11 - Legal Terms

158 36 5
                                    

Under 12 Stars | 11 - Legal Terms

•°•°•°•°•

Suara ketukan terdengar tiga kali, spontan dua orang yang sedang sibuk dengan aktivitas berbeda menoleh ke arah pintu. Kepala wanita berambut sebahu bergelombang yang terurai, menyembul dari balik pintu sebelum dia masuk saat Kenziel mengangguk sekali mempersilakan.

Wanita bercelana kain senada dengan blazer army tersebut menyerahkan papan berisi kertas yang sebelumnya ia peluk, ke atas meja kerja Kenziel.

"Maaf, Mr. Wilton, untuk acara Asosiasi Pengacara di Seattle dimajukan menjadi lusa. Tiket pesawat dan kamar hotel Anda juga sudah saya majukan di tanggal tersebut."

Bundelan dokumen yang Kenziel pegang, ia sisihkan. Ia memundurkan kursi beroda dengan wajah datar sebelum melakukan interogasi.

"Lalu bagaimana gugatan penolakan pembangunan real estate Minic Land Groups?"

Elizah tersenyum saat menjawab, "Saya sudah menelepon sekretaris Presiden Direktur Minic Land Groups dan dia berkata jika jajaran dewan direksi mendadak membuat acara amal, Mr. Wilton. Sepertinya itu taktik mereka untuk mengalihkan perhatian media."

Pada akhirnya Kenziel hanya mengembuskan napas panjang. Ia memajukan kursi berodanya lalu meraih dan membaca papan dokumen yang sekretarisnya bawa. Ia mengetuk dengan bolpoin pada titik yang membuat dahinya mengernyit.

"Empat hari, tiga malam?" Tatapan Kenziel sekarang terarah pada sekretarisnya usai melirik wanita masa bodoh yang rambutnya dikucir kuda, duduk pada sofa sembari menyikat kuku kukunya yang panjang dan berwarna-warni. "Bukankah yang dibahas hanya penguatan kapasitas organisasi dan pentingnya morel sebagai asas dasar hukum. Tidak lebih dari dua hari satu malam, Elizah."

Elizah yang tahu maksud sang atasan mengangguk. "Benar. Tetapi, tiba-tiba saja kasus pro bono yang ditangani Mr. Carington juga masuk ke dalam sela pembahasan, Mr. Wilton."

Tiba-tiba saja Kenziel membeku. Genggamannya pun mengerat pada bolpoin. Kedua matanya yang tanpa sengaja bersirobrok dengan Althea segera ia alihkan. "Cancel, Elizah," perintah Kenziel. "Bilang saja aku terlalu sibuk dengan kasus real estate."

Ekspresi terkejut kentara dari bola mata cokelat Elizah yang membulat. "Maaf, Mr. Wilton. Kehadiran Anda sangat ditunggu beberapa pengacara veteran. Mereka menunggu tanggapan Anda terkait kasus sedang ramai diperbincangkan itu. Terutama ini menyangkut petisi keringanan terdakwa yang autis—"

Sayangnya penjelasan Elizah yang panjang lebar mendapat balasan kalimat tegas penuh penekanan. "Aku sudah tidak menangani kasus pidana."

Wanita masa bodoh yang semula sibuk dengan peralatan manicure, nyatanya mendengarkan percakapan pemilik Firma Hukum Wilton bersama sang sekretaris. Ia mendengkus remeh lalu menyeringai sembari memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Lanjutkan saja, Elizah. Oh, iya, pesankan juga tiket pesawat untukku dan kamar di hotel yang sama dan bersebelahan dengan Kenziel," sela Althea.

Serasa mempunyai dua atasan dengan pendapat bertolak belakang, Elizah memiringkan tubuhnya untuk melihat Althea dan kembali menghadap Kenziel yang kini menatap wanita yang berbuat seenaknya.

Kenziel menatap Elizah yang menunggu keputusan akhir. "I say cancel, Elizah. Mereka tidak konsisten untuk memberi daftar apa saja yang hendak diperbincangkan."

Under 12 StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang