17 - Worried

127 24 24
                                    

Under 12 Star | 17 - Worried

Suka lupa nih kalo Selasa sama Sabtu harus update wkwkwk. So jangan lupa vote dan komen ya. Happy reading 😘

•°•°•°•°•

Berlari-larian di griya tawang seluas seribu meter persegi, nyaris tak terbayangkan akan Althea lakukan di detik ini. Ia bahkan terlihat seperti dikejar dept collector hanya karena seorang Kenziel Ziff Wilton. Suara bel yang dibunyikan membuat sendok panjang yang dipegang Althea ia letakkan ke sembarang tempat dan segera berlari menuju walk in kloset, tanpa memedulikan kompor induksi yang belum dimatikan.

Pakaian tidur berbahan satin, Althea tutupi dengan cardigan rajut usai menyambarnya dari gantungan yang bersebelahan dengan jas Kenziel. Ia buru-buru berlari ke arah pintu masuk.

Mulut yang terbiasa berkata pedas, nyaris mengucapkan sumpah serapah pada tamu tak tahu diri yang saat ini menatapnya dengan bodoh. Sayangnya Althea hanya mengusap wajah kasar dan menyambar tas medis berwarna merah yang di bawa sang tamu hingga membuat dua kucing yang sedang digendongnya melompat karena terkejut.

"Theaaa! Kau tidak mengizinkan kami masuk?!" teriak wanita berperut sama dengan pria berbadan besar di sampingnya.

Denzzel, pria kaya lemak perut itu justru menyeringai bangga dan menaikkan dagu sembari menumpangkan sebelah tangan pada bahu kekasihnya. "Masuk saja. Lagi pula penthouse ini tempat tinggal sahabatku." Setelah itu Denzzel langsung melesat ke ruang tamu menyambut dua ekor anak kesayangannya.

Usai menurunkan dua kucing yang ada digendongan, dengkusan pun terdengar dari mulut wanita bergaya rambut bop. "Haish, dasar tidak berperasaan! Tega sekali memperlakukan wanita hamil seperti ini."

Rissa berjalan mengikuti Denzzel. Jika tidak ingat kalau berjalan sebentar saja sudah membuatnya kelelahan, ingin sekali Rissa mempraktikkan bantingan bahu dari gerakan judo pada kekasihnya yang sibuk dengan empat kucing berbulu lebat, tanpa peduli nasib belanjaan yang ditinggal di depan pintu. Ia menggeram dengan berkacak pinggang dan memekik kesal. "Bawa masuk kantongnya, Denzzel! Lalu taruh di pantri!"

Walau bibir Denzzel maju sekian senti, tak memengaruhi Rissa yang mengelus perut besarnya mengekor di belakang. Samar-samar mereka juga mendengar Althea berteriak.

"Berhenti berteriak di rumah orang lain!"

Siapa sangka jika wanita yang punya tempramen tak kalah garang dari Althea ikut membalas makian sahabatnya yang berada di kamar Kenziel. "Kau juga berteriak, Thea!"

Sementara Denzzel hanya menggelengkan kepala pelan dengan tawa yang tertahan. Namun sedetik kemudian suara kekasihnya kembali menggema hingga Denzzel spontan menoleh.

"Kenapa kau tidak mematikan kompornya, Thea! Masakan apa yang ingin kau masak?! Kenapa berwarna hitam semua?! Lihat asapnya mengepul!"

Seketika pria dengan selera humor di bawah rata-rata tersebut pecah melihat kondisi pantri bak diterpa perang dunia. Denzzel bahkan terduduk di lantai sembari memegangi perut tanpa bisa menghentikan tawa. Sesekali Denzzel terbatuk akibat kepulan asap masuk ke dalam tenggorokan, tanpa berniat membantu Rissa yang sibuk membersihkan kekacauan.

"Astaga ... Aku tidak bisa membayangkan wajah Ziel jika dia bangun nanti ... Apa kita berada di zona rawan bencana?"

Tak khayal Rissa kelewat kesal, menunjuk arah lain sambil berteriak, "Get fucking out, Dezzel. Tertawalah di rumah sakit jiwa atau menghilang dari hadapanku sekarang juga!"

Under 12 StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang