11. Rumah pohon

116 28 0
                                    

"Moonbin?" Panggil sinb serak, saat ini dirinya ada di rumah pohon miliknya di samping rumah. Ia tidak jadi untuk kerumah moonbin saat ini, karna dengan kondisi seperti ini pasti akan membuat ayah dan bunda khawatir.

Moonbin terduduk sempurna, saat melihat siluet seseorang di ujung tangga dekat pintu masuk rumah pohon. Melepas kasar earphone yang tersumbat di telinga nya, moonbin bisa melihat bagaimana sinb yang bernafas tidak beraturan disana.

"Mbih!!"






GREPP




Tubuh itu ambruk seketika, namun berhasil moonbin dekap segera.

"Hey, Lo kenapa hah??" Moonbin cemas menepuk pelan pipi sinb yang berada di pelukannya kini.

Mata sinb mengerjap lemah, tangannya terulur mencengkeram erat lengan baju moonbin. Dengan lirih, gadis itu berucap "temenin gw disini ya ... gw takut." Suara itu terdengar lirih serta pilu.

Moonbin tertegun, "kita kerumah gw yuk, Lo lagi nggak baik baik aja bie ..."

"Enggak ... Jangan," tolak sinb pelan

"Bunda nanti khawatir, gw nggak papa kok. Gw begini karna tadi lari sama nangis doang," netra itu mendongak, menatap netra lekat milik moonbin. Tersenyum simpul untuk menenangkan keresahan lelaki itu.

Moonbin lagi lagi mengalah, memilih menggendong tubuh sinb yang lemas itu ala bridal style. Lalu masuk ke dalam rumah pohon.

Dibaringkan nya tubuh sinb pada bed kecil yang ada di rumah pohon itu, sinb masih mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal.

Jika ditanya, siapakah yang membuat rumah pohon ini adalah ayah sinb. Rumah pohon ini adalah hadiah ulang tahun sinb yang ke 9 tahun, tepat beberapa bulan setelah itu ... Papa berpulang ke tempat yang sangat jauh, surga katanya.

Di dalam rumah pohon ini juga hampir lengkap interior nya, mulai dari bed kecil untuk tidur, sofa lipat, hingga gitar milik moonbin pun terpajang disini.

Memang, sejak dirinya berteman baik dengan lelaki itu, moonbin lah satu satunya orang yang hampir di seluruh kehidupan nya selalu berada di sampingnya. Maka tak heran, jika moonbin juga mengetahui tentang rumah pohon ini. Bahkan, sedari kecil jika mereka bermain ... Mereka lebih banyak bermain di rumah pohon ini sampai sekarang.

"Mau minum?" Tawar moonbin

Sinb membuka matanya sayu, menatap moonbin yang menyodorkan air mineral ke arahnya. Sinb mengangguk lemah, lalu moonbin dengan sukarela membantu nya untuk duduk.

"Pelan-pelan, minumnya."

"Makasih ya bin," sinb tersenyum lembut ke arah moonbin yang ditanggapi raut menenangkan lelaki itu.

Sinb tak lagi berbaring, memilih menyandarkan kepalanya ke bahu moonbin. Dengan tangan yang masih setia memegang erat dada kirinya yang sesak. Untung saja ... Moonbin tidak menyadari nya.

Moonbin menyamankan posisi kepala sinb yang menyender di bahunya. Diusapnya pelan Surai gadis itu.


"Binnie ..."

"Hm,"

"Kenapa sih disetiap gw kayak gini lo selalu ada?"

"Ya nggak tau,"

"Kenapa bukan mama, atau paling nggak bang minhyun? Padahal aku berharap mereka bisa kayak lo yang selalu ada buat gw. Gw egois ya bin?"

"Enggak, Lo nggak egois. Lo cuma pengen menuntut hak yang harusnya Lo dapetin bie ... Lo berhak buat itu."

•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang