Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
___________
Tidak ada seorang pun yang tau apa yang ia lakukan dengan Perkasa. Begitupun Effendi..
Ia pastikan Perkasa lenyap karena kesalahan mereka sendiri, bukan akibat campur tangannya. Media sudah menyebarkan berita buruk yang mencoreng nama Perkasa, dan itu menguntungkannya.
"Tidak perlu merasa bersalah, Dear."
Tapi kakek memang orang yang tak memiliki hati, berbeda dengannya yang bukan seorang psikopat. Sekecil apapun kejahatan yang dilakukannya akan terus terngiang-ngiang membawa perasaan bersalah, bahkan bisa mengganggu mentalnya.
"Kamu akan terbiasa sayang, apa yang kamu lakukan tidaklah keterlaluan." Suara kakeknya itu berusaha menenangkannya.
Seumur hidup, baru kali ini ia melakukan kejahatan besar. Membunuh seseorang.
Joko Perkasa sudah tiada.
Jasadnya dimakan peliharaannya tanpa meninggalkan jejak, bahkan secuil pun.
Seharusnya ia lega, tapi rasa bersalah karena melakukan kejahatan pertama kali itu terus menghantuinya.
Mata gadis itu kembali melirik ke dalam bilik putih tempat Rian dan yang lain masih bersama.
Arsita bahkan terlihat baik-baik saja, baru 20 jam seharusnya ini memang hari tenang bagi mereka sebelum kembali merasakan kehilangan.
Entah berapa lama lagi ia harus menangis.
Air matanya terus meratapi bagaimana indahnya kebersamaan mereka disana. Kenapa mereka bahagia?
Ia juga bahagia, memiliki Mama yang begitu perhatian, Papa yang pengertian, Kakak yang royal, Adik yang menggemaskan.. Ya ia memang seberuntung itu, tidak seharusnya ia menangisi sesuatu yang telah pergi.
Mereka yang pergi biarlah merasa tenang tanpa diberatkan akan kesedihannya.
Masih di bilik putih, tangan Rian mengepal begitu kuat.
"Jangan pernah kamu lakukan apa yang kamu rencanakan itu, Rian. Mama sudah cukup membuat Meda hancur. Biarkan dia tenang.. "
Pria itu melengos memunggungi Mamanya.
"Setelah apa yang dia lakukan? Mama melarang Rian melakukan sesuatu?"
"Gilaa!!" Geramnya, giginya bahkan bergemelatuk menahan amarah yang berkobar.
Ia lirik dari ekor matanya gadis yang bersaudara dengannya dengan lirikan mematikan. Ricaella.. gadis bodoh yang hanya bisa menangis untuk memanfaatkan sekitarnya, seharusnya gadi itu berguna, kan?
Setelah Wanita yang melahirkan mereka pergi, mungkin akan mudah jalannya mencari sesuatu yang berguna.
Gadis yang ditatap itu menunduk, ia sudah tidak bisa berbicara. Jadi, apa gunanya hidup? seharusnya bunuh sekalian juga bukan masalah.