Under 12 Star | 1 - Sleep Paralysis
•°•°•°•°•
Langit masih gelap, tak sedikit pun menunjukkan tanda sang Surya merayap ke permukaan. Semilir angin malam yang datang dari pintu kaca balkon yang sengaja dibuka setengah pun terasa begitu menusuk hingga ke tulang pada seorang pria yang masih terlelap. Sayangnya, lelap yang dijalani, bertolak dengan resah yang ia rasakan. Dunia buruk yang bernama mimpi seolah sedang menelannya hidup-hidup.
Cengkeraman pada selimut berwarna navy yang menutupi setengah tubuh kian mengerat. Tubuh yang kaku tak bisa digerakkan, ditambah rasa sesak di dada hingga bernapas pun menjadi sulit, membuat pria itu ingin keluar dari dunia buruk yang sedang ia jalani.
Beruntung, kesadarannya yang terus menuntut untuk keluar membuat ia bisa membuka mata lebar. Hanya dua mata memerah yang terbuka, tidak dengan seluruh tubuhnya yang masih mengalami kelumpuhan. Bahkan, sosok tak kasat mata dari dalam mimpi, ikut keluar dan sedang melayang di depan mata yang terbuka lebar.
Pria itu menutup lagi matanya erat sembari menyugesti dirinya sendiri. "Ayolah Ziel, kau pasti bisa. Hilangkan bayangan itu. Itu hanya halusinasimu saja. Gerakan tanganmu dengan perlahan."
Batin yang bergemuruh terus menyugesti diri pada raga yang tak bisa digerakkan. Tapi sayang sekali, anggota tubuh masih merasakan nyeri hebat dan menolak keinginan sang pemilik.
Kenziel Ziff Wilton, pria berkebangsaan Amerika dengan air wajah tegas khas Jepang, dengan tenang menyugesti diri di tengah mulut yang tak bisa terbuka. Ia membuka mata dan masih mendapati sosok hitam sedang menampilkan senyum menyeramkan hingga jemari panjangnya kian erat meremas selimut.
Kenziel menutup matanya sekali lagi. Ia terus melakukan ritual psikologis hingga bayangan di depan mata menghilang dan semua anggota tubuhnya bisa ia gerakkan.
Berhasil.
Dengan napas terengah dan sisa tenaga yang ada, Kenziel menggerakkan kedua tangan, menuntun tubuhnya untuk duduk bersandar pada punggung tempat tidur lalu memegang dadanya yang masih merasakan sesak.
Sesak yang merayap perlahan terkikis. Jemari panjangnya memijit pelipis yang tertutup anak rambut basah akibat keringat. Menit demi menit terbuang, tetapi Kenziel hanya duduk di atas tempat tidur. Ia menekuk lutut dan membenamkan wajah di antara kedua lutut. Sejenak menoleh dengan kepala yang masih bertumpu pada lutut. Sebuah botol kecil berisi obat tidur menjadi atensinya hingga terdengar dengkus tawa tertahan setelahnya.
Ternyata obat itu sama saja dengan yang lain. Tidak membantu sama sekali.
Kedua mata legam Kenziel menatap jarum kecil jam dinding yang menunjukkan angka satu. Namun, ia tak ada lagi niat dan minat untuk tidur. Ia mulai bangkit dan berjalan ke luar balkon untuk melihat pemandangan kota Boston yang berhiaskan kumpulan bintang dan gemerlap lampu. Tarikan napas kuat ia lakukan sebelum mengembuskannya.
Sekelebat pertemuan dengan sahabat lama beberapa hari lalu seolah memberi secercah cahaya. Ia berjalan menjauh dari balkon dan meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas berdampingan dengan obat tidur.
Kenziel
I accept a solution from you, if it can get me off sleeping pills.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 12 Stars
RomansaROMANCE ADULT Sleep paralysis. Satu gangguan tidur yang nyaris tidak pernah absen dalam hidup Kenziel. Namun, ketika lelah sudah menyambangi, mau tak mau Kenziel pasrah dengan hidupnya. Terlebih yang semakin kacau semenjak Althea, psikiater barbar m...