Untuk menuju rumahnya, Yoongi harus berjalan selama 15 menit. Dan 15 menit itu terasa cepat sekali baginya.
Akhirnya ia mencapai rumahnya, atau yang sekarang bisa disebut, rumah lamanya.
"Ya oke, pada saatnya kamu akan bertemu ayahmu suatu hari nanti. Tapi ya, aku tidak menyangka secepat ini. Tabahkan hatimu wahai Yoongi" katanya pada diri sendiri.
Ia mengetuk pintu rumah ayahnya, lalu ia sudah bersiap mengelak kalau-kalau ayahnya akan menyerangnya.
"Masuk aja, pintunya ga kekunci" kata suara di dalam.
"Ya oke, Pagi appa"
"Yoongi kau berani-beraninya kembali akan ku-" kata ayahnya dengan kasar yang sudah siap berkelahi
"oh ayolah pa, aku sudah terlalu tua untuk menjadi pelampisan amarahmu yang tidak karuan asalnya itu. Lagipula, aku hanya ingin ke loteng untuk tugas skripsi dan-"
"Ga. Intinya gak boleh."
"Aku hanya sebentar saja. Bagaimana kalau begini, 2 jam di perpustakaan- sebentar pa, aku belum selesai berbicara. Sampai dimana aku tadi, 2 jam di perpustakaan dan akan kuberi kupon bar semua-bisa-minum. Gimana?" kata Yoongi sambil memegang kupon itu. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Ayahnya itu suka sekali ke bar, yang kemungkinan merupakan salah satu penyebab keagresifannya kepada Yoongi.
Ayahnya berpikir sebentar lalu menarik kupon itu dari tangan anaknya dengan kasar. "Baiklah, 2 jam SAJA. Awas kalau kamu lebih dari 2 jam menginjakkan kakimu di lantai rumah ini, akan ku pukul dengan tongkat pemukul baseball dan-"
"Yayaya, seperti aku sudah tau. Pergilah, anda tidak ingin saya didekat anda, dan saya juga. Daripada kita memicu keributan, appa pergi saja ke bar"
"Jangan kau panggil saya appa, kalau kau sekali lagi manggil saya-" kata ayahnya sambil berjalan keluar.
"Iya aku tau, kau akan memukulku di beberapa bagian tubuhku. Jadi lebih cepat anda pergi, lebih cepat aku keluar dari rumah ini. Dahh" kata Yoongi sambil menutup pintu.
Ia akhirnya menyender di pintu rumahnya dengan lega tidak harus berusan dengan ayahnya lebih lama lagi. Kecuali jika ia terlambat keluar dari rumahnya.
Pada akhirnya ia tidak mau berkomunikasi dengan ayahnya tentang rahasia keluarganya karena, yah bisa dilihat sendiri kondisi ayahnya tidak memungkinkan dengan berkomunikasi dengannya.
Ia lalu pergi ke loteng rumahnya. Loteng itu lumayan bersih, hanya ada sedikit debu saja, tapi itu normal untuk ruangan yang tidak dimasuki selama 2 tahun.
Pada akhirnya tujuannya ke 'perpustakaan'nya itu adalah untuk mencari bahan skripsi, memfotonya, lalu pergi dari rumah itu. Dan kalau bisa selama-lamanya.
Ia mulai meneliti judul-judul di rak pertama. Setelah beberapa kali membuka buku, mengacak-acak lemari, akhirnya ia menemukan apa yang dia cari.
Saat ia ingin membacanya, ia menemukan album foto yang ia tidak pernah liat. Karena penasaran, Yoongi menaruh buku bahan skripsinya di lantai lalu menarik keluar album itu.
Ia membuka album itu, lalu terdapat foto dirinya bersama seorang bocah laki-laki yang ia tidak pernah liat sebelumnya.
Di foto itu, ia tampak sedang memeluk anak itu, dan anak itu kira-kira seumurannya di foto itu.
Setelah itu dia melihat foto selanjutnya. Lagi-lagi fotonya dengan anak itu lagi, tapi kali itu mereka sedang berfoto di pantai.
Yoongi membuka-buka foto-foto lainnya, dan hampir semuanya adalah dia dengan anak yang dia sepertinya tidak kenal seumur hidupnya. "Keliatannya kita dekat, tapi siapa dia? Aku tidak ingat sama sekali" katanya kepada diri sendiri.
Saat ia menelusuri foto-foto terakhir di album itu, tiba-tiba ada kertas yang jatuh dari album itu.
Ia menutup album itu lalu menaruhnya di tempat semula lalu mengambil kertas itu.
Rupannya, itu adalah denah rumah mereka. Ia dengan iseng membacanya lalu menelitinya, tapi sesuatu terasa aneh.
Kenapa jarak lantai bawah sangat jauh dari letak tanah rumahnya itu? Daerahnnya jarang sekali banjir, jadi tidak mungkin didesain untuk banjir.
"Ah, mungkin bukan apa apa" katanya. Tapi ia tetap mengantongi denah itu ke kantongnya lalu lanjut mencari bahan skripsi.
Akhirnya ia selesai mencari bahannya itu dan juga memfotonya. Masih tersisa 30 menit. Sebenarnya ia bisa saja langsung keluar dari rumah itu untuk menghindari amarah ayahnya itu, tapi ia memutuskan untuk mempelajari denah rumahnya itu sekali lagi. Secara praktek. Yang berarti ke lantai bawah dan mengecek apa benar denah itu.
Ia merapikan buku-buku itu lalu keluar dari loteng sampai ke lantai bawah. Dulunya lantai bawah itu digunakan untuk ruang tamu, tapi karena tentu saja, tidak ada ada lagi yang menginap, lantai bawah itu dibiarkan begitu saja.
"Sayang sekali, padahal bisa dibuat menjadi studio" batinnya sambil menuju ke lantai bawah.
Setelah sampai ke lantai bawah, ia mulai berjalan-jalan di ruangan itu. Bukan ruangan yang lebar, tapi cukup untuk menjadi kamar.
Tidak ada yang aneh, sampai ia merasakan ruang kosong dibawah kakinya. Ia mengetuk-ketuk lantai itu sampai ada lantai kayu yang naik di tempat yang ia ketuk.
"Rumah ini punya ruang rahasia?"
Karena aku baik, aku update 2 chapter sekaligus, kasian yang baca kalo cuman 1 chapter ngegantung banget lagi seru. Stay tuned!
KAMU SEDANG MEMBACA
We Met Again (Brothership) || END
FanfictionYoongi mengira dirinya adalah anak tunggal, alias tidak mempunyai saudara Tapi lama kelamaan ia mulai mengetahui... Bahwa keluarganya memiliki rahasia yang mereka pendam sejak ia lahir Ia mempunyai kembar bernama Jimin. NOT LGBT GUYS, BROSHIP. Part...