CHAPTER 2

11 2 0
                                    


Sepatu kets putihnya membawa Azalea masuk ke kampus lebih dalam lagi, mengusuri setiap lorong ruangan untuk mencari ruangan kelas tempat mata kuliah pertamanya.

"Sarah!!". Azalea berlari menghampiri Sarah yang merupakan teman barunya di kampus dan kebetulan mengambil mata kuliah dengan jam yang sama pada saat ini.

"Lea. Kebetulan nih ketemu disini. Yuk langsung masuk aja." Setelah dibalas anggukan oleh Azalea, mereka berdua pun berjalan masuk dan memduduki kursi dibarisan tengah.

Mata kuliah pertama ini masih permulaan dan membahas pelaksanaan kelas kedepannya. Dosen mata kuliah ini dikenal sebagai dosen yanng baik hati. Tak heran dirinya banyak difavoritkan oleh banyak mahasiswa di kampus.

"Biru? Yaampun kamu ngagetin saya berdiri disitu. Ketuk pintu atau salam atau apa gitu, jangan Cuma berdiri kaya patung disitu." Para mahasiswa tidak menyadari kehadiran seseorang bernama Biru tersebut karena tempat duduk mereka yang membelakangi pintu. Termasuk Azalea yang langsung menolehkan kepalanya pada objek yang sedang menjadi pusat perhatian tersebut.

Mata itu lagi..

Azalea selalu percaya pada takdir, kini ia merasa dirinya terjebak dalam takdir yang sama dengan lelaki bermata biru tersebut. Ia berpikir kalau mungkin kehidupan kuliahnya kedepan akan selalu berkaitan dengan si mata biru itu. Membayangkannya saja tak sanggup jika memang nantinya ia selalu dihujani oleh tatapan tajam lelaki itu.

"Maaf". Biru melangkah duduk di kursi paling belakang yang masih kosong. Biru adalah mahasiswa semester 5 yang selalu mengulangi kelas disetiap tahunnya. Untuk mata kuliah ini memang saat semester satu dulu dirinya tidak lulus dan harus mengulangnya lagi.

"Yaudah lah terserah kamu. Saya kasih kesempatan karena ini masih hari pertama." Menghadapi Biru memang perlu banyak kesabaran.

Azalea sedikit memutarkan badan untuk mengintip Biru yang duduk dibarisan belakang. Mengamati dengan seksama wajah yanng sudah beberapa kali ia tatap. Tak ada cela sama sekali. Kata yang menggambarkannya adalah sempurna. Postur tubuhnya, rambutnya sampai bajunya pun terlihat cocok dengan dirinya yang menawan.

Terlalu fokus mengamati Biru sambil menopang dagu, membuat Azalea tidak memperhatikan lagi dosen yang sedang memberikan penjelasan. Dirinya juga tidak menyadari kalau seseorang bermata biru itu juga balik memperhatikan Azalea.

Setelah tersadar bahwa yang dari tadi ia perhatikan ikut memperhatikannya balik, Azalea terkejut dan langsung menghadap depan kembali, namun karena terburu-buru ia menjatuhkan pulpen dan membuat beberapa orang disekitarnya menoleh.

"maaf maaf". Azalea meminta maaf dengan tanpa suara karena takut mengganggu yang lainnya. Mencoba kembali memfokkuskan dirinya meskipun hati dan pikiran diselimuti rasa malu.

***

Setelah kelas selesai Azalea dan Sarah memutuskan untuk pergi ke kantin sambil menunggu kelas selanjutnya dimulai. Tapi untuk Azalea sebenarnya sudah selesai karena hari ini Cuma mengambil satu kelas saja. Meskipun begitu, Azalea masih ada janji bertemu teman di kampus.

"Lea, habis ini kelas apa?". Sarah yang baru duduk setelah memesan makanan mengisi keheningan dengan obrolan ringan dengan Azalea.

"Gaada sih, Cuma mau ketemu temen aja. Kemarin udah janjian buat ketemu di ruang musik."

"Mau ikut ukm musik?"

"Sebenernya bukan ukm sih, kaya lebih ke gabung band gantiin temen aja sih."

"Emangnya kamu suka musik?"

"Suka, dari kecil suka musik tapi emang ga terlalu dipentingin sih cuma sekedar hobi aja. Kalau kamu mau masuk ukm apa?"

"Ga ah, mau jadi mahasiswa kupu-kupu aja". Sarah sama sekali tidak tertarik dengan kegiatan kampus diluar kelas mata kuliah.

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang