16.| BANTUAN KAKAK

78 15 2
                                    

Lala menatap hantu itu singkat lalu ia mendekat.
"Kakak orang?" Tanya Lala lugu. Orang itu hanya mengangguk.

"Waduh habis gebugin orang dong gue." Ucapnya menepuk dahi.

"Gini aja deh kak ini aku kasih uang buat ngobatin kakak, soalnya aku gabisa nemenin kerumah sakit." Lala menyodorkan bebrapa lembar uang pada orang itu.

"Ya udah ya kak permisi."

"Yuk pulang udah gelap juga." Ajak lala pada Satrio.

"Kita ke kelab dulu gimana? Pumpung besok kan hari Minggu." Usul Satrio.

"Gak ah besok-besok aja ya aku capek soalnya." Tolak Lala.

"Makanya nanti aku bakal bawa kamu biar gak cape disana." Rayu satrio.

"Emm tapi bentar aja ya." Putus Lala.

"Oke."

Satrio dengan semangat membawa Lala menuju kelab yang biasa ia datangi, lokasinya diperbatasan kota. Dengan perasaan senang ia menghubungi salah satu pegawai kelab untuk menyiapkan satu kamar untuknya. Setibanya di kelab tersebut Lala sebenarnya nampak tidak nyaman, namun ia berusaha menutupinya karena tidak mau terlihat bahwa dia tidak pernah masuk ke dalam kelab. Bisa hancur nanti reputasinya jika ada yang tau seorang Lala yang kaya raya menginjakkan kaki di kelab pun tak pernah. Begitu pikir gadis itu.

"Lo kenapa la? Kok kayak gak nyaman gitu?" Tanya Satrio menyadari gelagat aneh Lala.

"Ng-ggak kok, gue cuma gak pernah datang ke kelab sini aja."
Gugup Lala dengan melihat sekeliling kelab tersebut.

"Oh ya wajar lah, pasti Lo mainnya di kelab kelas atas, gak mungkin Lo tau kelab murah kek gini."

"Hehehe iya" cengir Lala.

Satrio menunjuk salah satu sofa, Lala dan Satrio duduk dengan santai disana. Tempat yang remang-remang, bau rokok tercium kuat di hidung mancung Lala. Karyawan kelab pun datang menanyakan pesanan.

"Lo mau minum apa la?" Tanya Satrio.

"Emm minuman yang gak beralkohol ada gak?"

"Ada, nih." Tunjuk Satrio pada menu tersebut.

"Oke itu aja."

" Gue mau yang kayak biasa bro." Ucap Satrio mengerlingkan matanya sebelah memberi kode pada temannya.

Pelayan hendak mengantarkan minuman untuk Lala dan Satrio yang sebenarnya minuman itu tinggi alkohol bukan seperti yang Lala minta, namun langkah pelayan itu terhenti saat seorang wanita mengganti minuman tersebut dengan minuman yang sudah dicampuri obat perangsang. Wanita  itu adalah sinzi, sedari tadi sinzi mengikuti mobil milik Satrio hingga ke kelab.

"Mas biar saya aja yang anter, itu meja temen saya." Ucap sinzi.

"Oh iya kak silahkan." Ucap pelayan tersebut.

Sinzi mengambil alih nampan beserta minuman itu dan membawanya ke meja Satrio.

"Loh sinzi? Kok Lo yang nganter minumannya?" Tanya Satrio.

"Iya nih bang kebetulan gue sering main kesini jadi kenal sama orang-orang sini terus disuruh anterin ini minuman, eh gak taunya ke meja Lo." Jelas sinzi asal.

"Oh Lo sering kesini? Kok gak pernah ketemu gue sih. Gue juga sering kesini." Heran Satrio.

"Emm gak tau juga sih bang, mungkin saking banyaknya pengunjung." Jawab sinzi.

"Eh iya juga ya, oh iya kenalin ini Lala , dia sekolah di DHS sama kayak lo" Ucap Satrio menunjuk Lala.

" Wah beneran? Kelas 10 ini pasti, soalnya gue gak pernah lihat anak kelas 11 ataupun kelas 12 kek dia."

"Hehe iya kak aku masih kelas 10." Jawab Lala tersenyum ramah.

"Yaudah yuk diminum dulu." Ucap sinzi menyodorkan minumannya.

Saat mengambil minuman, sialnya yang mengambil minuman yang sudah dicampuri obat perangsang malah sinzi sendiri. Sedangkan Lala mengambil minuman milik satrio yang ia kira adalah minuman yang dipesan tadi. Sedangkan Satrio mengambil minuman yang beralkohol tinggi milik sinzi yang semula dipesan sinzi hanya untuk menjadi bahan aktingnya.

Beberapa saat kemudian minuman yang mereka minum sudah mulai bereaksi. Sinzi nampak seperti cacing kepanasan, sedangkan Satrio sedari tadi mulai berbicara melantur, mengelus rambut, punggung hingga paha Lala yang membuat Lala berkali-kali menepis tangan kekar Satrio.

"Lo cantik banget la, bentar lali Lo bakal gue tidurin. Gue penasaran se enak apa tubuh Lo sampe bikin semua cowo disekolah pengen banget tidur sama Lo dan belum ada yang berhasil." Racau Satrio mengelus pipi Lala namun ditepis kembali oleh Lala.

"Gila lo kak! Lo kira gue cewe apa ha!" Bentak Lala lalu berdiri namun pinggangnya ditarik kembali oleh tangan kekar itu membuat Lala terduduk.

"Lo mau kemana baby? Gue belum nikmatin tubuh Lo, gue belum rasain ciuman Lo sayang." Racau Satrio.

Mata Lala berkaca-kaca saat tubuhnya sudah di kunci oleh Satrio. Sekuat mungkin ia berusaha namun tak ada yang berhasil, sampai pada akhirnya Satrio dihajar oleh seorang pria dengan sekali pukulan dan tubuh gadis itu ditarik kedalam dekapan lelaki yang sangat Lala kenal.

"Abang!" Pekik Lala terkejut.

Mata dingin yessa menatap adiknya penuh amarah. Ia membawa adiknya pergi dari kelab tersebut padahal ia baru saja masuk kedalam sana. Tak lupa ia menggendong adiknya ala koala masuk kedalam mobil.

"Ngapain baby disana! Siapa yang suruh adek kelayapan sama cowo di bar? Dimana Richo?" Tanya yessa beruntun.

Jangan tanyakan kondisi sinzi dan Satrio. Yang pasti mereka berdua sudah dimasukkan kedalam kamar yang dipesan oleh satrio dan kalian pasti tahu apa yang terjadi ketika seorang yang mabuk dan meminum obat perangsang dipersatukan diruangan yang sama.

"Tadi Lala dipaksa bang sama kak Satrio katanya cuma sebentar disana, ponsel Lala mati jadi gak tau jam berapa sekarang hiks terus Lala juga gak tau kalo maksud kak Satrio mau perkosa Lala hiks." Ucap Lala yang masih syok.

Yessa memeluk adiknya erat, ia tau kalau adiknya pasti tengah ketakutan sekarang.

"Terus Richo kemana?" Tanya yessa.

"Baby gak bilang sama Richo kalo ada diperbatasan kota gini?" Lanjut yessa.

Lala hanya menunduk menandakan kalau Richo tidak tahu sama sekali perihal tersebut.

"Hmm yaudah kita pulang sekarang." Putus Yessa melajukan mobilnya bergegas pulang.

Sesampainya di mansion tepatnya pukul 1 pagi Lala sudah tertidur pulas di kursi penumpang. Yessa menggendong adiknya kedalam kamarnya karena tak ingin membangunkan Lala yang sedang tidur. Ia meletakkan Lala dengan sangat berhati-hati. Ia pun ikut tidur karena kelelahan, ia hendak memberi tahu pada keluarganya besok pagi , karena sekarang orang tua serta kakak yessa masih di luar kota dan besok baru akan pulang.

Yessa mengecup kening adiknya penuh kasih sayang.

"Gak akan Abang ijinin kamu pergi sama cowok manapun kecuali keluarga sama Richo. Abang yakin pasti kamu yang susah diatur sampe Richo ngebiarin kamu jalan sama cowok lain, dan pasti kamu gak ijin Richo kalo kamu pergi ke ujung kota apalagi ke kelab itu." Gumamnya mengelus rambut adiknya.

Bagaimana yessa tahu kalau adiknya sedang berada di kelab? tentunya karena bodyguard yang menjaga Lala dari kejauhan memberi informasi jika adiknya itu pergi ke perbatasan kota yang tak jauh dari tempat yessa berada. Yessa merasa beruntung dia datang tepat waktu sebelum adiknya dilecehkan oleh lelaki tadi. Dan juga tak sia-sia dia membayar bodyguard untuk memata-matai adiknya dari kejauhan.






TBC ❤️

Jangan lupa vote dan komentar nya yaa..

Tinggalkan jejak setelah membaca ceritaku🥰

See you ❤️

MAQUEELA ANGELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang