ungu setiap minggu pakai kata-kata manis lagi. Biasanya cowok kek dia langsung ngungkapin dan bilang 'sekarang lo milik gue dan ngak ada penolakan.' Aduh Lex, lo kebanyakan halu," ucap Alex kesal pada dirinya sendiri sambil memukul kepalanya.

"Kalaupun itu Mark... AAAAA GUE NGAK BISA BAYANGIN," teriaknya histeris lalu  berlari ke kasur dan mengambrukan dirinya ke kasur dengan posisi tengkurap.

***

Tbc.
Gimana part ini? Jangan lupa vote, share, comment yaw. Ramaikan pokoknya.

See you next part.

To Láthos Átomo [Spin-off QOTD](END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang