"Kita ini adalah bukti nyata dari kata fatamorgana, terdengar sederhana namun sangat menyakitkan."
-Hwang Minhyun•Narasi Luka•
"Abang ..."
"Kamu darimana aja baru pulang?"
Suara dingin itu sudah lama sekali tak terdengar di telinga sinb. Suara berat dari sosok di hadapan nya ini yang dulu hampir setiap hari ia dengar, kini tak pernah terdengar 2 tahun terakhir.
Tap
Tap
Tap
Sinb melangkah perlahan ke arah pemuda itu. Bibirnya bergetar, matanya memerah berair, lalu tangannya juga menggenggam erat menahan Isak yang siap kapan saja meluncur deras.
Minhyun masih sama, laki-laki itu tidak berubah dari segi fisiknya. Masih tetap sama, walaupun kini sikapnya sedikit berubah.
Dulu, hampir setiap hari sinb melihat senyum manis kakaknya itu. Namun semenjak kepergian papa, minhyun seakan enggan untuk tersenyum lepas. Minhyun berubah menjadi sosok tak tersentuh, dengan tatapan dingin dan tidak perdulinya. Ini ... Bukan sosok minhyun yang sinb kenal.
Jika kalian pikir sinb akan langsung berhambur ke pelukan sang kakak, maka kalian salah. Jarak sinb dan minhyun kini hanya berbatas jengkal kaki, sangat dekat. Namun, sinb tepat berdiri di hadapan sang kakak, menunduk dalam.
Kepalanya mendongak, menatap rupa minhyun yang jujur sangat ia rindukan hadirnya selama ini. Air mata sudah merembes deras mengalir di pipinya. Ya, sinb menangis.
"Abang ... Boleh peluk?" Tanya sinb lirih.
Minhyun bergeming, bola matanya bergetar serta gigi bergemeletuk kuat. Dirinya membuang muka saat melihat tatapan lirih sinb, namun pada akhirnya dia mengangguk menyetujui pertanyaan adik bungsunya itu.
GREPPP
Sinb langsung berhambur memeluk minhyun erat, wajahnya di sembunyikan di dada bidang sang kakak. Dirinya senang memeluk minhyun seperti ini, walaupun minhyun sendiri tidak membalas pelukannya.
"Abang kurusan sekarang" celetuk sinb pelan, lalu terkekeh setelah nya. "Abang jadi jelek sekarang, pipi mochi nya udah ilang,"
Minhyun tidak menanggapi, hanya diam membiarkan sinb berbicara dan memeluk tubuhnya erat.
"Sinb sayang abang," lirih sinb
Kemeja putih minhyun bagian punggung sudah kusut akibat remasan tangan sinb, anak itu menangis tersedu di dada sang kakak. Berusaha menumpahkan rasa rindu nya.
Otot tangan minhyun terlihat, dirinya menggenggam tangan terlalu kuat. Berusaha tidak menunjukkan reaksi berlebihan kepada sinb, ia tidak mau.
Tanpa aba-aba minhyun melepas rengkuhan mereka. "Tidur sekarang, besok Abang mau ngomong sama kamu." Putus minhyun mutlak sebelum dirinya pergi menuju kamarnya sendiri.
Sinb masih terdiam di tempatnya. Memandang punggung lebar kakaknya yang menghilang di balik pintu kamar. Sinb tersenyum sendu, "Seenggaknya ... Abang pulang. Sinb nggak takut lagi sekarang, sinb pasti bisa kuat kan bang? Sinb nggak mau ninggalin Abang sama mama ... Sinb nggak mau," lirihnya pelan.
_________
***
Hwang minhyun termenung, mengusap bingkai foto usang yang tak pernah lupa di bawanya. Di dalam foto tersebut nampak sebuah keluarga bahagia, dimana ada seorang anak laki-laki yang terlihat memangku gadis kecil yang terlihat tertidur di pangkuannya. Lalu dibelakang mereka terlihat sepasang suami istri yang memeluk keduanya dari belakang. Terlihat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN ||
Fanfiction"Kita ini hanya sepasang jiwa yang dipertemukan oleh cinta, namun berakhir dengan duka." -Narasi Luka, 3.03 ••• "Gw suka sama lo," "Maksud lo apaan mbin?" "Gw nggak bisa bohong tentang perasaan gw ke lo sinb!! gw nggak bisa!! udah cukup selama ini...