Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_
___
"Bang tau gak sih, tadi Meda ketemu cewek yang suka halu." Ceritanya menggebu-gebu.
"Siapa?" Tanya Ares yang tidak paham siapa yang dimaksud adiknya itu.
"Anak kepala pabrik yang suka ngaku-ngaku kalo pabrik itu milik keluarga dia." Jelas gadis itu.
"Oh."
"Kok 'oh' doang sih jawabnya? Asal abang tau dia tuh cewek yang juga udah buat Meda dicap pelakor loh bang, abang mau diem aja? Liat adikmu yang cakepnya sekelas Selena Gomes ini dicap pelakor? Ya ampun, fiks, abang gak sayang Meda lagi. Bye." Katanya mendramatisir, dan hendak pergi tapi segera ditahan Ares.
"Siapa?"
"Apanya sih yang siapa? Abang tuh kalo yang nanya yang jelas dong, daritadi cuma nanya siapa, siapa, dan siapa. Kan Meda gak paham." Kesalnya.
Bara yang memahami perkataan Ares itupun menonyor kepala Meda hingga sang empun hampir saja oleng. "Makanya punya otak dipake, maksud Ares itu siapa nama si onoh yang sok itu. Gitchu.."
"Ih, lebay. Gak usah alay deh lo." Seloroh Arga, dan dilempar bantal oleh Louis yang jijik dengan perkataan alay Bara.
"Siapa lagi, si sahabat sok baik, sok kalem, sok perhatian, dan maha sempurna dimata para buaya disekolah, kalo bukan Kanaya Mita Lesmana itu."
Ares mengangguk-anggukan kepalanya. "Nanti biar abang yang urus."
Meda mencerucutkan bibirnya, merasa masih kesal. Tapi, kalau abangnya sudah turun maka ia tidak perlu bersusah payah turun tangan menghadapi si muka banyak.
__
Sekolah kembali masuk, karena hari ini adalah hari senin. Menandakan kegiatan belajar mengajar kembali dilaksanakan.
Upacara seperti biasa dilaksanakan dilapangan yang panas tanpa naungan. Meda mengambil tempat paling belakang karena di belakang sedikit lebih adem sebab pohon besar dipinggir lapangan lumayan menaungi dirinya dari panas.
Setelah upacara usai, ia segera memasuki kelas dan duduk di bangkunya.
Hingga..
"Heh, lo pelakor. Ternyata masih punya muka ya lo sekolah disini? Tebal juga muka lo." Masih ingat Kanaya? Dia sedang beraksi. Kali ini dia akan diam saja, biarkan gadis itu puas membully-nya dan dia punya alasan untuk mengadu pada Mamanya agar diizinkan pindah sekolah. Hihi, dia ingin merubah alur hidupnya dan butuh suasana baru, jadi tidak ada salahnya, kan?