Bab 8. Darah?

90.9K 5.8K 46
                                    

Tok tok tok

"Bunda!" Ara berteriak memanggil sang bunda sambil menggedor-gedor pintu kamar Aluna.

Aluna yang merasa terganggu dengan suara bising gedoran itu, langsung saja membuka matanya. Melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul 1 siang.

"Bunda, open the door!" teriak Varo dari luar kamarnya.

"Iya, Twins. Sebentar." Buru-buru Aluna membuka pintu kamarnya.

Ceklek

"Kenapa, Twins?" tanya Aluna kepada kedua malaikat kecilnya itu.

"Lapar, Bunda," sahut keduanya.

Aluna seketika teringat bahwa keduanya belum makan siang. "Ya ampun Twins Bunda minta maaf. Bunda ketiduran, sampai lupa kalau kalian belum makan siang," sahut Aluna merasa bersalah.

"Sebentar, Twins. Bunda akan menghangatkan makanan sisa sarapan pagi tadi. Gak papa kan?"

"Gak papa Bunda," sahut keduanya.

"Oke, kalian makan biskuit dulu aja ya," ucapnya. Bocah kembar itu hanya mengangguk lalu menerima toples berisi biskuit yang diberikan sang Bunda.

Aluna buru-buru masuk ke dapur dan mulai menghangatkan makanan sisa sarapan. Hanya menghangatkan ayam goreng, dan sayur bening saja.

Tak sampai 10 menit makanan pun sudah tersaji di meja makan. Aluna memanggil kedua anaknya dan menyuruhnya makan. Anak kembar itu memakan makanannya dengan lahap.

"Twins, Bunda harus ke toko kue. Kalian mau ikut atau diam di rumah?" tanya Aluna lada keduanya.

"Ikut!" seru keduanya.

"Gak mau di kunci di kamar," sambung Varo.

Memang selama ini, jika dirinya ada keperluan yang sangat penting. Dan tidak mengharuskan membawa si kembar. Aluna selalu mengunci kedua anaknya di kamar agar keduanya aman. Dan Aluna pun merasa tenang. Aluna bisa saja menitipkan kedua anaknya pada orang tua Fina. Namun dirinya merasa tidak enak, karena ia tahu orang tua Fina juga memiliki kesibukan lain.

•••

"Hati-hati." Aluna membantu Varo dan Ara turun dari taksi.

Ketiganya pun berjalan masuk ke dalam toko, setelah Aluna membayar ongkos taksi.

"Hallo Twins!" sapa seorang wanita menyapa di kembar dengan heboh.

"Onty Caca!" sapa balik Ara tak kalah heboh sambil melambaikan tangannya.

Wanita itu adalah Sasa, pegawai yang bekerja di toko kue Aluna.

"Udah lama gak ketemu, kamu makin gembul aja, Ara." Sasa mengunyel-unyel pipi gembul Ara.

"Onty cetop!" Ara menghindari Sasa.
Sasa hanya cengengesan, lalu menyapa Varo yang berada di samping Ara. Varo hanya menyahuti nya dengan senyum kecilnya.

"Kalau ini so cool ya," ucapnya pada Varo.

Aluna hanya menggelengkan kepalanya saja, dengan tingkah Sasa. Gadis berusia 18 tahun itu memang sosok yang menyenangkan bagi semua orang. Sifatnya yang ramah dan ceria mampu membuat semua orang menyukainya.

ALUNA [REVISI New Version] [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang