🔪11

67 14 0
                                    

📖 SELAMAT READING📖
.
.
.
.
.
.

"Arrrrrggggghhhhh!!" teriak Bora saat sepatu Suga menginjak perutnya, tak sampai di situ. Suga menginjak perut Bora beberapa kali, belum puas Suga menendang pinggul Bora hingga wanita itu tengkurap. Tubuh Bora bergetar hebat, semua kesakitan tubuhnya berkumpul menjadi satu di perutnya

Napas Suga tersengal-sengal. Wajahnya masih mengeras, tanpa sengaja matanya menangkap aliran darah yang keluar dari sela-sela paha Bora. Seketika wajah Suga berubah pucat Pasih

"Bo.. Bora?" Panggil Suga dengan suara bergetar. Bora masih memegangi perutnya yang semakin terasa nyeri

"Bora, kau berdarah.." lirih Suga ling-lung. Otak pria itu langsung Blank melihat darah yang keluar dari sela-sela paha Bora

"Tolong... Sakit..Ssssshh" lirih Bora, Suga langsung mengangkat Bora ala bridal dan langsung berlari keluar Villa. Darah terus keluar dari selangkangan Bora dan mengenai kemeja Suga, namun Suga tidak memperdulikannya. Suga membuka pintu, salah satu pengawal yang melihat Bora berlumuran darah apalagi darah tersebut keluar dari selangkangan langsung terkejut

"Tuan, nona Bora mengalami pendarahan!" pekik satu pengawal

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit terdekat!" lanjutnya, Suga hanya mengangguk dan memasuki kursi penumpang, pengawal tersebut mengambil kursi kemudi.

Dan beberapa pengawal yang lain segera mengikuti, namun salah satu pengawal memberu pesan pada seseorang tentang situasi yang terjadi

.
.
.
.

Wajah Suga semakin pucat ketika melihat wajah Bora yang sangat pucat Pasih di tambah darah perempuan itu belum berhenti

"BRENGSEK! BISAKAH KAU CEPAT! LEBIH CEPAT!" teriak Suga. Pria itu mengangguk dan menambah kecepatan mobil. Hingga pada akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat. Suga langsung membuka pintu dan berlari dan berteriak seperti orang gila

"KUMOHON! TOLONG DIA! DI BERDARAH!" teriak Suga, beberapa perawat langsung menghampiri Suga sambil membawa ranjang dorong dan Suga menaruhnya pelan.

Dengan sigap para perawat tersebut membawa Bora ke ICU karena keadaan Bora yang sudah sangat lemah dan darah mash mengalir terus menerus, belum lagi terdapat luka di beberapa tubuh Bora. Seseorang perawat yang sudah berumur menatap Suga sengit. Ia sudah bisa membaca apa yang terjadi

Para pegawai mengikuti Suga dari belakang, saat Bora memasuki ICU perawat melarangnya, namun Suga malah mengamuk hingga para pengawal menahan tubuh Suga agar Bora segera mendapat pertolongan

.
.
.
.

"Pasien mengalami pendarahan dokter!" ucap seorang perawat. Bora yang masih di ambang batas kesadaran masih bisa mendengar percakapan orang-orang di sekelilingnya

"Bagaimana dengan janinnya? Apa masih bisa bertahan?" Tanya dokter pada sang perawat. Antara sadar dan tidak sadar Bora mendengar percakapan orang-orang di sekitarnya

Janin? Aku Hamil? -Batin Bora

"Janinnya susah jatuh dokter" lirih sang perawat, dokter mengangguk

"Kita harus segera melakukan kuret" putus sang dokter. Seketika tangis Bora pecah. Ia mengalami keguguran dan parahnya ayah dari janinnyalah yang membunuhnya dengan keji

"Nona, kami ikut berduka. Namun Tuhan lebih menyayanginya" ucap perawat yang berumur tadi mencoba memberi Bora ketenangan

"Aku bahkan belum mengetahuinya.." lirih Bora. Perawat tersebut mengangguk prihatin. Dokter menyuntikan obat bius agar Bora tidak merasakan kesakitan saat dikuret

.
.
.
.

Suga menatap pintu ICU dengan pikiran yang masi Blank. Tiba-tiba pintu terbuka dan Suga langsung berdiri. Seoarang perawat keluar dengan tergesah Suga langsung menghadangnya

"Bagaimana keadaannya?!" tanya Suga tak sabar

"Pasien mengalami pendarahan hebat karna keguguran. Maaf tuan, aku harus segera mengambil kantung darah." perawat tersebut langsung berlari meninggalkan Suga

"Keguguran..? Haaaa..." Suga mengacak rambutnya kasar pria itu tertawa  seperti orang tidak waras

Keguguran? Bora hamil? Anaknya? dan dialah yang membunuh darah dagingnya?

Suga tertawa miris air matanya mengalir tanpa ia sadari. Para pengawal menatap tuanya dengan tatapan antara iba dan entahlah bagaimana mendeskripsikannya.

Suga menggigit bibir bawah nya keras, matanya mengerjap cepat pandangan nya mengabur karena  air matanya yang terus menumpuk jatuh

Perawat tadi kembali dengan 2 kantong darah dan  Suga menghadang nya lagi

"Kau bercandakan! Dia tidak hamil!" ucap Suga dengan mata memerah

"Tuan, biarkan aku bekerja. Pasien sedang membutuhkan darah! Saat ini ia sedang kuret" bentak perawat tersebut lalu meninggalkan Suga

"Hahahah tidak mungkin! Hahaha!" tawa Suga diantara tangisnya. Pandangannya terarah ke tanganya dan kakinya

Tiba-tiba Suga memukul tangannya ke tembok dan menendang-nendang kakinya ke tembok. Tanganya sudah menghajar Bora dan kakinya tadi ia gunakan untuk menginjak-injak perut Bora yang ternyata ada kehidupan benih Suga di sana

"TANGAN SIALAN!! KAKI SIALAN!!" teriak Suga

Derap langkah kaki sangat cepat terdengar mendekati ruang ICU. Terlihat pria paruh baya namun masi kekar dan segar berada di barisan paling depan, di belakangnya ada beberapa pengawal. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajahnya

"Bagaimana keadaan Bora?!" tanya nya pada salah satu pengawal tanpa memperdulikan Suga yang masi memukul-mukul tembok meski tangan dan kakinya sudah berdarah. Karena tidak berani mengabaikan pertanyaan sang Bos besar, salah satu dari mereka menjawab

"Nona Bora keguguran dan mengalami pendarahan hebat, tuan Donghae" jawabnya, Donghae mengusap wajahnya kasar lalu ia mendekati Suga dan menarik kerah putranya itu

Bugh bugh

Dua pukulan keras mendarat di kedua pipi Suga. Pria itu sudah mati rasa sejak mendengar kabar Bora keguguran

"Sialan! Apa yang sudah kau perbuatkan padanya Ha! Terutama cucuku?! Aku yakin kaulah yang membunuhnya!" Teriak Donghae, tatapan Suga tetap Kosong

Donghae melepas cengkeramannya pada kerah kemeja Suga. Pria paruh baya itu menangis karena tau keadaan Bora dan gugurnya calon cucunya. Suga masi terdiam. Di otaknya hanya ada pikiran bahwa ia telah membunuh darah dagingnya sendiri. Ia benar-benar seorang pembunuh. Pintu ICU terbuka dokter keluar

"Wali pasien?" panggil dokter. Donghae langsung berdiri

"Saya ayahnya" jawab Donghae cepat. Dokter tersebut mengangguk

"Bisa kita bicara berdua tuan?" tanya dokter tersebut

"Aku ikut! Aku ingin tau keberadaan Bora!" ucap Suga

"Kalian! Tahan dulu anak sialan ini!" Perintah Donghae. Lalu beberapa pengawal mencoba menahan tubuh Suga yang memberontak ingin menyusul ayahnya dan dokter yang menangani Bora

.
.
.
.

"Jadi bagaimana keadaan Bora, dokter?" Tanya Donghae khawatir

"Maaf tuan, kami tidak bisa menyelamatkan janinnya. Nona Bora mengalami keguguran karena .. sepertinya perutnya di injak sebab kami menemukan bekas injakan di dress yang di pakai serta lebam di perutnya. Belum lagi beberapa luka lebam di beberapa tubuhnya. Sepertinya ia mengalami penganiayaan sebelum keguguran" terang dokter tersebut. Donghae menghembuskan napasnya kasar.

"Tapi ada yang lebih parah tuan" lanjut dokter itu lagi

"Apa dokter?" tanya Donghae pasrah

"Akibat keguguran ini, rahim nona Bora menjadi lemah"
















































































Tbc

Dark & Wild ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang