CHAPTER 11

3 1 0
                                    

"Halo kak." Azalea sedang mengangkat telepon dari seseorang.

"Dimana?"

"Lagi mau pulang ini."

"Ke rumah saya."

Azalea menatap layar dengan dahi mengerut. Biru memintanya pergi ke rumah milik lelaki itu? Dirinya tidak salah dengar kan? Mengangkat telepon Biru saja hanya karena takut dirinya akan kena hukuman. Bukan berarti dirinya sudah menerima Biru hanya karena kemarin pergi ke bukit bersama dan ia menceritakan masalahnya.

"Gabisa kak, aku harus kerja." Setidaknnya Azalea memiliki alasan yang jujur dan Biru juga tahu itu.

"Saya tahu jadwal kerja kamu, ini masih pagi dan kamu masih bisa kesini." Sebenarnya Azalea mendengar nafas berat nada lemah dibalik sambungan telepon ini. Apakah Biru sedang sakit, sehingga meminta Azalea pergi kerumahnya?

"Tapi aku gak tau rumah kak Biru dimana."

"Saya kirim orang." Setelah mengucapkan itu Biru menutup panggilannya.

Azalea memejamkan matanya menghela nafas berat. Percuma jika terus menolak permintaan Biru karena lelaki itu pasti bisa membuat Azalea menurutinya. Untuk saat ini Azalea akan menuruti Biru sampai lelaki itu bosan padanya. Lelah juga jika harus selalu berdebat dengan Biru.

Melihat jam masih pukul 9, Azalea rasa cukup untuk berada di rumah Biru tidak terlalu lama sampai ia masuk kerja. Tapi siapa yang akan menjemputnya? Seingat Azalea, Biru tidak mempunyai teman di kampus.

"Azalea, bukan?" seseorang bertanya dari motornya yang berhenti tepat di depan Azalea yang sedang berdiri menunggu.

"Iya, masnya siapa ya?"

"Saya yang disuruh Biru buat jemput kamu. Kenalkan saya Yoga." Ya dia adalah Yoga, orang terdekat Biru.

"Oiya mas Yoga." Azalea tersenyum canggung.

"Ayo saya antarkan." Azalea pun mengangguk dan mulai menaiki motor milik Yoga.

Untuk sampai di rumah Biru memang harus menggunakan motor karena hanya ada jalan setapak. Yoga membawa Azalea dalam kecepatan yang cukup tinggi. Ia ada urusan jadi harus buru-buru.

Azalea menatap horor ketika motor mamasuki sebuah hutan. Ini benar jalan ke rumah Biru? Mas yang ini benar suruhannya Biru? Ia tidak tahu pasti. Dalam hatinya ia meminta pertolongan, siapapun tolong. Tapi melihat keadaan sekitar tidak mungkin ada orang yang beralu lalang disini. Kini ia mulai takut dan risau. Untuk pertama kalinya Azalea mengharapkan pertemuannya dengan Biru.

"Sudah sampai." Yoga menghentikan laju motornya. Ia kemudian menoleh ke belakang untuk memberi tanda bahwa Azalea harus turun.

"Disini mas rumahnya?" sebenarnya Azalea ragu untuk turun. Memang benar di depannya ini berdiri kokoh rumah yang tidak terlalu besar, malah terlihat seperti hanya ada satu petak ruangan didalamnnya. Tapi rumah ini terlihat sedikit tua meski dengan desain yang cukup mengagumkan.

"Iya, ayo masuk saja Biru sudah menunggu." Yoga berjalan terlebih dahulu untuk memimpin jalan. Yoga mulai memasuki rumah namun Azalea terhenti di pintu hanya untuk memastikan bahwa Biru benar-benar ada di sana. Dan syukurlah terlihat disana Biru sedang berbaring.

"Biru, Azaleanya udah dateng. Aku pergi ya soalnya istri gak bisa ditinggal lama-lama." Kemudian Yoga berbalik dan menatap Azalea. "aduh maaf ya Azalea saya repotin kamu. Biasanya kalo Biru sakit saya yang jaga, tapi saya lagi gabisa dan malah menyuruhmu."

"Gak apa-apa kok mas. Kalo mas buru-buru mau pulang silahkan saja." Azalea mempersilahkan Yoga untuk pergi karena sudah tenang kalau dia aman. Tadinya ia pikir Yoga adalah orang yang mau macam-macam padanya.

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang