5 - Lullaby

177 33 6
                                    

Under 12 Stars | 5 - Lullaby

Jangan lupa tekan 🌟

•°•°•°•°•

Tanpa terasa rembulan telah menggantikan posisi sang surya. Pun ditemani bintang yang tak datang sendirian. Setelan piyama berbahan satin bermotif garis dilapisi jubah selutut berbahan dan motif yang sama sudah melekat di tubuh jangkung Kenziel. Ia memasukkan setengah tubuh ke dalam selimut sembari mengecek ponsel yang selalu menjadi rutinitas.

Suara pintu yang terbuka, sejenak mengalihkan pandang Kenziel. Tangannya seketika membeku dan jakun bergerak menelan saliva. Ia bahkan menutup mata untuk menutupi pandangannya dari seorang wanita yang mengenakan pakaian tidur satin sepaha dengan tali spaghetti rendah yang memperlihatkan belahan dada. Terlebih ketika bola mata legamnya tak sengaja menangkap tonjolan kecil pada dada dan membuat hormon testosteron seketika naik.

Tidur saja, Kenziel.

Sugesti berhasil membawa kesadaran Kenziel kembali normal. Tubuhnya memutar dan membuka laci nakas. Satu butir pil tidur pun hampir tertelan jika saja Althea tidak herhasil merebut semua barang di tangan Kenziel.

"What are you doing, Thea?" Kenziel terkejut.

Althea tanpa menjawab, membawa botol berisi obat tidur ke dalam tong sampah. Lantas menutup pintu balkon beserta gorden yang selalu Kenziel buka tiap malam.

"Bisakah tidak ditutup?"

Althea menoleh dari balik bahu. "Sudah malam, aku harus menutupnya."

"Aku terbiasa tidur dengan jendela terbuka."

"Udara malam tidak baik untuk kesehatan. Hal itu justru membuat gangguan tidurmu semakin buruk."

"Aku justru tidak bisa tidur sekalipun ada obat ketika jendela ditutup."

Sayangnya Althea orang yang bebal. Tubuh kurusnya sudah masuk ke dalam selimut usai menutup semuanya. Berbeda dengan Kenziel yang justru bangkit untuk melakukan hal kebalikan. Namun urung ia lakukan ketika suara ketus Althea membuatnya berbalik.

"You didn't forget the chance that you would follow all my orders, right? Pertama, kita ubah kebiasaan tidurmu yang buruk dan candumu terhadap obat tidur sebelum kau benar-benar menginginkan sleep paralysis itu sepenuhnya sembuh."

Gerakan tubuh Kenziel kembali terbaca oleh Althea. Akan tetapi, Althea memasang wajah masa bodoh, lantas mengambil komik yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas, mengabaikan kasur bergerak kala Kenziel memasukkan tubuh ke dalam selimut yang sama.

Kenziel mencoba tidur terlentang, membelakangi Althea, hingga saat menghadap wanita itu, matanya lagi-lagi tak sengaja tertuju ke arah yang begitu sialan.

"Thea," panggil Kenziel ragu.

"Hemmm."

"You don't wear an underwear?"

Suara lirih Kenziel nyatanya masih bisa didengar Althea. Namun, apatisnya seorang Althea memang berada di lapisan paling tertinggi. "Hemmm."

"Tapi, kau sedang tidur di samping pria dewasa."

Lirikan tajam seketika mencoba menembus bola mata legam Kenziel. Althea juga berkata sebelum kembali membaca komiknya. "I'm not blind, Ken. Tidur saja dan berhenti berkomentar jika kau tidak ingin habis di tanganku."

Belum lima menit dan emosi Althea sudah berada di ubun-ubun saat Kenziel kembali memanggil. "Thea ...."

"Apa?!" Kali ini suara Althea meninggi lantaran kesal aktivitasnya terganggu.

Under 12 StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang