CHAPTER 3

14 2 0
                                    

Mereka berdua banyak memiliki jadwal kuliah yang sama. Seperti saat ini mereka berdua sedang duduk mendengarkan penjelasan dari dosen yang mengampu mata kuliah statistika 1. Dosennya adalah dosen yang terkenal killer.

"Ngerti gak Lea?" Sarah berbisik di sebelah Azalea.

"Ngga." Azalea ikut berbisik karena takut ketahuan oleh dosen di depan.

"Kalo gini caranya kita gaakan dapet nilai A dong. Sama sekali gaada yang masuk, gabisa cuma ngandelin hoki pas UTS sama UAS." Sarah mengacak-acak rambutnya frustasi. Baru awal masuk sudah bikin kepalanya mau pecah.

"Udah lah masalah ulangan mah gimana nanti, yang penting sekarang jangan sampe dosen nyiduk kita lagi ngobrol." Azalea memang tak sengaja melihat dosen itu barusan memperhatikan mereka berdua, entah karena tau mereka sedang mengobrol atau hanya sekedar kebetulan melirik saja.

"Oke, kita berusaha fokus." Sarah memperhatikan perempuan paruh baya yang sedang menjelaskan banyak rumus dan angka.

"Bentar lagi kelas beres ya?" Sarah kembali berbisik pada Azalea.

"Iya 15 menit lagi. Kenapa sih? Bisa gak diem aja dulu bentar gitu, barusan aku ngerti dikit malah buyar lagi kan." Azalea merengut kesal karena perjuangan untuk memahami materinya baru saja sia-sia.

"ya maap-maap, lanjutkan!"

20 menit kemudian.

"Akhirnya keluar juga dosennya. Habis ini kamu matkul apa?" Saat ini Azalea dan Sarah sedang berjalan di lorong kampus. Keduanya masih ada mata kuliah namun kali ini mereka harus berpisah.

"Bahasa Indonesia. Kamu ada kelas lagi atau udah beres hari ini Rah?"

"Ada, kelas akuntansi. Bodoh banget, dulu pas kontrak krs kenapa malah pilih dua matkul ini dihari yang sama sih. Bolos aja gimana? yuk."

"Yaampun Rah, kamu baru kuliah juga belum sampe sebulan udah ngajakin bolos aja. Nunggu semester depan lah."

Sarah memutar bola matanya. "Aku pergi dulu, kelasnya masih jauh." Sarah pergi meninggalkan Azalea yang menatapnya menjauh.

Azalea menggelengkan kepalanya, memasuki ruang kelas yang sudah mulai penuh diisi oleh para mahasiswa yang mengikuti kelas ini. Melihat ada kursi yang masih kosong lantas membuat Azalea berjalan mendekat. Namun saat sudah tinggal beberapa langkah lagi dirinya mencapai kursi, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya dengan satu hentakan yang cukup keras.

Ketika berbalik Azalea dikagetkan dengan tubuh lelaki yang tepat berada di depannya. Deja vu, yang sedang ia rasakan. Dada bidang yang sama juga wangi khas yang sama seperti malam itu di persimpangan jalan. Benar saja ketika pandangannya mendongak, Azalea bertemu lagi dengan mata biru yang selalu mengintimidasinya.

"Saya perlu bicara." Suaranya berat. Suara bariton khas lelaki terdengar asing namun nyaman ditelinga Azalea. Kini pun Azalea tampak terhipnotis kembali oleh laki-laki yang sama.

Langkah Azalea lebar agar bisa mengikuti irama langkah Biru. Di pikirannya sekarang bukan lagi mata kuliah yang akan ia lewatkan, bukan juga tatapan penghuni kelas yang menatap mereka berdua dengan tatapan penasaran, tapi apa yang akan Biru lakukan padanya. Bicara katanya? Azalea pikir mereka berdua tidak tampak dekat untuk bisa membicarakan sesuatu.

Sampailah mereka di halaman belakang kampus. Tapi untuk beberapa menit mereka saling diam. Lebih tepatnya Azalea hanya bisa menunggu kata yang keluar dari mulut Biru. Di sisi lain Biru yang bingung memulainya dari mana. Suasana yang canggung dan juga dingin karena mereka berdiri tepat dibawah pohon besar.

"Siapa kamu sebenarnya?"

Azalea yang mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Biru hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali. Biru menanyakan namanya? Atau menanyakan apa? Azalea dibuat bingung dengan jawaban yang harus ia beri.

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang