08. Sumber Sakit

139 32 3
                                    

"Kak, kata bunda besok lusa kak minhyun pulang dari Jepang"
_________

"Tuhan punya rencananya sendiri untuk mempertemukan aku dengan takdirku, di mulai dengan pertemuan yang membahagiakan menjadi perpisahan yang memilukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan punya rencananya sendiri untuk mempertemukan aku dengan takdirku, di mulai dengan pertemuan yang membahagiakan menjadi perpisahan yang memilukan."
-Hwang Sinb



Narasi Luka•

Hari ini perasaan sinb tak karuan, dirinya masih terfikir ucapan sua kemarin yang menyatakan bahwa kakaknya, Hwang minhyun akan pulang lusa. Terlalu mendadak baginya.

"Kak, disuruh bunda sarapan di bawah."

Sinb terlonjak kaget saat mendengar sua tiba-tiba saja ada di daun pintu.

"Sua ih, bikin kaget aja kamu." Ucap sinb sembari mengelus dadanya pelan.

Sua hanya menyengir, lalu masuk ke dalam kamar dan menggandeng lengan sinb untuk diajaknya turun ke bawah.

Mereka berjalan pelan menuruni anak tangga rumah keluarga moon ini. Omong-omong, sinb sudah lebih terlihat segar hari ini, tidak sepucat kemarin. Karna itu, hari ini ia ingin tidur dirumahnya sendiri, sedikit tidak enak kepada bunda jika terlalu lama menginap.

"Pagi semua~~" sapa sinb serta sua saat telah tiba di meja makan.

Dimeja makan pun kini sudah ada moonbin, bunda dan ayah yang sudah sarapan terlebih dahulu. Sinb tersenyum manis saat melihat pria paruh baya itu. Ayah moonbin, sudah ia anggap sebagai ayah kedua bagi sinb. Keluarga ini terlalu berharga baginya.

"Ayah!!" Pekik sinb senang, lalu berhambur ke pelukan ayah moon itu.

GREPPP



"Ayah, sinb kangen."

Pria tua itu terkekeh. Diusapnya pelan Surai sinb yang menjuntai. "Ayah juga, lebih lebih lebih kangen Sama kamu."

Pelukan mereka merenggang, lalu sinb menatap pria paruh baya itu dihadapan nya. Masih terlihat bugar meskipun sudah termakan usia.

"Kata bunda, kamu kemarin sakit ya? Habis ngapain emang kamu?" Ayah tiba-tiba saja berubah ekspresi menjadi tegas.

Sinb sontak gugup, di garuknya tengkuk leher yang tidak gatal. Gawat, ayah moon tau ternyata. Sinb melirik ke arah bunda, ingin meminta bantuan sepertinya. Tapi mencebik kesal saat bunda pura pura tidak melihat ke arahnya.

•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang