Setelah menempuh perjalanan udara sekitar 1 jam 45 menit. Akhirnya Bryan, Aluna, dan kedua anaknya, beserta Dirga, tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Ini adalah pengalaman pertama Twins bepergian jauh. Selama dalam perjalanan, kedua bocah itu, sangat berantusias. Banyak pertanyaan yang ditanyakan keduanya. Aluna maupun Bryan dengan sabar menjawab pertanyaan dari kedua anaknya.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil milik Bryan. Dengan Dirga yang menyetir.
Hai kota kenangan, aku kembali lagi. Batinnya.
Aluna hanya melihat ke luar jendela. Hatinya gundah, dirinya masih belum siap untuk tinggal di kota yang banyak menyimpan luka. Apakah ia akan bertemu dengan keluarga nya lagi? Memikirkannya pun membuat hatinya serasa sakit. Apakah ia pantas merindukan keluarga yang bahkan mereka pun tak pernah menganggapnya? Bahkan dengan tak punya hatinya, dulu mereka mengusir dan menghina dirinya beserta anak dalam kandungannya.
"Bunda.." panggil Ara. Namun Aluna hanya diam saja.
"Bundaa..." Panggil Ara sekali lagi dengan mengguncang lengan Aluna.
"A-ah iya nak, Ara mau apa?" tanya Aluna, tersadar dari lamunannya.
"Bunda kenapa diam caja?" tanya Ara.
"Bunda gak papa, nak." Jawab Aluna dengan tersenyum tipis. Lalu mengelus kepala Ara. Bryan hanya menyimak percakapan Ibu dan anak itu dengan hati yang gusar.
Setelah 45 menit akhirnya mobil BMW milik Bryan memasuki pekarangan perumahan elite. Bryan keluar dan membuka kan pintu untuk Aluna beserta kedua anaknya.
"Wooww, lumah Ayah baguc banget!" pekik Ara sambil melompat-lompat girang.
"Ayah, di rumah Ayah ada siapa saja?" tanya Varo memindai halaman depan rumah yang terlihat sangat mewah dan indah itu.
Bryan tidak menjawab pertanyaan Varo. Ia hanya tersenyum dan menggandeng tangan anak kembarnya untuk masuk. Dirga dipersilahkan pulang oleh Bryan agar orang yang selalu membantu-nya dirinya itu dapat beristirahat.
Mereka berempat pun masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga itu. Aluna hanya mengernyitkan dahinya bingung. Sejak kapan Bryan punya rumah? Heyy sadarlah Aluna, Ayah dari kedua anakmu itu adalah seorang milyarder. Jadi jangan kaget ataupun heran.
Kedatangan mereka di sambut oleh para maid. "Selamat datang, tuan Bryan," sapa seorang wanita paruh baya. Bisa diperkirakan bahwa umur wanita itu sekitar 40 tahunan.
"Hmm. Tolong kalian bawa masuk barang-barang itu?" titahnya dingin.
"Baik tuan," jawab semua para maid dengan sopan.
Aluna tersenyum ramah ke arah semua pelayan. Aluna bingung kenapa di rumah ini banyak pelayan, bahkan ada 6 orang.
"Ayo, Twins. Kita masuk." Ajak Bryan.
"Let's go Ayah." Girang Twins dengan senyum merekah.
Aluna mengikuti Bryan dari belakang. Sedangkan semua barang-barang sudah akan di bawa oleh pelayan.
"Halo, Bibi. Salam kenal," sapa Aluna kepada wanita paruh baya.
"Salam kenal, nyonya. Perkenalkan nama saya Bibi Rita," sapa Bibi Rita dengan ramah pula.
Aluna tersenyum. "Saya,Aluna, tolong jangan panggil saya nyonya, panggil saja Aluna atau Luna saja," ucap Aluna tak enak hati.
"Maafkan saya nyonya, ini sudah menjadi perintah dari tuan Bryan."
"Aku mohon. Aku sungguh merasa tidak nyaman. Aku seperti tidak sopan kepada yang lebih tua," ujar Aluna penuh harap.
Bibi Rita menatap Aluna dengan tersenyum haru. Sungguh wanita yang di bawa tuannya ini sangat baik, sopan dan lemah-lembut. "Baiklah nyo-eh-maksud Bibi Luna," ucap Bibi Rita, membuat Aluna tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA [REVISI New Version] [TERBIT]
Ficción General[END] dan [LENGKAP] Sebelum membaca jangan lupa follow akun wattpadku. [Ehh tapi bagi yang ikhlas saja] Dan jangan lupa juga untuk di vote dan komen ya! [Tapi aku gak maksa kok] Mohon dukungannya untuk novel ini🙏 [Ambil yang baiknya buang yang buru...