💠 Aku Ingin Kau Ada

236 28 3
                                    

Seonghwa mendengar Mingi sebagai pribadi menyenangkan dan membenarkan ini saat dia menemui Mingi dalam makan malam yang diatur oleh keluarganya, memiliki beberapa temu sebelum dia setuju dengan perjodohan.

Tapi Mingi yang dia lihat pada malam lalu berbeda dengan Mingi yang dia temui di makan malam, Mingi yang menemani dia dalam mengatur pernikahan dan segala urusannya. Mingi ini begitu diam dan kelihatan berhati.

Mata Seonghwa memperhatikan Mingi yang menukar tawa dengan Ibu dan satu asisten rumah tangga, seperti Mingi yang biasa dilihat.

"Pagi" Seonghwa melemparkan sapa dan mendapat perhatian, melihat Mingi yang mengarah tatapan padanya dengan tersenyum

"Pagi, Seonghwa-Hyung" Balas Mingi dengan senyum yang tidak meninggalkan wajah, pun Seonghwa mendengar balas lainnya

"Mingi membantu untuk menyiapkan sarapan, Seonghwa" Ibu memiliki senyuman cerah saat dia memberitahu pada Seonghwa

"Ibu, aku tidak membantu" Bibir Mingi membentuk senyum seperti dia bersenang hati sang Ibu Mertua membicarakannya dengan baik

"Kau mengambilkan bahan dan menyiapkan meja, kau membantu" Berkeras dengan apa yang dia katakan, Ibu melihat Mingi

"Ibu mengatakan hal yang begitu baik" Mingi menaruh lengannya untuk memeluk Ibu dari Seonghwa, kelihatan menggemaskan

"Karena kau merupakan orang yang begitu baik" Ibu membiarkan sang menantu untuk memberi peluk, mengusap lengan di tubuhnya

"Ah, tidak" Bantah Mingi, meski ekspresi wajahnya memperlihatkan dia bersenang hati dengan pujian yang dilemparkan sang Ibu Mertua

"Park Seonghwa, kau harus memperlakukannya dengan baik" Mata Ibu mengarah pada Seonghwa yang memperhatikan dalam diam

"Seonghwa-Hyung memperlakukan aku dengan baik, Ibu" Kata Mingi dengan lekas, ingin menghindari ribut pada pagi hari

"Tentu. Sebaiknya dia melakukannya atau dia akan kehilangan dirimu" Kata Ibu, mengembalikan tatapannya pada Mingi

"Apa rugi kalau dia kehilangan diriku?" Seonghwa menemukan kesan canda pada wajah Mingi, namun dia tidak menemukan sisi lucu

"Menyiakan orang sebaik dan semanis dirimu adalah kerugian besar, Mingi" Pun Ibu membalas kata Mingi dengan sikap serius

"Benar. Aku menyetujui apa yang dikatakan oleh Ibu" Mata Seonghwa melihat Mingi yang merapat bibir, kelihatan tidak menduga balas ini

"Kalian melakukan percakapan di pagi hari tanpa Ayah," Suara Ayah memasuki ruangan makan dan menghentikan sunyi sejenak

"dan tidak membiarkan Mingi untuk duduk?" Ayah melihat tangan Ibu yang kelihatan menahan lengan Mingi pada tubuhnya

"Tidak masalah, Ayah" Mingi menjawab sang Ayah Mertua dengan ekspresi tersenyum, sejujurnya dia tidak henti tersenyum sedari tadi

"Kau tidak pernah menjadikan apapun sebagai masalah" Komentar Seonghwa, menyadari laku dari laki-laki yang lebih muda

"Karena tidak ada yang perlu dipermasalahkan" Mingi menanggapi kata Seonghwa selagi dia membiarkan Ibu menuntun pada kursi

"Seonghwa, kalau kau membuat anak manis ini menangis, maka kau ada dalam masalah" Ibu menoleh pada Seonghwa yang berdiam

"Aku mengerti" Kaki Seonghwa melangkah pada kursi makan di sisi Mingi, memberi tatapan padanya dan menerima balas dari lainnya.

Seonghwa memikirkan Mingi sebagai pribadi cerah dan dipenuhi sikap positif hingga dia meyakini dia dapat menghabiskan hidup dengan Mingi, tapi Seonghwa menyadari dia tidak mengetahui banyak hal.

Menyadari Mingi memiliki banyak sisi selain sikap positif dan penuh senyum yang dia perlihatkan di hadapan banyak orang, Seonghwa memikirkan keputusan untuk mengucap sumpah dan hidup dengan Mingi.

.

Ibu bersikeras mengantarkan Mingi pada apartemen Seonghwa dan menjadikan sang anak sebagai supir pribadi, hanya melakukan cakap dengan sang menantu dalam jalan. Bukan Seonghwa mengeluhkan situasi ini.

Seonghwa belum mengetahui alasan, tapi Mingi menunjukkan diam dan sikap berhati yang tidak biasa ditemukan oleh Seonghwa pada waktu sebelum ini. Menyenangkan untuk mendengar Mingi memiliki banyak kata.

Mingi mengarahkan tatap padanya saat Ibu memutuskan kembali begitu dia meyakini sang menantu tiba di apartemen dengan aman.

"Pukul berapa kau melakukan makan malam, Seonghwa-Hyung?" Tanya Mingi bukan sesuatu yang diduga oleh Seonghwa

"Paling cepat aku melakukannya pukul enam, atau pukul sembilan untuk waktu paling malam" Seonghwa memberi jawaban

"Baik" Kepala Mingi mengangguk seperti dia memahami satu hal, dan Seonghwa tidak memiliki ide mengenai apa yang dia pahami

"Baik?" Mengulang apa yang dikatakan oleh laki-laki lebih muda, Seonghwa menatap Mingi dengan kerutan jelas pada dahinya

"Aku tidak akan mengganggumu hingga pukul enam" Kata Mingi, matanya hanya memperlihatkan dia bersungguh dengan katanya

"Tidak ada yang mengatakan kau mengganggu, Mingi" Seonghwa tidak memahami alasan Mingi memiliki pikiran ini.

Seonghwa mungkin buruk dalam menunjukkan senang dia mengenai hadir lainnya, namun dia tidak menduga Mingi akan memiliki pikir ini.

"Mungkin kau memiliki urusan dan tidak ingin aku ada" Kata ini sungguh kejam, namun Mingi mengucapkan seperti ini adalah biasa

"Kenapa aku tidak ingin kau ada?" Mata Seonghwa menatap serius, dia ingin paham dengan apa yang ada dalam pikiran Mingi

"Jadi, kau tidak memiliki urusan?" Seonghwa memikirkan Mingi ingin memindahkan percakapan, mungkin dia merasa tidak nyaman

"Kenapa aku tidak ingin kau ada?" Tapi Seonghwa masih memiliki ingin tahu, menekan Mingi dengan mengulang tanya yang dia berikan

"Entah, tapi mungkin kau ingin sendiri" Mata Mingi memiliki kesan dia berlabuh pada ingatan lalu, mengerjap untuk mengembalikan fokus

"Aku mengucap sumpah denganmu, karena aku ingin sendiri?" Tidak mengerti ada dalam bicara Seonghwa, kesulitan untuk memahami

"Tidak tahu" Mingi memiliki jujur dalam bicara, kelihatan dia tidak paham namun biasa untuk menemukan situasi seperti saat ini

"Ingin duduk dan melihat film?" Seonghwa memberi tawaran saat dia tanpa sengaja mengarahkan lirik pada televisi

"Apa?" Mata Mingi mengerjap seperti dia tidak menangkap kata Seonghwa, atau dia berusaha memahami maksud katanya

"Kita belum pernah melakukannya sewaktu kencan" Menggerak kaki untuk menyalakan televisi dan menyetel saluran yang ingin dilihat

"Um, Hyung," Seonghwa mengarahkan mata untuk melihat Mingi dan sikapnya yang berhati, ragu dalam mengatakan apa yang dia pikir

"Kau dapat mengatakan apapun, Mingi" Menggunakan nada hangat untuk menenangkan Mingi dan membuat dia nyaman untuk berkata

"Kau akan memberi pelukan setiap malam?" Mata Mingi memiliki polos lagi penuh harap selagi dia melempar tanya ini pada Seonghwa

"Aku akan mengikuti apa yang kau ingin" Seonghwa menempatkan senyum pada wajahnya, dan melihat senyum di wajah lainnya

"Aku pikir aku suka pelukan" Kata Mingi, membiarkan saat Seonghwa menarik dia untuk dekat dan memberikan rangkul padanya

"Maka kau akan mendapat pelukan di banyak waktu" Kata Seonghwa, melihat Mingi sejenak sebelum dia kembali melihat televisi.

Seonghwa masih memiliki banyak hal yang tidak dia ketahui tentang Mingi, namun Mingi mengatakan dia membuat lainnya nyaman dan mengharap mereka hanya membutuhkan waktu untuk biasa dengan lainnya.

Pikiran Seonghwa mengatakan situasi tidaklah mudah, tapi dia telah mengucap sumpah untuk mendampingi Mingi dan dia telah memiliki ingin untuk menghabiskan hidup dengan laki-laki ini selama beberapa waktu.

🔘 catatan

      seneng banget karena ada yang baca dan memberikan respon baik buat book ini.
       terima kasih karena memberikan waktu untuk membaca book ini.

CaimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang