Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wawancara Eksklusif: “Cinta di Atas Langit Kota”
📍 Lokasi: Private Lounge, Velaro Tower, Jakarta 🗞️ Wartawan: Amara Le Blanc | Untuk: Imagine Society Magazine
Amara: Terima kasih sudah bersedia ngobrol dengan kami, Andromeda, Javas. Pertama, selamat! Bisa dibilang seluruh kota masih dalam mode ‘wow’. Gimana rasanya setelah mengucap janji di atas langit?
Andromeda: (tersenyum)Seperti... kita baru aja menciptakan ruang waktu. Semuanya berhenti. Aku bahkan lupa kalau masih berada di dunia nyata.
Javas: Saya biasanya pria yang tenang dan kalkulatif. Tapi saat Andromeda berjalan ke arah saya, semuanya hilang. Tidak ada rumus untuk itu. Hanya rasa.. amaze.
Amara: Apa yang paling kalian takutkan sebelum hari itu?
Javas: Kehilangan momen kecil, karena terlalu sibuk memikirkan "acara besar". Tapi ternyata, setiap detik terekam... di kepala dan hati kami.
Andromeda: Aku takut orang-orang tidak mengerti gaya pernikahan kita yang tidak konvensional. Tapi ternyata, semua justru merasa terlibat lebih dalam karena itu.
Amara: Satu hari setelah pernikahan kalian. Bagaimana rasanya bangun di pagi pertama sebagai pasangan suami-istri?
Andromeda: (tersenyum) Aneh dan indah. Rasanya seperti dunia belum terbangun, hanya kami berdua yang tahu apa yang baru saja terjadi.
Javas: Saya bangun lebih dulu pagi ini. Lihat dia masih tidur, dan saya pikir “Ini sungguhan. Aku tidak bermimpi.” Itu momen paling tenang yang pernah saya rasakan.
Amara: Banyak orang menyebut pernikahan kalian sebagai ‘wedding of the decade’, bukan hanya karena keindahannya, tapi juga karena keintimannya yang sangat dijaga. Apa alasan di balik konsep yang begitu privat?
Andromeda: Dunia kami, sejak awal, selalu penuh sorotan. Aku ingin pernikahan kami bukan tentang siapa yang hadir atau siapa yang menyaksikan, tapi tentang bagaimana kami saling memiliki.
Javas: Pernikahan ini bukan panggung. Ini altar. Dan bagi kami, altar itu suci. Saya ingin setiap kata yang kami ucapkan tidak terdengar oleh ribuan orang, tapi terasa begitu dalam dihati kami masing-masing.
Amara: Ada momen yang sangat menyentuh ketika Javas mencium tangan Andromeda sebelum mengucap janji. Apakah itu spontan?
Javas: Ya. Saya tidak punya rencana. Tapi saat dia berdiri di depan saya, saya merasa tidak cukup hanya berkata ‘Aku bersedia’. Saya harus tunduk, dalam artian paling sakral. Mencium tangannya adalah cara saya mengatakan, 'aku menghormati segalanya darimu.'
Andromeda: Dan aku hampir menangis. Karena itu bukan hanya romantis, itu... sweet bangetttt.
Amara: Andromeda, bisa ceritakan bagaimana kamu memilih gaun itu? Ada yang bilang kamu menolak tujuh rancangan sebelum akhirnya memilih satu yang "tidak sempurna tapi terasa kamu banget."