"Idih... mata kuliah pertama malah tenis." Gerutu seorang gadis dari balik kacamata hitam yang tengah digunakannya. Maniknya sedikit mengernyit ketika benda itu diturunkan dan cahaya matahari terik menembus netranya. Penampilannya saat ini seperti model papan atas yang dikagumi penggemarnya mulai dari teman sekelas hingga kakak angkatan. Apalagi model rambutnya yang berwarna merah muda pirang sedikit mencolok."Apa bolos aja yah? Kita beli soto di kantin"
Air liur sempat menuruni sudut bibirnya sebelum menggeleng keras. "Ingat! Kamu masih ada misi!" Dia menyusuri setiap sudut lapangan dan menemukan targetnya. Dipasang kembali kacamata hitam itu seraya mengendap bersembunyi dibalik tubuh-tubuh tinggi lainnya.
'Light benci kekalahan. Kita lihat reaksinya, karena pada akhirnya dia akan kalah juga dan semua itu ditentukan olehmu.'
'Aku mengerti.'
Kekehan kecil keluar dari bibir si blondie, kacamatanya diturunkan untuk melihat lebih jelas pertandingan serius dilapangan. "Muka Light tegang sekali. Apakah dia sedang overthinking?"
'Jika aku panas dan berusaha menang, apa dia akan berpikir aku Kira?'
'Jangan khawatir Light. Bukan hanya Kira yang benci kekalahan. Banyak orang yang juga benci kalah.'
"Hey hey hey, Ryuga bagaimana? Dia sedang melawan juara SMP, loh. " Antusias Kyoko saat kakak angkatan membicarakan sosok brunet bernama Yagami Light.
Sebagian dari mereka hanya mengabaikan gadis yang mendambakan sosok itu sejak hari pertama upacara penerimaan. Kana sendiri mendengus pelan. Dia memang senang ada orang yang menyadari passion tunangannya itu, tapi dia tidak terlalu suka kalau sosok itu mendekati tunangannya dalam artian 'romantika'.
'Ini saatnya.'
~~~
"Destiny"
Sebuah kisah sederhana yang menceritakan mereka yang bertemu karena takdir, namun dipisahkan oleh maut.
~~~
Jalur setiap universitas masih ditaburi dengan bunga sakura berguguran. Dan dibawah daun-daun itu, berjalanlah sepasang 'sahabat' tengah berbincang 'akrab.'
"Yagami-kun memang hebat."
"Aku sudah lama sekali tidak main serius, Ryuga. Ngomong-ngomong, aku haus--" Light menghentikan ucapannya ketika melihat sekilas buntalan berwarna merah jambu. Bukan, itu bukan bunga sakura yang berguguran. Tapi...
Senyuman lebar mengisi wajah tampan pemilik Death Note mengira sosok itu berlari untuk memeluknya, setelah sekian lama tak bertemu semenjak upacara penerimaan. Si brunet merentangkan kedua tangan, bersiap menerima impact yang diberikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || 𝓓𝓮𝓪𝓽𝓱 𝓝𝓸𝓽𝓮 𝓕𝓪𝓷𝓯𝓲𝓬 (Under Revision!!)
FanfictionKebenaran? Siapa yang peduli dengan itu? Benar untukku belum tentu benar untuknya, begitupula sebaliknya. Arti benar itu sendiri juga sudah tercampur hingga bentuknya menjadi abu-abu. Sayang sekali atau memang nasibku selalu sial, aku bertemu dengan...