"Tidak ada yang namanya persahabatan antara perempuan dan laki-laki tanpa melibatkan rasa. Jika benar ada, percayalah itu semua dusta."
-Narasi Luka
.
.
.•••💘💘💘•••
"MOONBIN!! bangun anjir woy! Udah pagi, bunda udah bawa panci tuh." Gadis berpakaian seragam lengkap itu rusuh memukul punggung pemuda yang masih bergulung di selimut tebalnya.
Sudah 10 menit lamanya, pemuda itu tak kunjung bangun. Membuat sang gadis pasrah dengan kesal turun ke bawah dimana bunda sang pemuda itu berada.
"Moonbin anjing!!"
BRAKKK
Membanting pintu kamar milik pemuda itu kuat, meluapkan rasa kesal dari gadis itu.
"Bunda ... Moonbin tuh, masa dibangunin nggak bangun bangun kayak orang mati sih," kesal sang gadis mengadu ke arah sang bunda.
"Sua, sama abangnya nggak boleh gitu ah. Yaudah sini sarapan aja dulu, nanti bunda aja yang bangunin Abang kamu." sang bunda mengusap pelan kepala putri bungsunya itu.
Sua menurut, mulai duduk dan menikmati sarapan yang sudah disajikan sang bunda.
Bunda geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya itu, ada saja yang bisa membuat mereka baku hantam. Beginilah jadinya jika Sua dan moonbin dipersatukan, hanya ada umpatan.
Disaat sua yang sedang sarapan, bunda keluarga moon itu naik ke lantai atas, tempat dimana kamar putra sulungnya itu berada.
CKLEK
menghembuskan nafas kasar saat melihat moonbin masih terlelap nyenyak di atas kasurnya, "Abang ... Bangun, udah siang." Menepuk pelan pantat putranya itu.
Moonbin menggeliat kecil, "5 menit lagi bunda, masih ngantuk." Lirihnya
"Sinb udah nunggu di bawah tuh sama adekmu,"
Gotcha!!!
Inilah cara terampuh untuk membangunkan moonbin. Hanya butuh satu nama, Hwang Sinb. Anak tetangga, yang sudah 10 tahun lamanya berteman dengannya itulah cara terampuh seorang moonbin bisa tunduk.
"Bunda ih!! Nggak bangunin aku daritadi" segera beranjak dari tempat tidur, menyambar kilat handuk yang tersampir di kursi belajar nya. Panik.
Bunda hanya cengengesan, seru juga ternyata mengerjai anak sulungnya itu. "Apa sinb dijadiin mantu aja ya? Kkkkk ." Gumamnya
Selesai membereskan sedikit kamar putra nya itu, bunda turun kembali ke arah meja makan. Sudah ada sua yang hampir selesai dengan sarapannya.
"Gimana Bun? Si kebo udah bangun?" Tanya sua sambil meneguk susu nya perlahan.
"Udah, tuh lagi mandi. Sua ... udah dibilang jangan manggil abangnya gitu, nggak sopan." Peringat bunda
"Hehe iya bunda, maaf." Cengir sua
"Eh omong² itu moonbin kok bisa bangun bunda? Bunda kasih apaan tu anak?" Heran sua menyadari bagaimana dengan gampangnya sang bunda membangunkan moonbin setelah tadi dia saja hampir 20 menit lamanya tapi tidak membuahkan hasil.
"Lain kali, kalo mau bangunin Abang tinggal nyebut nama sinb aja dek. Dijamin ampuh" bisik bunda mengacungi jempol
"Hah?? Sinb? Apa hubungannya bun?" Bingung sua
"Kan ka__" belum sempat bunda berbicara, tiba tiba saja moonbin datang rusuh berlari dari atas.
"Sinb! Maaf gw tel__" ucapan moonbin terhenti, saat netranya tidak melihat sosok perempuan yang dicari nya itu.
"Loh? Sinb mana bun? Tadi kata bunda ada di bawah" bingung moonbin.
Bunda hanya menyengir, lalu berjalan ke arah moonbin membernarkan dasi putranya yang acak-acakan tidak berbentuk.
"Sinb masih dirumahnya" kata bunda
"Acie cie ... Bucin banget dah sama kak sinb" sua menyeletuk
"Diem lu bocah!!"
Moonbin mendengus sebal, kiranya benar sinb sudah menunggu. Karna itu tadi bahkan dia hampir lupa memakai boxer karna panik. Ternyata hanya bualan sang bunda?
"Bunda ih ..." Rengutnya
Sua yang melihat ekspresi moonbin berlagak ingin muntah "jijik anjir"
"Lagian kamu dibangunin susah banget, giliran dipanggil sinb aja langsung semangat 45." Cibir sang bunda.
"Ya nggak gitu bun, ka__"
"Assalamu'alaikum, bunda."
Terdengar suara gadis dari arah pintu utama, dari suaranya sudah dipastikan itu adalah perempuan yang sedang dibahas mereka itu.
"Tuh, beneran kan sinb udah dateng. Coba kalo kamu nggak bunda bangunin tadi, kesiangan pasti."
"Iya iya ... Moonbin yang salah, bunda selalu bener deh." Pasrahnya
Moonbin segera mengambil roti lalu meneguk susu milik sua, segera berpamitan ingin berangkat sekolah. "Susu gw!!" Teriak sua tidak terima.
"Bunda, pamit dulu. Sayang bunda banyak banyak" setelah mengecup punggung tangan sang bunda dan mengusak kasar rambut adiknya, moonbin berlari keluar.
"MOONBIN KAMPRET!!" teriak sua kesetanan.
"Dah bocil~~" Balas teriak moonbin dari luar.
***
Keluar dari rumah moonbin sudah mendapati sinb yang sudah rapi duduk di bangku teras rumah nya.
"Pagi, babi" diusapnya puncak kepala gadis itu
Sinb yang dipanggil pun menoleh dan mendengus kesal, "baru bangun ya Lo?"
"Udah tau nanya."
Moonbin tanpa menghiraukan seruan gadis itu mulai mengeluarkan motor nya dari bagasi samping,
"Bie!! Yuk, naik. Kurang 20 menit bel nih" seru moonbin
Sinb mendekat, menerima uluran helm dari pemuda itu. "Tapi kan belum pamitan dulu sama bunda, nggak sopan moonbin."
"Udah, bunda juga pasti ngerti kita lagi buru buru kok. Cepetan ... Nanti telat"
Mau tak mau, sinb menurut. Mulai menaiki motor yang cukup tinggi itu.
"Nih," moonbin memberikan jaket army miliknya ke arah sinb, sinb yang sudah tau maksudnya pun langsung menyampirkan jaket itu ke pahanya.
"Ini beneran gw nggak pamit bunda duluan bin?" Bisik gadis itu
"Iya Hwang Sinb. Udah ah, cepet pegangan. Jatoh nyusruk gw ketawain Lo"
Motor itu mulai melaju meninggalkan pekarangan, "moonbin pelan pelan!!"
***
Pati, 20 Oktober 2021
Note : vote, komen, follow kalau suka sama ceritanya. Sider gelap gw doain bulu idungnya lebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN ||
Fanfiction"Kita ini hanya sepasang jiwa yang dipertemukan oleh cinta, namun berakhir dengan duka." -Narasi Luka, 3.03 ••• "Gw suka sama lo," "Maksud lo apaan mbin?" "Gw nggak bisa bohong tentang perasaan gw ke lo sinb!! gw nggak bisa!! udah cukup selama ini...