CHAPTER 4

11 2 0
                                    

"Kamu berbeda." Ya, dimata Biru Azalea memang berbeda. Biru tidak menanyakan namanya, bukan itu yang ingin Biru dengar untuk menjadi sebuah jawaban.

Setelah meninggalkan Azalea sendiri yang sedang kebingunngan, Biru pergi menuju kantin. Dirinya duduk setelah memesan segelas kopi. Mengeluarkan buku yang ia bawa dari rumahnya. Duduk tenang sambil menikmati riuh manusia yang terdengar jelas di telinganya. Mencoba menghentikan Azalea yang terus berlarian di pikirannya.

Ketika hendak meneguk kopi, matanya menangkap sosok perempuan duduk didepannya. Lantas itu menghentikan tangannya dan dirinya menatap wanita itu. Dengan tangan yang masih menggantung di udara, Biru menatap Fira dengan tajam. Fira yang di tatap seperti itu hampir menggagalkan niatnya untuk membicarakan sesuatu dengan Biru.

"Biru, aku hamil." Butuh banyak keberanian bagi Fira untuk mengatakan ini. Dirinya pun kini tak sanggung menatap mata Biru.

Biru yang mendengarnya meletakkan gelas namun masih menatap tajam Fira. Lama Biru menatap hingga membuat Fira menundukkan pandangannya karena tak kuat mendapat tatapan tajam yang tak henti dilayangkan Biru.

"Kenapa bicara pada saya?" Biru kembali membaca bukunya. Namun dari ekor matanya, Biru melihat Azalea ada disana bersama dengan seseorang yang ia kenal.

"K-kamu ayahnya." Sebenernya Fira mengucapkan itu dengan ketakutan. Tapi hanya ini cara satu-satunya.

"Saya tidak pernah menyentuhmu." Sedangkan Biru menjawabnya dengan santai.

"Tapi aku hamil anak kamu Biru." Fira menaikkan volume suaranya dengan sengaja supaya orang-orang mendengarnya. Dirinya tidak suka jika terus menerus diabaikan oleh Biru. Dan benar saja, kini mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian.

"Kamu melakukannya dengan banyak pria." Fira yang mendengarnya tak terima dan berdiri sambil menatap tajam balik pada Biru.

"Jaga mulut lo! Gue bicara baik-baik sama lo, ga ngaku lo udah ngerusak cewe?" kini Fira sedang emosi. Dalam hatinya ia puas karena bisa menarik perhatian Biru dan orang-orang disekitarnya. Karena buktinya sekarang Biru berdiri. Ia kira Biru akan malu karena ocehannya dan akan mengikuti permainan yang ia buat.

"Saya gak pernah ngerusak perempuan. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu udah rusak, dan itu bukan urusan saya." Setelah mengucapkan itu, Biru membereskan barang miliknya dan pergi meninggalkan Fira yang kini dipenuhi dengan rasa malu. Harga dirinya kini hancur ia injak-injak sendiri.

Awalnya ia kira cara ini akan berhasil membuat Biru jatuh ke tangannya. Awalnya ia pikir Biru tak sampai hati untuk merendahkan dia di depan umum. Namun kini ia mengerti dan teringat kalau Biru adalah lelaki terkejam yang pernah ia temui.

Fira mengedarkan pandangannya dan melihat bahwa masih banyak pasang mata yang masih memperhatikannya. Rasa malunya tak tertahan dan rasanya ingin segera menghilang dari bumi dan pergi ke tempat terpencil. Fira segera berbalik dan mencari sosok yang membuatnya malu setengah mati itu, dan ia menemukannya .

"Biru sialan lo. Lo cowo berengsek gak punya hati." Setelah mengucapkan itu, Fira pergi dari kantin menuju arah yang berlawanan dengan Biru. Sambil menunduk dan menutup wajahnya karena ia banyak mendengar hujatan dari orang-orang yang mengatakannya murahan.

Di sisi lain Biru berjalan dengan tatapan dingin tanpa mempedulikan sekitar. Ia berjalan ke parkiran dan keluar dari lingkungan kampus dengan menggunakan motor sport hitam miliknya. Melaju dengan kencang dan membelah padatnya lalu lintas jalanan.

Cukup lama dirinya berkendara dan kini motornya membawa ia masuk kedalam hutan. Membutuhkan waktu sekitar 10 menit lagi untuk dirinya menyisir jalanan hutan hingga berhenti. Biru turun dari motor dan menghampiri bangku di samping rumah yang ada disana. Terdapat taman dan kolam alami dengan air yang sangat biru dan jernih. Tidak pernah ada orang yang tahu tempat ini selain dirinya. Sekarang ia bisa tenang tanpa gangguan dari banyak manusia di sekitarnya.

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang