"Watari."
Seorang pria tua yang mengenakan setelan rapi, berbalik dari kursi rodanya melihat sosok Kana tanpa hoodie, hanya dengan kemeja putih milik L tengah berada diambang pintu membawa nampan. Pria yang bisa kita sebut Watari mengucapkan terima kasih saat Kana meletakkan secangkir teh di meja kerjanya. Manik amber itu kini juga melihat pekerjaan si 'pelayan'. Yaitu mengawasi pintu masuk gedung yang baru dibangun.
"Bagaimana sistem yang kurancang? Apakah ada kesalahan?" Tanya Kana seraya meletakkan nampan itu dipinggang dengan hati-hati.
(A/N: Rancangan sistem ⬇⬇⬇)
Watari menggeleng, "Semua berjalan sempurna. Hanya saja..., beberapa anggota kepolisian masih belum terbiasa dengan sistem keamanan kita." Bibirnya menyesap sedikit hasil buatan tangan sang gadis yang menjadi tunangan anak asuhnya seraya memperhatikan Aizawa yang baru datang, tengah membuka pakaiannya agar bisa masuk.
"Bukan 'beberapa' tapi 'semua'." Kana tertawa kecil mengingat Matsuda serta Soichiro yang tadi pagi kewalahan.
"Enak." Desah Watari menjilat tipis bibir atasnya, membuat si pembuat teh tersenyum simpul.
"Itu Earl Grey. Teman lamaku yang dari London mengirimkannya khusus untukku. Oh dia juga mengirimkan wine terbarunya. Mereknya Wyneca--"
"Loh, kamu punya teman?"
"Jahat banget!"
Watari tertawa kecil melihat si charcoal memegang dadanya tersakiti, terus duduk dengan kaki terlipat. Cahaya putih meneranginya seakan mendukung adegan 'dramatis' tersebut. Tak luput air mata palsu yang diberikannya. 'Pelayan' satu itu hanya menggeleng pelan, sudah terbiasa dengan akting lebay Kana.
"Deadline-mu bagaimana? Kenapa memanggang kue lagi?" Tanya pria itu melihat nampan dipenuhi kue krim dihiasi strawberry sebagai topping. Tak lupa beberapa cangkir kopi lainnya.
Kana bangkit dengan cepat, menyudahi akting menangisnya. "Sudah selesai semua. Bisa dibilang aku kosong. Yah... selain kasus Kira sih." Cibirnya mengerucutkan bibir.
"Ya... aku juga berharap kasus Kira segera tutup dan selesai. Tapi nyatanya..." Watari menjeda kalimat itu. Kana yang tahu kemana arah pembicaraan juga memilih bungkam. "Bagaimana keadaan Ryuzaki?"
"Masih depresi..."
"Lalu dimana dia sekarang?"
"Sedang kencan bertiga."
Pria yang rambutnya mulai memutih itu mengernyitkan kening, mengangkat satu alisnya, "Kamu tak ikut?"
"Jadi orang keempat? Gak deh makasih."
Watari menghela nafas lelah, "Kamu tak harus membersihkan setiap kamar lalu memanggang kue. Sekali-kali nikmatilah masa mudamu."
"Aku tak menemukan sedikitpun manfaat jika ikut kencan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || 𝓓𝓮𝓪𝓽𝓱 𝓝𝓸𝓽𝓮 𝓕𝓪𝓷𝓯𝓲𝓬 (Under Revision!!)
FanfictionKebenaran? Siapa yang peduli dengan itu? Benar untukku belum tentu benar untuknya, begitupula sebaliknya. Arti benar itu sendiri juga sudah tercampur hingga bentuknya menjadi abu-abu. Sayang sekali atau memang nasibku selalu sial, aku bertemu dengan...