Dikediaman Pratama, mereka menjalani kehidupannya seperti biasa. Bahkan 5 tahun sejak kepergian Aluna, mereka tetap tidak perduli terhadap anak perempuannya itu. Mereka memilih membiarkan Aluna hidup sebatang kara. Tanpa berniat mencarinya.
Kini mereka tengah diruang keluarga sibuk dengan aktifitas masing-masing.
"Lana, pekerjaan modeling kamu gimana?" tanya Mamah Rina.
"Gitu aja," sahut Alana singkat. Ia sibuk dengan ponselnya.
Papah Jaya menyimpan berkasnya di atas meja. "Lana, kamu tidak berniat untuk menikah?" tanya Papah Jaya melirik sekilas anaknya itu.
"Pah, Alana masih muda," sanggah Mamah Rina.
Alana mengangguk menyetujui ucapan sang Ibu. "Bener, aku tuh masih muda Papah. Aku ingin mengejar karir aku dulu," ucapnya.
"Papah tau, tapi apa salahnya. Kamu tidak berniat memperkenalkan seorang pria gitu sama Papah?"
Aluna memutar bola matanya malas. "Papah apaan sih! Kenapa Papah gak cari anak Papah itu, dulu kan dia hamil. Suruh dia nikah tuh! Bukannya malah suruh Alana ngenalin cowok!" kesal Alana pada Papah nya itu.
Papah Jaya seketika diam mendengar ucapan dari anaknya itu.
"Alana!" tegur Mamah Rina.
Alana berdecak. "Lagian, kenapa sih Mamah sama Papah kelihatan benci banget sama dia? Jangan-jangan dia bukan anak kalian ya? Dia anak pungut, mangkanya kalian gak suka sama dia?"
"Alana diam!" tegur lagi Mamah Rina.
"Apaan sih Mah! Kalau misalkan iya pun aku gak peduli!"
"Lebih baik kamu diam jika tidak tahu apa-apa!" ujar Papah Jaya dingin pada anaknya itu. Setelah itu, pria paruh baya itu meninggalkan keduanya.
"Mah, liat tuh Papah! Dia kalau gak suka anaknya aku jelekin, suruh Papah cari anak itu!" kesal Alana pada Ibunya itu. Mamah Rina seketika menghela nafas kesalnya. Tidak anak, tidak suami, keduanya bisa saja membuat kepalanya serasa ingin pecah saja.
•••
Hari ini, Bryan mengajak Aluna dan kedua anaknya untuk pergi jalan-jalan. Karena kebetulan hari ini adalah hari weekend. Mereka berempat kini sudah siap dengan style-nya masing-masing.
"Ayah kita akan kemana?" tanya Ara dengan wajah yang begitu menggemaskan.
"Kita akan jalan-jalan," jawab Bryan membukakan pintu mobil untuk Aluna dan kedua anaknya.
"Jalan-jalan? Hollee," pekik Ara menggoyangkan tangannya. Sedangkan Varo hanya menganggukkan kepalanya.
Selama dalam perjalanan, di dalam mobil hanya di isi oleh celotehan Ara dan Varo. Meskipun Varo lebih banyak diamnya. Dan Aluna duduk di depan, di samping kemudi hanya mendengarkan celotehan-celotehan kedua anaknya. Bryan fokus menyetir mobil dan sesekali ikut bersuara.
Bryan memarkirkan mobilnya di area parkiran mall. Mereka berempat pun keluar dari mobil.
"Kita mau ngapain kesini?" tanya Aluna mengernyit bingung.
"Tidur," jawab Bryan asal. Aluna mendengus kesal mendengar jawaban Ayah kedua anaknya ini.
"Udah tau kita di mall. Ya pasti belanja, jalan-jalan, masih aja nanya," ujar Bryan mencubit pelan pipi Aluna.
Aluna menepis tangan Bryan dari pipinya. "Ya kan aku cuma nanya!" kesalnya.
"Terserah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA [REVISI New Version] [TERBIT]
General Fiction[END] dan [LENGKAP] Sebelum membaca jangan lupa follow akun wattpadku. [Ehh tapi bagi yang ikhlas saja] Dan jangan lupa juga untuk di vote dan komen ya! [Tapi aku gak maksa kok] Mohon dukungannya untuk novel ini🙏 [Ambil yang baiknya buang yang buru...