05. Hujan Pertama di bulan Juni

189 30 2
                                    

"Kita hanya sepasang salah, yang memaksa sebuah epilog indah, tanpa pertimbangan adanya luka.
dua bentuk paradigma yang membelakangi rasa."
-Narasi Luka-

•••💘💘💘•••

Malam ini hujan turun dengan derasnya, mengguyur semesta ini yang terasa hampa. Berdiam diri di bawah selimut mungkin akan terasa menyenangkan bagi banyak orang, ataupun bersantai bersama dengan keluarga ditemani dengan secangkir teh hangat buatan ibunda.

Tapi sayang seribu sayang, sinb tidak sedang dalam fase itu. Dirinya hanya memandang sendu rintikan air hujan yang jatuh di palfon rumahnya, sepi.

Tangan itu bergerak teratur menguntai beberapa kalimat di berlembar buku merah miliknya. Setidaknya, ia bisa bercerita.

_

_____

Hujan turun lagi hari ini.

Rasanya dingin, padahal penyejuk ruangan sudah dimatikan.

Ya, lagi dan lagi aku di sini. Masih tetap sama, sendirian. Tak apa jika aku bercerita lagi bukan?

Aku hanya punya dirimu,

Maaf jika kali ini aku hanya menulis sedikit tulisan, rasanya akhir-akhir ini aku sering kali kelelahan.

Hm, aku ingin bercerita lagi tentang mama.

Pada topik yang sama lagi diary,

Mama masih sama ...
Sibuk.

Katanya, ada pekerjaan yang penting lagi disana. Entah apa yang dilakukan nya hingga dia lupa aku disini, aku berhak kesal bukan? Apakah aku tidak penting lagi?

Mama pernah berjanji, saat aku berumur 17 tahun nanti, dia akan datang dengan kostum peri ke pesta ulang tahunku. Kekanak-kanakan bukan? Itu janji yang dia ucap saat aku berumur 7 tahun dulu.

Kurang 7 hari lagi,

Menurutmu apa mama masih ingat dan akan datang dengan kostum itu?
Pasti akan lucu sekali bukan?

Tapi tak apa, jika dia tidak memakai nya.

Aku hanya berharap mama ada disaat aku meniup lilin ke 17 ku. Aku ingin mama memelukku saat itu, permintaan ku tak berat kan?

_______

Satu tetes air mata terjatuh di kertas berwarna putih itu, sinb mengeratkan genggaman pada pena di tangannya kuat. Saking kuatnya, tangan itu sampai gemetar menahan sesak. Sakit rasanya saat mengingat bahwa saat ini sang mama tidak ada disampingnya,

Saat kini ia merasa terpuruk.

"Mama... Sinb rindu mama, sinb takut ma," lirihnya menenggelamkan wajahnya di bantalan tangan nya, tangisannya begitu lirih, bahunya bergetar hebat saat sesak tak kunjung hilang.











Tok tok tok

Sinb terlonjak kaget, saat jendela kamarnya diketuk dari luar.

Mengusap kasar air matanya yang menjejak di pipinya, sinb beranjak. Ingin melihat siapa sosok yang berkunjung di saat hujan begini.

CKLEK

"Binnie?" Kaget sinb saat melihat sosok moonbin yang kini memakai jas hujan Kuningnya. Lelaki itu terlihat kedinginan.

•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang