13. Terluka

224 31 6
                                    

"Mangkanya, jadi orang itu jangan petakilan bisa nggak sih?"

Sinb mengomel, sembari menatap sinis moonbin yang sedang duduk di ranjang UKS, memandang prihatin pergelangan kakinya yang terkilir.

Moonbin menoleh, "ceramahnya bisa di pending nanti nggak bie? Sakit~~" melasnya, berharap sinb merasa kasihan meskipun secuil saja.

Sinb menghembuskan nafas kasar, memilih melanjutkan kompresan nya di pergelangan kaki moonbin.

"Ini bengkak bin," cemas sinb.

Memang, pergelangan kaki moonbin bahkan sudah mulai membiru saat ini. Akibat dirinya salah pijakan saat bermain futsal tadi, ia harus cidera lumayan parah.

"Mending ke RS aja ya? Nanti aku kasih tau bunda buat suruh jemput disini." Saran sinb menatap moonbin yang masih sibuk meringis.

Moonbin menggeleng, "jangan, nanti bunda repot."

"Tapi ini bengkak moonbin! Kalau nggak segera diobatin bisa makin parah!" Kesal sinb

Moonbin menggaruk tengkuknya, "Kan udah dikompres" cengirnya.

Sinb berdecak tak habis fikir, memilih menekan sedikit kuat kompresan kepada pergelangan kaki moonbin.

Moonbin sontak teriak, "ADUH!ADUH! WOY SAKIT BIE, ADUH!"

Sinb berdecak malas, melirik dengan ekor matanya sinis ke arah moonbin yang mengaduh kesakitan.

"Kok diteken sih bie?" Protes moonbin.

"Mau ke RS, atau chat kamu aku block?" Ancam sinb dengan sorot mata tajam ke arah moonbin.

Sontak moonbin tercengang, sinb terlihat menakutkan seperti ini. Bahkan baginya, bunda saja kalah seram dari sinb.  

Tak ada pilihan lain, sinb benar benar serius jika sudah seperti ini. Moonbin mengalah, daripada ia tidak bisa mengirim pesan kepada gadis itu yang mungkin tidak bisa diperkirakan lamanya.

Moonbin menghembuskan nafas pasrah, "Iya iya, tapi jangan telfon bunda. Nanti bunda khawatir terus panik." Melas moonbin memohon kepada sinb.

Sinb nampak berfikir, benar juga kata moonbin.







Setelah berpikir panjang, akhirnya sinb setuju. Tak baik juga jika memberitahu bunda saat ini, karna ia juga tau bunda itu orangnya panikan, ia tak mau mengambil resiko yang berakibat fatal nantinya.

Dirinya mulai mengirim pesan kepada ungjae untuk mengantarkan mereka berdua untuk pergi ke rumah sakit sepulang sekolah.

Oh iya, tadi yang membantu moonbin ke UKS adalah ungjae, seungkwan, dan Lino. Seungkwan dan Lino langsung pergi ke kelas setelah mengantar kan moonbin tadi, tapi ungjae memilih menetap sebelum sinb datang disini. Karna itu, ungjae sempat berbincang sedikit dengan Sinb sebelum akhirnya ia juga kembali ke kelas karna berpikir sudah ada sinb yang menjaga moonbin.

Berhubung ungjae tadi menawarkan bantuan apa yang bisa ia bantu, maka tak masalah jika sinb meminta mengantarkan ke rumah sakit bukan?

Sinb meletakkan hp nya ke nakas setelah mendapat jawaban "iya" dari ungjae.

Dirinya memilih menetap dan izin kepada guru untuk menjaga moonbin disini.

"Bie, sakit~~" moonbin mengerucut kan bibirnya, berharap itu akan membuat sinb gemas.

Tapi naas, bukannya gemas sinb malah memasang wajah jijik.

"Salah sendiri! Tuh rasain!"

Moonbin semakin membuat wajah menyebalkan, "ih kok gitu, gw lagi sakit loh bie~~ masa nggak disayang sih. Jahat banget"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

•NARASI LUKA• || NA UNGJAE || HWANG SINB || MOON BIN || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang