Under 12 Stars | 6 - A Long Night
Sebelum baca jangan lupa tekan bintang. Gumawo 😘
•°•°•°•°•
"Maaf ... Ken salah ... Jangan ... Maaf, Mom ... Tolong ... Berhenti ...."
Rancauan Kenziel tak berhenti. Cengkeraman pun makin kuat di jubah tidur Althea. Bahkan, Althea bisa merasakan jika kulit telanjangnya basah. Entah karena keringat Kenziel atau mungkin sesuatu yang lain. Ia menepuk punggung rapuh itu pelan, meski sesekali ia menguap.
"What's wrong with your Mom?" Althea bertanya.
"Mom ... Mom ...." Bukannya menjawab, Kenziel terus saja merancau.
"Ken," panggil Althea. Sekarang tak ada jawaban sama sekali. Hanya cengkeraman yang perlahan mulai mengendur.
Dalam nyamannya usapan Althea pada punggungnya, Kenziel menutup kedua mata. Wanita pemarah yang selalu membuat tekanan darahnya meninggi, kini begitu lembut dan membuatnya makin tenang. Hangat, hingga ia tak ingin kehangatan ini hilang dan makin menyamankan letak kepala pada bahu wanita itu.
"Ken, kau mau seperti ini terus?"
Senyum kecil Kenziel terbit walau tak terlihat Althea. Hangat yang ia rasakan tak bertahan lama. Mode Kutub Utara Althea telah kembali. Kenziel menegakkan kepalanya dan melihat bola mata biru tersebut menatapnya dengan satu alis yang naik.
Sembari memijat bahu yang semula menjadi tempat Kenziel bersandar, Althea berkata dengan wajah tertekuk dan setengah mengantuk. "Cozy, huh?!"
"Sorry," jawab Kenziel dengan wajah sayu. "I had a bad dream."
"Sebegitu buruknya mimpimu sampai kau menangis? Cengeng sekali."
Helaan napas panjang terdengar. Kenziel mengusap ujung matanya yang berair, lantas menjawab, "Mataku hanya berair."
Althea berdecak. "Tidak mau mengaku. Lalu, kenapa kau menyebut Mom dan maaf berkali-kali? Kau merindukannya? Atau kau punya masalah dengan beliau dulu?"
Kenziel diam. Namun diamnya yang lama membuat Althea menguap lebar. Wanita yang matanya tinggal setengah watt itu memutuskan menurunkan tubuhnya dan hendak memejam. Sayangnya, Kenziel yang melihat zona nyamannya akan pergi ke dunia mimpi, segera memegang bahu Althea yang sudah berbaring.
"Apa lagi?"
"Temani aku terjaga," lirih Kenziel.
"Kau pikir aku robot?! Ini sudah malam, untuk aku aku terjaga semalaman bersamamu? I'm so sleepy, Kid."
"Kepalaku sakit dan dadaku masih sesak."
Ingin sekali Althea menggeram murka. Namun tarikan napas dalam rupanya berhasil membuat emosi Althea teredam. Ia duduk dan menatap Kenziel malas. "Ingin kubuatkan teh?"
"Hemmm."
Betapa sialnya Althea yang mendapat anggukan polos Kenziel dengan sorot mata yang memelas. Kasihan dan kantuk seolah sedang berperang hingga pada akhirnya ia bangkit dan berjalan menuju pantry usai menyentil dahi yang tertutup anak rambut basah.
"Berhenti menatapku dengan raut menjengkelkan seperti itu."
Sejenak ia melirik Kenziel yang saat ini bersandar pada punggung tempat tidur sembari menengadahkan kepalanya dan menutupi penglihatan dengan lengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 12 Stars
عاطفيةROMANCE ADULT Sleep paralysis. Satu gangguan tidur yang nyaris tidak pernah absen dalam hidup Kenziel. Namun, ketika lelah sudah menyambangi, mau tak mau Kenziel pasrah dengan hidupnya. Terlebih yang semakin kacau semenjak Althea, psikiater barbar m...